Ganjar Minta BI Bantu Ciptakan Pasar Ekspor Baru
A
A
A
SEMARANG - Ekspor Jawa Tengah tahun lalu melambat imbas kondisi perekonomian dua negara tujuan utama ekspor, yakni Amerika Serikat dan China. Bank Indonesia diminta untuk bisa turut serta dalam membuka pasar baru, selain dari negara-negara tujuan utama ekspor yang sudah ada.
"Salah satu pekerjaan rumah adalah meningkatkan nilai ekspor Jawa Tengah," ujar Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo di sela-sela serah terima jabatan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jateng, Senin (20/2/17).
Dia lanjutkan, ada upaya untuk membuka pasar baru termasuk menggali potensi- potensi komoditas lain yang dapat dikirim ke luar negeri. Contohnya, Rusia, dimana pertumbuhan ekonomi mereka positif dan mereka antusias untuk berinvestasi di Jateng. "Beberapa komoditas pangan di sana yang mahal dan di sini murah juga bisa menjadi alternatif untuk komoditas ekspor," terangnya.
Selain ekspor, lanjut Ganjar, tantangan lainnya adalah penanganan kemiskinan. Angka kemiskinan di Jateng diakui masih tergolong tinggi. Mereka yang berada di taraf miskin tersebut rata-rata berprofesi sebagai petani, nelayan dan pengusaha kecil.
"Kami tunggu peran BI untuk bisa mencarikan jalan agar mereka ini bisa berdikari. Bisa juga dengan dilatih kewirausahaan,” ujarnya.
Ganjar juga menyoroti soal stabilisasi harga, khususnya beberapa komoditas yang kerap memberikan dampak terhadap naiknya inflasi. Diantaranya cabai dan bawang merah. "Harga bawang merah hari ini (kemarin) naik karena terendam air. Apakah kita akan biarkan saja naik jika tanaman terendam? Ini tantangannya, salah satu PR bagi BI yaitu stabilisasi harga,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Hamid Ponco Wibowo yang baru resmi dilantik, mengatakan siap mencari solusi. "Di Jateng masih banyak tantangan yang perlu dicari solusi. Diantaranya tantangan mengendalikan volatile food atau inflasi yang dipengaruhi oleh kejutan dalam kelompok bahan makanan," katanya.
Hamid menambahkan, tingginya harga komoditas tidak hanya terjadi di provinsi ini melainkan terjadi pula di luar Pulau Jawa. "Volatile food sangat rentan kenaikan harga dan menjadi perhatian khusus TPID," terangnya.
Adapun Hamid menggantikan Iskandar Simorangkir, yang kini didapuk Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Sebelumnya, Hamid Ponco Wibowo bertugas sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Selatan.
"Salah satu pekerjaan rumah adalah meningkatkan nilai ekspor Jawa Tengah," ujar Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo di sela-sela serah terima jabatan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jateng, Senin (20/2/17).
Dia lanjutkan, ada upaya untuk membuka pasar baru termasuk menggali potensi- potensi komoditas lain yang dapat dikirim ke luar negeri. Contohnya, Rusia, dimana pertumbuhan ekonomi mereka positif dan mereka antusias untuk berinvestasi di Jateng. "Beberapa komoditas pangan di sana yang mahal dan di sini murah juga bisa menjadi alternatif untuk komoditas ekspor," terangnya.
Selain ekspor, lanjut Ganjar, tantangan lainnya adalah penanganan kemiskinan. Angka kemiskinan di Jateng diakui masih tergolong tinggi. Mereka yang berada di taraf miskin tersebut rata-rata berprofesi sebagai petani, nelayan dan pengusaha kecil.
"Kami tunggu peran BI untuk bisa mencarikan jalan agar mereka ini bisa berdikari. Bisa juga dengan dilatih kewirausahaan,” ujarnya.
Ganjar juga menyoroti soal stabilisasi harga, khususnya beberapa komoditas yang kerap memberikan dampak terhadap naiknya inflasi. Diantaranya cabai dan bawang merah. "Harga bawang merah hari ini (kemarin) naik karena terendam air. Apakah kita akan biarkan saja naik jika tanaman terendam? Ini tantangannya, salah satu PR bagi BI yaitu stabilisasi harga,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Hamid Ponco Wibowo yang baru resmi dilantik, mengatakan siap mencari solusi. "Di Jateng masih banyak tantangan yang perlu dicari solusi. Diantaranya tantangan mengendalikan volatile food atau inflasi yang dipengaruhi oleh kejutan dalam kelompok bahan makanan," katanya.
Hamid menambahkan, tingginya harga komoditas tidak hanya terjadi di provinsi ini melainkan terjadi pula di luar Pulau Jawa. "Volatile food sangat rentan kenaikan harga dan menjadi perhatian khusus TPID," terangnya.
Adapun Hamid menggantikan Iskandar Simorangkir, yang kini didapuk Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Sebelumnya, Hamid Ponco Wibowo bertugas sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Selatan.
(ven)