Perlambatan Ekonomi Global Pengaruhi Ekonomi Jateng
A
A
A
SEMARANG - Menurunnya pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah dari 5,47% di tahun 2015 menjadi 5,28% di tahun 2016 akibat dari perlambatan ekonomi di tingkat nasional dan global.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi mengungkapkan, pada tahun 2016 hampir semua sektor industri mengalami perlambatan. Harga komoditas juga mengalami penurunan di pasar dunia. Dengan kondisi tersebut, suka tidak suka akan sangat berpengaruh terhadap kondisi pertumbuhan ekonomi juga pertumbuhan dunia usaha.
“Ekonomi kita tahun 2016 mengalami perlambatan dibarengi dengan melambatnya ekonomi dunia sehingga sangat berpengaruh,” katanya, Selasa (7/2/2017) malam.
Dia menyebutkan, perlambatan ekonomi yang terjadi di tahun 2016 sangat mempengaruhi kinerja dunia usaha. Terlebih sektor industri dalam negeri masih sangat bergantung pada bahan baku impor. "Kita masih sangat tegantung dengan bahan baku impor, sehingga harga komoditas yang dihasilkan sulit untuk bersaing,” ucapnya.
Menurut dia, komoditas Jateng yang masih cukup kuat pada tahun 2016 adalah garmen. Ekspor garmen Jateng masih sangat bagus dibandingkan komoditas lain.
Melihat kondisi perlambatan ekonomi di tahun 2016, kata Frans, saat ini yang dibutuhkan adalah bagaimana kebijakan pemerintah mampumempertahankan dan meningkatkan kondisi yang ada saat ini.
Ke-14 kebijakan ekonomi untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi yang dilakukan pemerintah di tahun 2016, masih sangat dibutuhkan kalangan industri. “Kebijakan yang lalu sangat bagus meski belum sepenuhnya berpengaruh. Karena itu kebijakan-kebijakan sejenis masih sangat dibutuhkan,” ucapnya.
Apindo sangat mengharapkan, pemerintah terus berusaha mempertahankan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, karena itu sangat berpengaruh terhadap dunia usaha. Selain itu, kebijakan penurunan suku bunga pinjaman bank juga sangat dibutuhkan, mengingat dunia usaha tidak akan bisa berjalan tanpa bank.
“Dan yang tak kalah penting adalah masalah tarif dasar listrik (TDL). Janganlah pemerintah sebentar-sebentar menaikkan TDL, karena listrik menjadi salah satu komponen utama dalam produksi,” katanya.
Untuk jangka panjang, lanjut Frans, sudah saat ini pemerintah mulai memikirkan untuk penyediaan listrik tenaga nuklir. Pasalnya untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Industri yang maju, mau tidak mau harus menggunakan listrik nuklir.
"Saya gembira, DPR RI sudah mulai mengusulkan adanya listrik tenaga nuklir. Sekarang ini teknologi sudah maju, teknologi nuklir sudah sangat aman,” tandasnya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi mengungkapkan, pada tahun 2016 hampir semua sektor industri mengalami perlambatan. Harga komoditas juga mengalami penurunan di pasar dunia. Dengan kondisi tersebut, suka tidak suka akan sangat berpengaruh terhadap kondisi pertumbuhan ekonomi juga pertumbuhan dunia usaha.
“Ekonomi kita tahun 2016 mengalami perlambatan dibarengi dengan melambatnya ekonomi dunia sehingga sangat berpengaruh,” katanya, Selasa (7/2/2017) malam.
Dia menyebutkan, perlambatan ekonomi yang terjadi di tahun 2016 sangat mempengaruhi kinerja dunia usaha. Terlebih sektor industri dalam negeri masih sangat bergantung pada bahan baku impor. "Kita masih sangat tegantung dengan bahan baku impor, sehingga harga komoditas yang dihasilkan sulit untuk bersaing,” ucapnya.
Menurut dia, komoditas Jateng yang masih cukup kuat pada tahun 2016 adalah garmen. Ekspor garmen Jateng masih sangat bagus dibandingkan komoditas lain.
Melihat kondisi perlambatan ekonomi di tahun 2016, kata Frans, saat ini yang dibutuhkan adalah bagaimana kebijakan pemerintah mampumempertahankan dan meningkatkan kondisi yang ada saat ini.
Ke-14 kebijakan ekonomi untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi yang dilakukan pemerintah di tahun 2016, masih sangat dibutuhkan kalangan industri. “Kebijakan yang lalu sangat bagus meski belum sepenuhnya berpengaruh. Karena itu kebijakan-kebijakan sejenis masih sangat dibutuhkan,” ucapnya.
Apindo sangat mengharapkan, pemerintah terus berusaha mempertahankan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, karena itu sangat berpengaruh terhadap dunia usaha. Selain itu, kebijakan penurunan suku bunga pinjaman bank juga sangat dibutuhkan, mengingat dunia usaha tidak akan bisa berjalan tanpa bank.
“Dan yang tak kalah penting adalah masalah tarif dasar listrik (TDL). Janganlah pemerintah sebentar-sebentar menaikkan TDL, karena listrik menjadi salah satu komponen utama dalam produksi,” katanya.
Untuk jangka panjang, lanjut Frans, sudah saat ini pemerintah mulai memikirkan untuk penyediaan listrik tenaga nuklir. Pasalnya untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Industri yang maju, mau tidak mau harus menggunakan listrik nuklir.
"Saya gembira, DPR RI sudah mulai mengusulkan adanya listrik tenaga nuklir. Sekarang ini teknologi sudah maju, teknologi nuklir sudah sangat aman,” tandasnya.
(ven)