Arab Saudi Kucurkan Rp667 Triliun untuk Program Energi Nuklir
A
A
A
ABU DHABI - Pemerintah Arab Saudi berencana mengucurkan dana sebesar USD30 miliar hingga USD50 miliar atau setara Rp400 triliun-Rp667 triliun (estimasi kurs Rp13.353/USD) untuk program energi terbarukan.
Mengutip dari Reuters, Senin (16/1/2017), Menteri Energi Kerajaan Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan negaranya akan menginvestasikan dana antara USD30 miliar dan USD50 miliar hingga tahun 2023. Dana tersebut akan dikucurkan pada pekan-pekan ini.
Falih berujar bahwa proyek energi terbarukan ini akan menghasilkan 10 gigawatt. Saat ini, kata dia, Riyadh sedang melakukan tahap awal dari studi kelayakan dan desain untuk dua reaktor pertama dari energi terbarukan, yaitu energi nuklir dengan total kapasitas 2,8 gigawatt. “Akan ada investasi yang signifikan dalam pengembangan energi nuklir,” ujarnya dalam pertemuan industri perminyakan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Di bawah program reformasi ekonomi yang diluncurkan tahun lalu, Arab Saudi berusaha menghasilkan kebutuhan energi masa depan dari non-minyak. Sementara sumber minyak diperuntukkan demi menghasilkan devisa melalui ekspor.
Falih menambahkan Arab Saudi ingin melakukan banyak proyek infrastruktur di masa mendatang melalui kemitraan, dimana perusahaan swasta dari dalam kerajaan dan luar negeri akan diundang mengerjakan proyek-proyek tersebut.
Mengutip dari Reuters, Senin (16/1/2017), Menteri Energi Kerajaan Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan negaranya akan menginvestasikan dana antara USD30 miliar dan USD50 miliar hingga tahun 2023. Dana tersebut akan dikucurkan pada pekan-pekan ini.
Falih berujar bahwa proyek energi terbarukan ini akan menghasilkan 10 gigawatt. Saat ini, kata dia, Riyadh sedang melakukan tahap awal dari studi kelayakan dan desain untuk dua reaktor pertama dari energi terbarukan, yaitu energi nuklir dengan total kapasitas 2,8 gigawatt. “Akan ada investasi yang signifikan dalam pengembangan energi nuklir,” ujarnya dalam pertemuan industri perminyakan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Di bawah program reformasi ekonomi yang diluncurkan tahun lalu, Arab Saudi berusaha menghasilkan kebutuhan energi masa depan dari non-minyak. Sementara sumber minyak diperuntukkan demi menghasilkan devisa melalui ekspor.
Falih menambahkan Arab Saudi ingin melakukan banyak proyek infrastruktur di masa mendatang melalui kemitraan, dimana perusahaan swasta dari dalam kerajaan dan luar negeri akan diundang mengerjakan proyek-proyek tersebut.
(ven)