Dukungan OJK dalam Inovasi Layanan Diakui Bankir
A
A
A
JAKARTA - Para bankir menilai kebijakan yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sangat baik untuk pengembangan industri perbankan ke depan. Hal ini sangat penting karena banyak inovasi produk dan layanan yang sangat potensial dikembangkan di Tanah Air.
Program pendalaman pasar di sektor perbankan juga sangat ditentukan instrumen perbankan atau sektor keuangan yang ditawarkan perbankan.
CEO Citibank Indonesia Batara Sianturi mengatakan, sejak dia kembali ke Indonesia, dirinya langsung merasakan kinerja dan peran OJK yang sangat kuat.
Jajaran komisioner OJK dinilai sangat mengerti industri keuangan yang dikelolanya melalui intensitas komunikasi antara OJK dan perbankan yang dibangun sejak peralihan pengawasan sektor perbankan dari Bank Indonesia pada 2014.
"Kinerja OJK sangat baik. Kami bisa sangat sering berkomunikasi. Otoritas sangat mengerti industri ini. Komunikasi ini baik untuk pengembangan industri dalam inovasi produk dan layanan," ujar Batara di Jakarta, Jumat (17/2/2017).
Dia mengatakan, salah satu bagian komunikasi OJK yang paling signifikan adalah saat mengelola dana tax amnesty sejak tahun lalu. Dia menjelaskan, dana tax amnesty membutuhkan produk inovatif yang harus dikembangkan industri dalam waktu singkat.
Menurutnya, OJK sangat membantu perbankan untuk melahirkan produk inovatif. "OJK sangat membantu dalam mengembangkan produk inovatif yang dibutuhkan untuk mengelola dana tax amnesty. Para nasabah harus dilayani dengan baik, sehingga nyaman. Ke depannya juga masih banyak inovasi produk dan layanan yang bisa terus dikembangkan," katanya.
Hal senada diakui Vice President Director PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk Luianto Sudarmana yang mengatakan bahwa keberadaan OJK sangat dirasakan manfaatnya oleh perbankan yang beroperasi di Indonesia.
Keunggulan OJK adalah komunikasi mengenai aturan yang akan diluncurkan selalu didiskusikan terlebih dulu. "Sebelum mengeluarkan peraturan kita selalu bisa bertanya dan dapat berdiskusi dengan OJK dan OJK mengakomodasi kebutuhan pelaku industri apa keinginan atau bagaimana kapasitas bank tersebut. Sangat bagus sekali," ujar Luianto.
Dia menilai, OJK juga sangat logis dalam melakukan penilaian Rencana Bisnis Bank (RBB) setiap akhir tahun, karena setelah diserahkan OJK akan melakukan penilaiannya. Apakah target pertumbuhan yang dicantumkan itu masuk akal atau tidak.
"Dalam proses akuisisi atau merger yang kami lakukan juga tidak lepas dari komunikasi yang baik dengan OJK. Kami tidak pernah memiliki keluhan," tuturnya.
Masa jabatan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) periode 2012-2017 akan berakhir pada 20 Juli 2017. Selama lima tahun menjabat, berbagai program dan kebijakan sudah dikeluarkan untuk membangun OJK menjadi otoritas sektor jasa keuangan yang dipercaya.
Kinerja OJK sejak berdiri terlihat dari rekam jejak industri perbankan yang masuk dalam pengawasan OJK. Kinerja perbankan tumbuh stabil yang tercermin dari meningkatnya aset, permodalan, daya tahan dan kondisi likuiditas bank.
Total aset perbankan sampai Desember 2016 mencapai Rp6.730 triliun meningkat dibanding posisi 2014 sebesar Rp5.615 triliun. Sedangkan rasio permodalan (CAR) meningkat dari posisi 19,57% di Desember 2014 menjadi 22,91% pada Desember 2016.
Selain itu, rasio modal inti (tier 1) juga meningkat dari 18,01% pada 2014 menjadi 21,18% pada akhir 2016. Meningkatnya CAR dan modal inti menunjukkan membaiknya kualitas bank dalam menyerap risiko-risiko yang muncul.
Di sisi lain, likuiditas perbankan juga berada dalam posisi yang membaik dengan melihat rasio Loan to Deposit (LDR) yang mencapai 90,70% atau meningkat dibanding posisi Desember 2014 sebesar 89,42%.
Program pendalaman pasar di sektor perbankan juga sangat ditentukan instrumen perbankan atau sektor keuangan yang ditawarkan perbankan.
CEO Citibank Indonesia Batara Sianturi mengatakan, sejak dia kembali ke Indonesia, dirinya langsung merasakan kinerja dan peran OJK yang sangat kuat.
Jajaran komisioner OJK dinilai sangat mengerti industri keuangan yang dikelolanya melalui intensitas komunikasi antara OJK dan perbankan yang dibangun sejak peralihan pengawasan sektor perbankan dari Bank Indonesia pada 2014.
"Kinerja OJK sangat baik. Kami bisa sangat sering berkomunikasi. Otoritas sangat mengerti industri ini. Komunikasi ini baik untuk pengembangan industri dalam inovasi produk dan layanan," ujar Batara di Jakarta, Jumat (17/2/2017).
Dia mengatakan, salah satu bagian komunikasi OJK yang paling signifikan adalah saat mengelola dana tax amnesty sejak tahun lalu. Dia menjelaskan, dana tax amnesty membutuhkan produk inovatif yang harus dikembangkan industri dalam waktu singkat.
Menurutnya, OJK sangat membantu perbankan untuk melahirkan produk inovatif. "OJK sangat membantu dalam mengembangkan produk inovatif yang dibutuhkan untuk mengelola dana tax amnesty. Para nasabah harus dilayani dengan baik, sehingga nyaman. Ke depannya juga masih banyak inovasi produk dan layanan yang bisa terus dikembangkan," katanya.
Hal senada diakui Vice President Director PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk Luianto Sudarmana yang mengatakan bahwa keberadaan OJK sangat dirasakan manfaatnya oleh perbankan yang beroperasi di Indonesia.
Keunggulan OJK adalah komunikasi mengenai aturan yang akan diluncurkan selalu didiskusikan terlebih dulu. "Sebelum mengeluarkan peraturan kita selalu bisa bertanya dan dapat berdiskusi dengan OJK dan OJK mengakomodasi kebutuhan pelaku industri apa keinginan atau bagaimana kapasitas bank tersebut. Sangat bagus sekali," ujar Luianto.
Dia menilai, OJK juga sangat logis dalam melakukan penilaian Rencana Bisnis Bank (RBB) setiap akhir tahun, karena setelah diserahkan OJK akan melakukan penilaiannya. Apakah target pertumbuhan yang dicantumkan itu masuk akal atau tidak.
"Dalam proses akuisisi atau merger yang kami lakukan juga tidak lepas dari komunikasi yang baik dengan OJK. Kami tidak pernah memiliki keluhan," tuturnya.
Masa jabatan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) periode 2012-2017 akan berakhir pada 20 Juli 2017. Selama lima tahun menjabat, berbagai program dan kebijakan sudah dikeluarkan untuk membangun OJK menjadi otoritas sektor jasa keuangan yang dipercaya.
Kinerja OJK sejak berdiri terlihat dari rekam jejak industri perbankan yang masuk dalam pengawasan OJK. Kinerja perbankan tumbuh stabil yang tercermin dari meningkatnya aset, permodalan, daya tahan dan kondisi likuiditas bank.
Total aset perbankan sampai Desember 2016 mencapai Rp6.730 triliun meningkat dibanding posisi 2014 sebesar Rp5.615 triliun. Sedangkan rasio permodalan (CAR) meningkat dari posisi 19,57% di Desember 2014 menjadi 22,91% pada Desember 2016.
Selain itu, rasio modal inti (tier 1) juga meningkat dari 18,01% pada 2014 menjadi 21,18% pada akhir 2016. Meningkatnya CAR dan modal inti menunjukkan membaiknya kualitas bank dalam menyerap risiko-risiko yang muncul.
Di sisi lain, likuiditas perbankan juga berada dalam posisi yang membaik dengan melihat rasio Loan to Deposit (LDR) yang mencapai 90,70% atau meningkat dibanding posisi Desember 2014 sebesar 89,42%.
(izz)