Pengusaha Indonesia Khawatir Perang Dagang AS-China
A
A
A
JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mengaku khawatir akan terjadinya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Republik Rakyat China. Pasalnya, AS dan China merupakan dua negara ekonomi besar di dunia sehingga apapun yang terjadi dengan mereka, sudah tentu memengaruhi kondisi perekonomian global.
Presiden AS Donald Trump sejak awal menunjukkan sikap proteksionis, anti-globalisasi dan anti-China. Sementara China memproklamirkan diri bahwa mereka siap memainkan peran lebih besar dalam pasar bebas, seiring dengan kecenderungan AS untuk mengarahkan kebijakan ke dalam negeri.
Ketua Umum Kadin Rosan Perkasa Roeslani berharap perang dagang antara kedua negara ini tidak benar-benar terjadi. Mengingat, dua negara ini sama-sama pemain besar dalam rantai suplai dan rantai nilai dunia, sehingga beberapa negara akan sangat terpengaruh oleh perang dagang AS-China.
"Itu (perang dagang China-AS) kita harapkan tidak terjadi. Walaupun kekhawatiran itu kita lihat ada," katanya di Gedung CSIS, Jakarta, Jumat (27/1/2017).
Menurutnya, jika kedua negara saling menekan tarif maka akan ada potensi China mencari pasar baru. ASEAN menjadi salah satu pasar yang potensial untuk dijajah produk-produk China.
Mengingat, ASEAN merupakan kawasan regional yang pertumbuhan ekonominya tertinggi di dunia. "Karena ASEAN adalah kawasan yang pertumbuhannya tertinggi di dunia, kurang lebih 6,3%. Jumlah penduduknya 635 juta orang. Ini menjadi pasar yang bisa dimasuki barang China secara massif. Dan itu bisa melemahkan industri kita ke depan. Meski kekhawatiran itu belum tentu terjadi," tandasnya.
Presiden AS Donald Trump sejak awal menunjukkan sikap proteksionis, anti-globalisasi dan anti-China. Sementara China memproklamirkan diri bahwa mereka siap memainkan peran lebih besar dalam pasar bebas, seiring dengan kecenderungan AS untuk mengarahkan kebijakan ke dalam negeri.
Ketua Umum Kadin Rosan Perkasa Roeslani berharap perang dagang antara kedua negara ini tidak benar-benar terjadi. Mengingat, dua negara ini sama-sama pemain besar dalam rantai suplai dan rantai nilai dunia, sehingga beberapa negara akan sangat terpengaruh oleh perang dagang AS-China.
"Itu (perang dagang China-AS) kita harapkan tidak terjadi. Walaupun kekhawatiran itu kita lihat ada," katanya di Gedung CSIS, Jakarta, Jumat (27/1/2017).
Menurutnya, jika kedua negara saling menekan tarif maka akan ada potensi China mencari pasar baru. ASEAN menjadi salah satu pasar yang potensial untuk dijajah produk-produk China.
Mengingat, ASEAN merupakan kawasan regional yang pertumbuhan ekonominya tertinggi di dunia. "Karena ASEAN adalah kawasan yang pertumbuhannya tertinggi di dunia, kurang lebih 6,3%. Jumlah penduduknya 635 juta orang. Ini menjadi pasar yang bisa dimasuki barang China secara massif. Dan itu bisa melemahkan industri kita ke depan. Meski kekhawatiran itu belum tentu terjadi," tandasnya.
(ven)