Penyaluran Kredit Bank BRI Didominasi Sektor Mikro
A
A
A
JAKARTA - Head of Economist Group PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Bank BRI) Achmad Royadi mengungkapkan, penyaluran kredit perusahaan banyak disumbang dari sektor mikro dengan pertumbuhan paling tinggi. Peningkatan ini salah satunya didorong oleh program kredit usaha rakyat (KUR).
Menurutnya, pertumbuhan kredit Bank BRI cukup tinggi di angka 16%-17%. Capaian ini melebihi rata-rata kredit perbankan nasional yang di bawah 10%.
"Saya mau sedikit share pertumbuhan kredit mencapai double digit per september masih cukup tinggi 16% sampai 17%. Penyumbang terbesar mikro dengan pertumbuhan 18%, dari penyaluran KUR Rp69 triliun dan target tahun ini Rp110 triliun," ujarnya dalam seminar Indonesia Economic Outlook 2017 yang diselenggarakan KORAN SINDO dan SINDOnews di Pullman Hotel, Jakarta, Selasa (31/1/2017).
(Baca: Indonesia Economic Outlook 2017 Mengusung Tema Optimisme)
Menurutnya, dampak dari meningkatnya pertumbuhan KUR bisa membuka pasar baru untuk perbankan. Banyak peluang muncul dari pedesaan yang akses keuangannya minim.
"Dampak KUR itu sendiri semacam buka pasar baru bagi perbankan. Kalau tadinya di pedesaan belum punya akses, dengan KUR bisa dapat akses perbankan, bunganya rendah 9%," kata dia.
Menurutnya, potensi KUR tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Apalagi, pada tahun ini harga komoditas sudah mulai membaik, sehingga bisa membuat penyaluran kredit bank melesat.
"Itu kontribusi besar dorong pertumbuhan ekonomi, ditambah lagi pada 2017 kita dapat bonus harga komoditas dari CPO, karet, batu bara, minyak meningkat. Provinsi di Sumatera dan Kalimantan kita perkirakan pertumbuhan membaik, di Kaltim, Kalsel yang tadinya negatif ekonominya dengan harga batu bara tinggi, kontribusi pertambangan tinggi, kami pikir ini dampak positif daerah tersebut," jelasnya.
Menurutnya, pertumbuhan kredit Bank BRI cukup tinggi di angka 16%-17%. Capaian ini melebihi rata-rata kredit perbankan nasional yang di bawah 10%.
"Saya mau sedikit share pertumbuhan kredit mencapai double digit per september masih cukup tinggi 16% sampai 17%. Penyumbang terbesar mikro dengan pertumbuhan 18%, dari penyaluran KUR Rp69 triliun dan target tahun ini Rp110 triliun," ujarnya dalam seminar Indonesia Economic Outlook 2017 yang diselenggarakan KORAN SINDO dan SINDOnews di Pullman Hotel, Jakarta, Selasa (31/1/2017).
(Baca: Indonesia Economic Outlook 2017 Mengusung Tema Optimisme)
Menurutnya, dampak dari meningkatnya pertumbuhan KUR bisa membuka pasar baru untuk perbankan. Banyak peluang muncul dari pedesaan yang akses keuangannya minim.
"Dampak KUR itu sendiri semacam buka pasar baru bagi perbankan. Kalau tadinya di pedesaan belum punya akses, dengan KUR bisa dapat akses perbankan, bunganya rendah 9%," kata dia.
Menurutnya, potensi KUR tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Apalagi, pada tahun ini harga komoditas sudah mulai membaik, sehingga bisa membuat penyaluran kredit bank melesat.
"Itu kontribusi besar dorong pertumbuhan ekonomi, ditambah lagi pada 2017 kita dapat bonus harga komoditas dari CPO, karet, batu bara, minyak meningkat. Provinsi di Sumatera dan Kalimantan kita perkirakan pertumbuhan membaik, di Kaltim, Kalsel yang tadinya negatif ekonominya dengan harga batu bara tinggi, kontribusi pertambangan tinggi, kami pikir ini dampak positif daerah tersebut," jelasnya.
(izz)