Industri Pulp dan Kertas Indonesia Diproyeksi Tumbuh 4%
A
A
A
JAKARTA - Industri pulp dan kertas Indonesia diproyeksi tumbuh sebesar 3%-4% per tahun, sehingga ekspor diprediksi akan meningkat. Hal ini membuat peluang Indonesia untuk menduduki peringkat ke-5 di dunia menjadi sangat besar.
"Produk kertas kita dari tahun ke tahun meningkat namun harganya akhir-akhir ini menurun, sehingga devisa kita agak sedikit menurun. Namun, permintaan pasar kertas dan pulp dunia masih meningkat 2%. Kita memproyeksikan pertumbuhan 3%-4% per tahun," ujar Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Aryan Warga Dalam usai Pengukuhan Kepengurusan APKI 2017 di Jakarta, Senin (30/1/2017).
Menurutnya, peluang industri pulp dan kertas untuk menduduki peringkat ke-5 juga didukung adanya keunggulan kompetitif, yaitu letak geografis Indonesia, potensi luas izin hutan tanaman industri (HTI) dan kecepatan tumbuh pohon sebagai sumber bahan baku terbarukan.
"Industri pulp dan kertas Indonesia memberikan kontribusi terhadap devisa negara sekitar USD5,3 miliar pada 2015. Indonesia menduduki peringkat ke-6 di dunia untuk produksi kertas serta peringkat ke-10 di dunia untuk produksi pulp pada 2015," ungkapnya.
Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Panggah Susanto mengatakan, posisi industri pulp dan kertas nasional cukup terkemuka di dunia internasional. Saat ini Indonesia menempati peringkat ke-9 sebagai produsen pulp terbesar di dunia, sedangkan industri kertasnya menduduki peringkat 6.
"Ke depan, Indonesia dianggap sebagai salah satu negara yang masih dimungkinkan untuk mengembangkan industri pulp dan kertasnya, di samping beberapa negara di Amerika Latin dan Asia Timur," jelasnya.
PaDia menuturkan, saat ini jumlah industri pulp dan kertas nasional sebanyak 84 perusahaan dengan kapasitas nasional terpasang berturut-turut sebesar 7,93 juta ton pulp/tahun dan 12,98 juta ton kertas/tahun.
Dalam waktu dekat, kapasitas nasional terpasang industri pulp akan meningkat menjadi 10,43 juta ton/tahun melalui tambahan kapasitas sebesar 2,5 juta ton pulp per tahun dari PT OKI di Sumatera Selatan yang akan berproduksi secara komersial mulai Februari 2017.
"Beberapa proyek industri pulp dan kertas lainnya segera menyusul, yaitu Unit produksi kertas tissue PT OKI dengan kapasitas 500.000 ton/tahun yang diperkirakan akan mulai berproduksi pada Juni 2018. Di samping itu, juga ada proyek PT Sateri Viscose International (PT SVI) di Pelalawan Riau, yang akan memproduksi dissolving pulp untuk rayon dan digital paper," paparnya.
Hingga September 2016, peranan industri pulp dan kertas dalam perolehan devisa sebesar USD3,79 miliar atau menduduki peringkat ke-7 sebagai penyumbang devisa terbesar dari sektor nonmigas. Industri pulp dan kertas juga menyerap lebih kurang 260.000 tenaga kerja langsung dan 1,1 juta tenaga kerja tidak langsung.
"Produk kertas kita dari tahun ke tahun meningkat namun harganya akhir-akhir ini menurun, sehingga devisa kita agak sedikit menurun. Namun, permintaan pasar kertas dan pulp dunia masih meningkat 2%. Kita memproyeksikan pertumbuhan 3%-4% per tahun," ujar Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Aryan Warga Dalam usai Pengukuhan Kepengurusan APKI 2017 di Jakarta, Senin (30/1/2017).
Menurutnya, peluang industri pulp dan kertas untuk menduduki peringkat ke-5 juga didukung adanya keunggulan kompetitif, yaitu letak geografis Indonesia, potensi luas izin hutan tanaman industri (HTI) dan kecepatan tumbuh pohon sebagai sumber bahan baku terbarukan.
"Industri pulp dan kertas Indonesia memberikan kontribusi terhadap devisa negara sekitar USD5,3 miliar pada 2015. Indonesia menduduki peringkat ke-6 di dunia untuk produksi kertas serta peringkat ke-10 di dunia untuk produksi pulp pada 2015," ungkapnya.
Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Panggah Susanto mengatakan, posisi industri pulp dan kertas nasional cukup terkemuka di dunia internasional. Saat ini Indonesia menempati peringkat ke-9 sebagai produsen pulp terbesar di dunia, sedangkan industri kertasnya menduduki peringkat 6.
"Ke depan, Indonesia dianggap sebagai salah satu negara yang masih dimungkinkan untuk mengembangkan industri pulp dan kertasnya, di samping beberapa negara di Amerika Latin dan Asia Timur," jelasnya.
PaDia menuturkan, saat ini jumlah industri pulp dan kertas nasional sebanyak 84 perusahaan dengan kapasitas nasional terpasang berturut-turut sebesar 7,93 juta ton pulp/tahun dan 12,98 juta ton kertas/tahun.
Dalam waktu dekat, kapasitas nasional terpasang industri pulp akan meningkat menjadi 10,43 juta ton/tahun melalui tambahan kapasitas sebesar 2,5 juta ton pulp per tahun dari PT OKI di Sumatera Selatan yang akan berproduksi secara komersial mulai Februari 2017.
"Beberapa proyek industri pulp dan kertas lainnya segera menyusul, yaitu Unit produksi kertas tissue PT OKI dengan kapasitas 500.000 ton/tahun yang diperkirakan akan mulai berproduksi pada Juni 2018. Di samping itu, juga ada proyek PT Sateri Viscose International (PT SVI) di Pelalawan Riau, yang akan memproduksi dissolving pulp untuk rayon dan digital paper," paparnya.
Hingga September 2016, peranan industri pulp dan kertas dalam perolehan devisa sebesar USD3,79 miliar atau menduduki peringkat ke-7 sebagai penyumbang devisa terbesar dari sektor nonmigas. Industri pulp dan kertas juga menyerap lebih kurang 260.000 tenaga kerja langsung dan 1,1 juta tenaga kerja tidak langsung.
(izz)