Menaker Anggap Santai TKA China Transaksi Pakai Yuan
A
A
A
JAKARTA - Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri menanggapi santai kabar yang menyebutkan banyak Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China yang bertransaksi di Indonesia menggunakan mata uang yuan. Menurutnya, hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar terjadi.
Dia menilai, penggunaan mata uang negara asal tidak hanya terjadi di Indonesia terhadap yuan. Misalnya, di wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia masih ada yang bertransaksi dengan ringgit. Selain itu, di Batam pun beberapa di antaranya masih ada yang menggunakan dolar Singapura.
"Misal kalau lihat orang Tiongkok transaksi pakai Yuan. Lah memang kenapa? sama saja. Saya di Arab bayar pakai rupiah, di Batam transaksi pakai dolar Singapura," katanya dalam acara SARA, Radikalisme dan Prospek Ekonomi Indonesia 2017 di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Senin (23/1/2017).
Dalam kesempatan tersebut, Hanif juga menganggap wajar jika ada 200 orang TKA asal Negeri Tirai Bambu yang bekerja di Indonesia. Karena, di China pun banak tenaga kerja Indonesia (TKI) yang mengadu nasib di negara tersebut.
"Wajar kalau ada 100 orang-200 orang. Di Hong Kong 30 ribu orang (TKI) kumpul (untuk sholat Idul Fitri) di Victoria Park. Jadi bukan sebesar itunya, tapi ini (isunya) sudah diperbesar," imbuh dia.
Menurutnya, pemerintah pun saat ini telah berusaha menekan masuknya tenaga kerja dari luar negeri. Saat ini, jumlah tenaga kerja asing yang ada di Indonesia tinggal 74 ribu dari sebelumnya 77 ribu pada 2011.
"Di 2011 itu ada 77 ribu, sekarang 74 ribu. Saya memandang penting karena pada dasarnya pemerintah telah melakukan sesuatu, pemerintah menangani serius. Tapi jangan digede-gedein," tutur Hanif.
Dia menilai, penggunaan mata uang negara asal tidak hanya terjadi di Indonesia terhadap yuan. Misalnya, di wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia masih ada yang bertransaksi dengan ringgit. Selain itu, di Batam pun beberapa di antaranya masih ada yang menggunakan dolar Singapura.
"Misal kalau lihat orang Tiongkok transaksi pakai Yuan. Lah memang kenapa? sama saja. Saya di Arab bayar pakai rupiah, di Batam transaksi pakai dolar Singapura," katanya dalam acara SARA, Radikalisme dan Prospek Ekonomi Indonesia 2017 di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Senin (23/1/2017).
Dalam kesempatan tersebut, Hanif juga menganggap wajar jika ada 200 orang TKA asal Negeri Tirai Bambu yang bekerja di Indonesia. Karena, di China pun banak tenaga kerja Indonesia (TKI) yang mengadu nasib di negara tersebut.
"Wajar kalau ada 100 orang-200 orang. Di Hong Kong 30 ribu orang (TKI) kumpul (untuk sholat Idul Fitri) di Victoria Park. Jadi bukan sebesar itunya, tapi ini (isunya) sudah diperbesar," imbuh dia.
Menurutnya, pemerintah pun saat ini telah berusaha menekan masuknya tenaga kerja dari luar negeri. Saat ini, jumlah tenaga kerja asing yang ada di Indonesia tinggal 74 ribu dari sebelumnya 77 ribu pada 2011.
"Di 2011 itu ada 77 ribu, sekarang 74 ribu. Saya memandang penting karena pada dasarnya pemerintah telah melakukan sesuatu, pemerintah menangani serius. Tapi jangan digede-gedein," tutur Hanif.
(izz)