Wall Street Ditutup Kembali Cetak Rekor Baru

Sabtu, 18 Februari 2017 - 10:05 WIB
Wall Street Ditutup...
Wall Street Ditutup Kembali Cetak Rekor Baru
A A A
NEW YORK - Bursa saham Amerika Serikat, Wall Street pada perdagangan kemarin ditutup kembali menguat mencetak rekor baru. Di mana sektor konsumen melonjak 0,7% mengimbangi penurunan di sektor keuangan yang turun 0,03% dan sektor energi 0,5%.

Seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (18/2/2017), Indeks Dow Jones Industrial Average naik 4,28 poin atau 0,02% ke level 20.624,05, Indeks S&P 500 naik 3,94 poin atau 0,17% ke level 2.351,16 dan Nasdaq Composite bertambah 23,68 poin atau 0,41% ke level 5.838,58.

Bank telah memberikan dorongan awal pekan ini ketika Yellen memberikan pernyataan untuk membuka pintu kenaikan suku bunga bulan depan.

"Financials khususnya akan lebih tinggi, jadi saya tidak akan menjadi penjual jenis saham hanya karena mereka berunjuk rasa," kata Andrew Slimmon, manajer portofolio di Morgan Stanley Investment Management di Chicago.

Pasar juga telah didukung oleh ekspektasi rencana fiskal konkret dari pemerintah Donald Trump, yang pekan lalu mengumumkan rencana reformasi pajak dalam beberapa pekan mendatang. Indeks S&P 500 telah tidak terdaftar penurunan 1% atau lebih sejak 11 Oktober.

Untuk pekan ini, Indeks Dow Jones naik 1,7%, Indeks S&P 500 naik 1,5% dan Nasdaq menguat 1,8%. Pasar AS akan ditutup pada Senin untuk liburan Hari Presiden.

Saham Eropa ditutup sedikit lebih tinggi berkat lonjakan saham Unilever (ULVR.L) menutupi penurunan perbankan dan pertambangan saham. Indeks saham global patokan MSCI kehilangan 0,13% menjadi 443,93 poin, mundur dari rekor tinggi 444,94 pada Kamis. Indeks Eropa terkemuka 300 saham FTEU3 ditutup 0,04% lebih tinggi.

USD naik 0,5% terhadap beberapa mata uang dengan pengecualian yen, meninggalkan sedikit berubah pada pekan berikutnya terimbas pernyataan Yellen yang agak hawkish dan data AS yang mengejutkan cukup kuat pada penjualan ritel dan harga konsumen.

Yen naik terhadap mata uang utama. Kekhawatiran tentang pemilu Perancis yang akan datang dan kurangnya gerakan perubahan fiskal di Amerika Serikat memicu permintaan safe-haven untuk mata uang Jepang.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6458 seconds (0.1#10.140)