Pupuk Kujang Cikampek Tidak Gentar Hadapi Serbuan Pupuk Impor China

Kamis, 12 Januari 2017 - 05:27 WIB
Pupuk Kujang Cikampek Tidak Gentar Hadapi Serbuan Pupuk Impor China
Pupuk Kujang Cikampek Tidak Gentar Hadapi Serbuan Pupuk Impor China
A A A
KARAWANG - Masuknya pupuk impor asal China di Karawang, Jawa Barat, tidak membuat gentar PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC). Pasalnya pupuk impor China tidak mengganggu distribusi pupuk urea bersubsidi. PKC mengatakan harga pupuk urea bersubsidi masih lebih murah dari harga pupuk impor yang saat ini mulai menyerbu pasar Indonesia, sehingga petani belum beralih ke pupuk impor.

"Yang saya tahu harga pupuk impor dari China di Pelabuhan Tanjung Priok Rp2.600 per kilogram. Sementara harga pupuk bersubsidi di tingkat petani hanya untuk jenis urea hanya Rp1.800 per kilogram, untuk jenis NPK Rp2.300, dan pupuk organik Rp500 per kilogram," kata Manager Humas PKC, Ade Cahya, Rabu (11/1/2017).

Menurut Ade, serbuan pupuk impor hanya berpengaruh kepada pupuk non subsidi yang harganya mencapai Rp4.000 per kilogramnya. Namun hal tersebut tidak terpengaruh secara keseluruhan. Karena dari jumlah produksi PKC hanya 1% pupuk yang non subsidi. PKC tidak menghiraukan hal tersebut karena hingga saat ini produksi pupuk PKC masih difokuskan untuk membantu para petani pangan.

Karena 90% pupuk urea produksi PKC diarahkan untuk menjaga ketahanan pangan nasional atau memenuhi kebutuhan petani (pupuk bersubsidi). Selebihnya baru diarahkan untuk keperluan industri dan perkebunan. "Kami yakin petani tidak akan menggunakan pupuk impor yang harganya lebih mahal, sementara kualitasnya masih diragukan," katanya.

Menurut Ade, harga pupuk impor bisa lebih murah karena harga pembelian gas alam yang merupakan bahan baku pupuk di China jauh lebih murah ketimbang harga gas di Indonesia. Harga gas alam di China hanya USD3 per MMBTU, sedangkan harga gas alam di Indonesia USD6 per MMBTU, atau dua kali lipat harga gas di China. "Untuk bisa bersaing dengan China di pasar pupuk nonsubsidi, pemerintah harus bisa menekan harga gas alam minimal sama dengan di China yakni USD3 per MMBTU," jelasnya.

Ketika ditanya produksi PKC selama tahun 2016 lalu, Ade menjelaskan, produksi PKC tahun lalu mencapai 954.370,47 ton atau 98,90% dari target sebesar 965.000 ton. Sementara produksi amonia sebesar 610.610,34 ton atau 95,71% dari target 638.000 ton, sedangkan produksi pupuk NPK (natrium, fosfor, dan kalium) mencapai 103.044 ton atau 60,61% dari target 170.000 ton.

Sementara, penyerapan pupuk oleh petani untuk tanaman pangan di tahun 2016, pupuk urea sebanyak 635.737,15 ton atau 96,69% dari target 657.508 ton, pupuk organik 24.206,02 ton atau 86,33% dari target sebesar 28.000 ton. Sementara penyaluran NPK bersubsidi di Jawa Barat dan Banten, PKC telah menyalurkan 94.653,75 ton atau 99,64% dari target sebesar 95.000 ton.

Menurut Ade ketersediaan pupuk untuk memenuhi kebutuhan petani di awal 2017 ini telah mencukupi. "Posisi stok pupuk urea bersubsidi akhir 2016 di gudang lini II atau tingkat produsen dan gudang lini III atau tingkat distributor terdata, ada 67.907,24 ton atau 126,28% dibandingkan dengan kebutuhan pupuk urea bersubsidi dua pekan ini sebanyak 53.774,90 ton," katanya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4816 seconds (0.1#10.140)