Himki Nilai Dukungan Pemerintah pada Pameran Internasional Minim
A
A
A
YOGYAKARTA - Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan (Himki) menilai dukungan pemerintah daerah dalam upaya promosi mebel dan kerajinan masih minim. Hal ini terlihat dari masih minimnya booth atau stand dari pemerintah DIY ataupun pemerintah Kabupaten di DIY dalam setiap pameran internasional.
Ketua Pelaksana JIFFINA, Endro Wardoyo mengatakan, JIFFINA di Jogja Expo Center (JEC) akan dilaksanakan pertengahan Maret 2017. Gelaran ini sudah kedua kalinya dilaksanakan dengan luasan area pameran yang bertambah.
Menurutnya, jika gelaran pertama lalu hanya sekitar menggunakan satu hall, kini yang ditawarkan 3 hall. "Dulu (2016) pesertanya hanya 100 pengusaha, sekarang targetnya 150," tuturnya di Yogyakarta, Jumat (10/2/2017).
Dia menyesalkan dukungan dari pemerintah setempat dalam memfasilitasi usaha kecil mikro (UKM) mebel dan kerajinan dalam pameran tersebut. Jumlah booth atau stand yang disediakan pemerintah daerah setempat baru 2% dengan luasan 18 meter persegi.
Hal ini tentu bertolak belakang dengan pemerintah daerah lain yang justru menyewa stand jauh lebih luas. Padahal, seperti diketahui DIY menjadi barometer dan pusat UKM mebel dan kerajinan di Tanah Air.
Seharusnya, fasilitasi pemerintah dalam promosi di acara pameran internasional sekelas JIFFINA bisa lebih besar lagi. JIFFINA merupakan pameran mebel dan kerajinan internasional terbesar kedua di Indonesia.
Pada 2016 atau saat gelaran JIFFINA pertama, setidaknya ada ada 449 buyer dari luar negeri. Sementara buyer domestik, visitor dan mungkin pengembang serta pedagang hole seller sekitar 900.
Tahun ini lebih dari 1.000 buyer dari luar negeri akan datang dan untuk domestik dia memprediksi lebih dari 2.000 orang. "Karena posisi JIFFINA sangat strategis untuk promosi, maka dukungan lebih besar lagi," katanya.
Ketua Pelaksana JIFFINA, Endro Wardoyo mengatakan, JIFFINA di Jogja Expo Center (JEC) akan dilaksanakan pertengahan Maret 2017. Gelaran ini sudah kedua kalinya dilaksanakan dengan luasan area pameran yang bertambah.
Menurutnya, jika gelaran pertama lalu hanya sekitar menggunakan satu hall, kini yang ditawarkan 3 hall. "Dulu (2016) pesertanya hanya 100 pengusaha, sekarang targetnya 150," tuturnya di Yogyakarta, Jumat (10/2/2017).
Dia menyesalkan dukungan dari pemerintah setempat dalam memfasilitasi usaha kecil mikro (UKM) mebel dan kerajinan dalam pameran tersebut. Jumlah booth atau stand yang disediakan pemerintah daerah setempat baru 2% dengan luasan 18 meter persegi.
Hal ini tentu bertolak belakang dengan pemerintah daerah lain yang justru menyewa stand jauh lebih luas. Padahal, seperti diketahui DIY menjadi barometer dan pusat UKM mebel dan kerajinan di Tanah Air.
Seharusnya, fasilitasi pemerintah dalam promosi di acara pameran internasional sekelas JIFFINA bisa lebih besar lagi. JIFFINA merupakan pameran mebel dan kerajinan internasional terbesar kedua di Indonesia.
Pada 2016 atau saat gelaran JIFFINA pertama, setidaknya ada ada 449 buyer dari luar negeri. Sementara buyer domestik, visitor dan mungkin pengembang serta pedagang hole seller sekitar 900.
Tahun ini lebih dari 1.000 buyer dari luar negeri akan datang dan untuk domestik dia memprediksi lebih dari 2.000 orang. "Karena posisi JIFFINA sangat strategis untuk promosi, maka dukungan lebih besar lagi," katanya.
(izz)