Pertamina Turunkan Impor Premium hingga 30%
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) mengklaim saat ini perseroan perlahan telah mulai mengurangi kegiatan impor Bahan Bakar Minyak (BBM), baik untuk jenis premium maupun solar. Untuk premium, Pertamina mengaku telah berhasil menurunkan impor hingga 30%.
(Baca Juga: Konsumsi Pertalite Kini Capai 35 Ribu Kl/Hari)
Vice President Corproate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengungkapkan, perseroan memang memiliki target agar pada 2023 Indonesia telah mencapai swasembada BBM. Penurunan impor itu sendiri, kata dia terjadi karena perseroan telah berhasil membangun kilang baru dan melakukan upgrading kilang-kilang minyak yang dimiliki BUMN migas ini.
"Dengan kita mengoperasikan kilang Cilacap, TPPI, kita juga berhasil menurunkan impor premium 30%," katanya ditemui di Hotel Four Season, Jakarta, Selasa (17/1/2017).
Dia menyebutkan, pada 2014 impor premium mencapai 62%. Namun, pada 2015 mulai menurun menjadi 60% dan hingga November 2016 terus berkurang menjadi 54%. "Kita akan lihat data terakhir di Desember, harapannya sudah bisa turun di bawah 54%," imbuh dia.
Sementara untuk solar, sambung mantan presenter berita ini, Pertamina saat ini hanya mengimpor 1% kebutuhan solar dalam negeri. Hal ini terus menurun dari sebelumnya pada 2014 sebesar 21% dan 2015 hanya sekitar 8%.
"Ini menunjukkan bahwa memang kilang kita sudah banyak produksi solar, dan solar juga dari sisi konsumsi juga banyak ternyata terdelusi akibat banyaknya pembangkit yang masih menggunakan batu bara atau beralih ke gas. Jadi dari sisi produksi kilang sangat mampu memproduksi solar sehingga tidak dibutuhkan impor," paparnya.
(Baca Juga: Konsumsi Pertalite Kini Capai 35 Ribu Kl/Hari)
Vice President Corproate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengungkapkan, perseroan memang memiliki target agar pada 2023 Indonesia telah mencapai swasembada BBM. Penurunan impor itu sendiri, kata dia terjadi karena perseroan telah berhasil membangun kilang baru dan melakukan upgrading kilang-kilang minyak yang dimiliki BUMN migas ini.
"Dengan kita mengoperasikan kilang Cilacap, TPPI, kita juga berhasil menurunkan impor premium 30%," katanya ditemui di Hotel Four Season, Jakarta, Selasa (17/1/2017).
Dia menyebutkan, pada 2014 impor premium mencapai 62%. Namun, pada 2015 mulai menurun menjadi 60% dan hingga November 2016 terus berkurang menjadi 54%. "Kita akan lihat data terakhir di Desember, harapannya sudah bisa turun di bawah 54%," imbuh dia.
Sementara untuk solar, sambung mantan presenter berita ini, Pertamina saat ini hanya mengimpor 1% kebutuhan solar dalam negeri. Hal ini terus menurun dari sebelumnya pada 2014 sebesar 21% dan 2015 hanya sekitar 8%.
"Ini menunjukkan bahwa memang kilang kita sudah banyak produksi solar, dan solar juga dari sisi konsumsi juga banyak ternyata terdelusi akibat banyaknya pembangkit yang masih menggunakan batu bara atau beralih ke gas. Jadi dari sisi produksi kilang sangat mampu memproduksi solar sehingga tidak dibutuhkan impor," paparnya.
(akr)