Jokowi Minta BUMN Optimistis Ekonomi Tumbuh Positif
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun lalu lebih baik dibanding negara lainnya.
Menurutnya, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh sekitar 5,18% di kuartal kedua, dan turun di kuartal ketiga menjadi 5,02% pada 2016 di tengah melemahnya kondisi ekonomi global.
"Kalau kita bandingkan dengan negara-negara G20, ya saya kira enggak jelek-jelek amat, masih nomor tiga kok, (Indonesia) kalah dengan India, kalah dengan RRT (Tiongkok)," ujar Jokowi saat Peresmian Pembukaan Eksekutif Leadership Program (ELP) bagi direksi BUMN di Istana Negara, Jakarta, Rabu (25/1/2017).
Dia menuturkan, pertumbuhan ekonomi jauh lebih baik dibanding negara lain. Contohnya, tingkat inflasi ekonomi Indonesia yang dinilainya turun drastis berada di kisaran 4%.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengaku tidak ingin target pertumbuhan ekonomi tumbuh 6%, sementara inflasi mencapai 9%. Karena itu, target pertumbuhan ekonomi 2017 harus dibangun dengan rasa optimisme yang realistis.
Jokowi memperkirakan pendapatan negara pada 2017 akan mencapai Rp1.700 triliun dengan modal belanja negara mencapai Rp2.800 triliun. "Artinya kita harus optimis dengan angka-angka yang tadi saya sampaikan, kerja kok pesimis untuk apa," ucapnya.
Jokowi melanjutkan, kendati BUMN diminta membangun rasa optimisme kepada masyarakat, namun optimisme tersebut harus didasarkan pada realitas yang terjadi. Situasi ekonomi global dianggap tidak pernah menentu, ekonomi global pernah diguncang krisis di Yunani, anjloknya mata uang China, keluarnya Inggris dalam komunitas Brexit.
Hal tersebut masih ditambah kehadiran pemimpin baru Amerika Serikat di bawah Donald Trump yang memungkinkan terjadinya perubahan kebijakan ekonomi dunia. Maka, Jokowi mengaku tidak pernah pesimis dalam menghadapi perubahan global tersebut.
"Kenapa dengan angka yang sudah diprediksikan seperti itu kita pesimis? Yang ingin saya sampaikan adalah BUMN ini harus berani," pungkasnya.
Menurutnya, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh sekitar 5,18% di kuartal kedua, dan turun di kuartal ketiga menjadi 5,02% pada 2016 di tengah melemahnya kondisi ekonomi global.
"Kalau kita bandingkan dengan negara-negara G20, ya saya kira enggak jelek-jelek amat, masih nomor tiga kok, (Indonesia) kalah dengan India, kalah dengan RRT (Tiongkok)," ujar Jokowi saat Peresmian Pembukaan Eksekutif Leadership Program (ELP) bagi direksi BUMN di Istana Negara, Jakarta, Rabu (25/1/2017).
Dia menuturkan, pertumbuhan ekonomi jauh lebih baik dibanding negara lain. Contohnya, tingkat inflasi ekonomi Indonesia yang dinilainya turun drastis berada di kisaran 4%.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengaku tidak ingin target pertumbuhan ekonomi tumbuh 6%, sementara inflasi mencapai 9%. Karena itu, target pertumbuhan ekonomi 2017 harus dibangun dengan rasa optimisme yang realistis.
Jokowi memperkirakan pendapatan negara pada 2017 akan mencapai Rp1.700 triliun dengan modal belanja negara mencapai Rp2.800 triliun. "Artinya kita harus optimis dengan angka-angka yang tadi saya sampaikan, kerja kok pesimis untuk apa," ucapnya.
Jokowi melanjutkan, kendati BUMN diminta membangun rasa optimisme kepada masyarakat, namun optimisme tersebut harus didasarkan pada realitas yang terjadi. Situasi ekonomi global dianggap tidak pernah menentu, ekonomi global pernah diguncang krisis di Yunani, anjloknya mata uang China, keluarnya Inggris dalam komunitas Brexit.
Hal tersebut masih ditambah kehadiran pemimpin baru Amerika Serikat di bawah Donald Trump yang memungkinkan terjadinya perubahan kebijakan ekonomi dunia. Maka, Jokowi mengaku tidak pernah pesimis dalam menghadapi perubahan global tersebut.
"Kenapa dengan angka yang sudah diprediksikan seperti itu kita pesimis? Yang ingin saya sampaikan adalah BUMN ini harus berani," pungkasnya.
(izz)