Bank Kesejahteraan Targetkan Laba Naik 50% Demi IPO
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE) menargetkan laba bersih tahun ini tumbuh di kisaran 45%-50% menjadi Rp75 miliar hingga Rp100 miliar. Hingga Desember 2016 laba bersih BKE tumbuh 210,76% menjadi Rp44,44 miliar dari Rp14,30 miliar.
Direktur Utama BKE Sasmaya Tuhuleley mengatakan, pertumbuhan laba dibutuhkan untuk mencapai level ROE di atas 20% sehingga akan mendukung rencana perseroan melantai di bursa (initial public offering/IPO) dan menarik para investor masuk.
Namun, sebelum IPO pihaknya juga akan mencari pendanaan dengan obligasi untuk mendukung penyaluran kredit jangka menengah. "Laba ingin kita tingkatkan menjelang IPO di akhir tahun ini atau awal tahun depan. Rencananya laba akan menjadi Rp75 miliar hingga Rp100 miliar," ujar dia dalam rilisnya di Jakarta, Jumat (13/1/2017).
Demi mencapai laba maka perseroan memasang target kredit 2017 sebesar 42%. Target itu mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yang sekitar 32%. "Kami berharap kredit BKE tahun ini bisa lebih besar dari target yang ditetapkan sebesar 42%," ujarnya.
Sementara, untuk target dana pihak ketiga (DPK) akan mengikuti kredit atau tumbuh di atas 40%. Pertumbuhan DPK seiring dengan pertumbuhan kredit. "DPK mengikuti pertumbuhan kredit, tapi kita ingin menerbitkan obligasi lagi Rp500 miliar tahun ini mungkin semester dua untuk mendukung pendanaan. Jadi, di samping DPK kita ingin gunakan dana pasar modal. Pendanaan untuk kredit merupakan kombinasi obligasi dan DPK.
Selain, juga dibutuhkan funding untuk jangka menengah. Rasio dana murah atau Casa akan menjadi Rp1 triliun atau membesar menjadi 30% dari sebelumnya 22% dibanding deposito. Sedangkan deposito tahun ini menjadi sebesar Rp2,5 triliun," kata dia.
BKE untuk pertama kalinya bergabung ke pasar saham Indonesia. Namun, kedatangan Bank Kesejahteraan Ekonomi bukan untuk melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering).
Sasmaya menjelaskan, pihaknya datang ke pasar modal untuk menerbitkan obligasi. Pasalnya, sejak BKE berdiri mereka belum pernah melakukan obligasi. "Ini merupakan peristiwa bersejarah bagi BKE, pertama kali jelang 25 tahun kami masuk pasar modal," katanya.
Menurutnya, dengan mencatatkan obligasi ini, BKE ingin menjadi perusahaan yang lebih baik. Dia pun berharap pengawasan yang dilakukan OJK terhadap Bank Kesejahteraan Ekonomi mampu membuat kinerja mereka lebih kompeten.
Pihaknya mengimbau agar ada banyak perusahaan termasuk perbankan yang mulai menjajaki pasar modal. Pasalnya, dengan masuk pasar modal dapat menghantarkan perusahaan untuk lebih berkembang. "Kami yakin ke depan perusahaan di Indonesia termasuk perbankan harus masuk pasar modal kalau mau tambah berkembang," imbuh dia.
Perseroan berencana akan melakukan penerbitan obligasi senilai Rp500 miliar tahun ini. Hal ini setelah melihat respons positif investor dalam penawaran obligasi subordinasi membuat perseroan optimistis untuk kembali menerbitkan surat utang.
"Kami telah resmi mencatatkan subdebt senilai Rp170 miliar ini di BEI. Selanjutnya, kami juga akan me-launching obligasi lagi maksimal senilai Rp500 miliar tahun ini," terangnya.
Saat ini, pihaknya sedang mempersiapkan persyaratan dalam persiapan penerbitan obligasi. Diyakini penerbitan obligasi dapat diterbitkan pada semester II/2017. "Jangka waktu obligasi mungkin di 3 tahun hingga 5 tahun tapi detilnya nanti," katanya.
Dana hasil emisi obligasi selain untuk meningkatkan permodalan, sebagaian lagi akan digunakan untuk mendukung ekspansi kredit tahun ini.
Direktur Utama BKE Sasmaya Tuhuleley mengatakan, pertumbuhan laba dibutuhkan untuk mencapai level ROE di atas 20% sehingga akan mendukung rencana perseroan melantai di bursa (initial public offering/IPO) dan menarik para investor masuk.
Namun, sebelum IPO pihaknya juga akan mencari pendanaan dengan obligasi untuk mendukung penyaluran kredit jangka menengah. "Laba ingin kita tingkatkan menjelang IPO di akhir tahun ini atau awal tahun depan. Rencananya laba akan menjadi Rp75 miliar hingga Rp100 miliar," ujar dia dalam rilisnya di Jakarta, Jumat (13/1/2017).
Demi mencapai laba maka perseroan memasang target kredit 2017 sebesar 42%. Target itu mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yang sekitar 32%. "Kami berharap kredit BKE tahun ini bisa lebih besar dari target yang ditetapkan sebesar 42%," ujarnya.
Sementara, untuk target dana pihak ketiga (DPK) akan mengikuti kredit atau tumbuh di atas 40%. Pertumbuhan DPK seiring dengan pertumbuhan kredit. "DPK mengikuti pertumbuhan kredit, tapi kita ingin menerbitkan obligasi lagi Rp500 miliar tahun ini mungkin semester dua untuk mendukung pendanaan. Jadi, di samping DPK kita ingin gunakan dana pasar modal. Pendanaan untuk kredit merupakan kombinasi obligasi dan DPK.
Selain, juga dibutuhkan funding untuk jangka menengah. Rasio dana murah atau Casa akan menjadi Rp1 triliun atau membesar menjadi 30% dari sebelumnya 22% dibanding deposito. Sedangkan deposito tahun ini menjadi sebesar Rp2,5 triliun," kata dia.
BKE untuk pertama kalinya bergabung ke pasar saham Indonesia. Namun, kedatangan Bank Kesejahteraan Ekonomi bukan untuk melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering).
Sasmaya menjelaskan, pihaknya datang ke pasar modal untuk menerbitkan obligasi. Pasalnya, sejak BKE berdiri mereka belum pernah melakukan obligasi. "Ini merupakan peristiwa bersejarah bagi BKE, pertama kali jelang 25 tahun kami masuk pasar modal," katanya.
Menurutnya, dengan mencatatkan obligasi ini, BKE ingin menjadi perusahaan yang lebih baik. Dia pun berharap pengawasan yang dilakukan OJK terhadap Bank Kesejahteraan Ekonomi mampu membuat kinerja mereka lebih kompeten.
Pihaknya mengimbau agar ada banyak perusahaan termasuk perbankan yang mulai menjajaki pasar modal. Pasalnya, dengan masuk pasar modal dapat menghantarkan perusahaan untuk lebih berkembang. "Kami yakin ke depan perusahaan di Indonesia termasuk perbankan harus masuk pasar modal kalau mau tambah berkembang," imbuh dia.
Perseroan berencana akan melakukan penerbitan obligasi senilai Rp500 miliar tahun ini. Hal ini setelah melihat respons positif investor dalam penawaran obligasi subordinasi membuat perseroan optimistis untuk kembali menerbitkan surat utang.
"Kami telah resmi mencatatkan subdebt senilai Rp170 miliar ini di BEI. Selanjutnya, kami juga akan me-launching obligasi lagi maksimal senilai Rp500 miliar tahun ini," terangnya.
Saat ini, pihaknya sedang mempersiapkan persyaratan dalam persiapan penerbitan obligasi. Diyakini penerbitan obligasi dapat diterbitkan pada semester II/2017. "Jangka waktu obligasi mungkin di 3 tahun hingga 5 tahun tapi detilnya nanti," katanya.
Dana hasil emisi obligasi selain untuk meningkatkan permodalan, sebagaian lagi akan digunakan untuk mendukung ekspansi kredit tahun ini.
(izz)