Laba Shell Terbebani Usai Akuisisi BG Group
A
A
A
LONDON - Laba Royal Dutch Shell pada tahun lalu kembali tertekan oleh kebijakan pengambilalihan perusahaan energi BG Group serta kinerja yang melambat dari sektor minyak dan gas. Keuntungan perusahaan minyak terbesar asal Inggris, Shell mengalami penyusutan pada 2016 menjadi USD3,5 miliar dibandingkan sebelumnya USD3,8 miliar.
(Baca Juga: Shell Jual Aset Senilai USD3,8 Miliar demi Pangkas Utang)
Seperti dilansir BBC, Kamis (2/2/2017) di kuartal terakhir tahun kemarin, keuntungan Shell berkurang hingga USD1 miliar dari USD1,8 miliar untuk periode yang sama tahun sebelumnya. Meski begitu pemegang saham tetap yakin, bila melihat kekuatan yang mendasari perusahaan.
Chief Executive Shell Ben van Beurden mengatakan apa yang terjadi pada kuartal keempat tahun lalu sebagian besar akibat dari kebijakan akuisisi BG Group dan posisi dalam perpajakan. Dia menerangkan bahwa pengeluaran Shell hampir sekitar setengah miliar dolar dari kondisi yang buruk untuk unit perdagangan.
Shell tidak hanya dilabeli sebagai perusahaan minyak, tapi juga pembayar dividen terbesar. Van Beurden menambahkan aliran kas selama kuartal terakhir telah mencapai USD9 miliar yang mayoritas mencakup dari pembayaran dividen dan perusahan juga telah mampu membayar utang senilai USD4,5 miliar.
Beberapa analis mengkhawatirkan Shell akan melakukan pinjaman untuk menyehatkan keuangan mereka. Seperti diketahui sebelumnya perusahaan berlambang kerang kuning tersebut memastikan proses pembelian perusahaan minyak asal Inggris, BG Group senilai 47 miliar poundsterling. Kebijakan tersebut sempat dipertanyakan, ketika harga minyak dunia berada di bawah tekanan.
Meski begitu perusahaan menilai akuisisi tersebut akan memperkuat posisi Shell saat sektor energi terpukul akibat penurunan harga minyak dunia. Kesepakatan secara tunai dan saham itu telah disetujui dewan BG. Perusahaan asal Inggris tersebut memiliki posisi kuat di sektor gas alam cair (liquefied natural gas /LNG), sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan batu bara dan nuklir.
(Baca Juga: Shell Jual Aset Senilai USD3,8 Miliar demi Pangkas Utang)
Seperti dilansir BBC, Kamis (2/2/2017) di kuartal terakhir tahun kemarin, keuntungan Shell berkurang hingga USD1 miliar dari USD1,8 miliar untuk periode yang sama tahun sebelumnya. Meski begitu pemegang saham tetap yakin, bila melihat kekuatan yang mendasari perusahaan.
Chief Executive Shell Ben van Beurden mengatakan apa yang terjadi pada kuartal keempat tahun lalu sebagian besar akibat dari kebijakan akuisisi BG Group dan posisi dalam perpajakan. Dia menerangkan bahwa pengeluaran Shell hampir sekitar setengah miliar dolar dari kondisi yang buruk untuk unit perdagangan.
Shell tidak hanya dilabeli sebagai perusahaan minyak, tapi juga pembayar dividen terbesar. Van Beurden menambahkan aliran kas selama kuartal terakhir telah mencapai USD9 miliar yang mayoritas mencakup dari pembayaran dividen dan perusahan juga telah mampu membayar utang senilai USD4,5 miliar.
Beberapa analis mengkhawatirkan Shell akan melakukan pinjaman untuk menyehatkan keuangan mereka. Seperti diketahui sebelumnya perusahaan berlambang kerang kuning tersebut memastikan proses pembelian perusahaan minyak asal Inggris, BG Group senilai 47 miliar poundsterling. Kebijakan tersebut sempat dipertanyakan, ketika harga minyak dunia berada di bawah tekanan.
Meski begitu perusahaan menilai akuisisi tersebut akan memperkuat posisi Shell saat sektor energi terpukul akibat penurunan harga minyak dunia. Kesepakatan secara tunai dan saham itu telah disetujui dewan BG. Perusahaan asal Inggris tersebut memiliki posisi kuat di sektor gas alam cair (liquefied natural gas /LNG), sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan batu bara dan nuklir.
(akr)