Kemenhub Siap Resmikan Tiga Bandara Baru
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perhubungan pada tahun ini akan meresmikan tiga bandar udara (bandara) baru. Yaitu Bandara Letung di Kepulauan Riau, Bandara Miangas Sulawesi Utara dan Bandara Morowali di Sulawesi Tengah. Kemenhub juga menawarkan maskapai untuk beroperasi ke sana.
Direktur Bandara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Yudhi Sari Sitompul mengatakan, tiga bandara tersebut diantaranya telah beroperasi dan akan diresmikan pada tahun ini.
"Sebagian telah beroperasi seperti Bandara Letung, maskapai Susi Air sudah masuk ke sana. Sedangkan Bandara Miangas dan Morowali siap diresmikan tahun ini," kata dia dalam keterangan yang diterima SINDOnews, Jumat (3/3/2017).
Status tiga bandara tersebut diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai bandara dengan penerbangan reguler. "Fasilitas utama seperti runway sudah tersedia. Tawaran kepada maskapai, kami lakukan berdasarkan potensi masing-masing daerah," ungkap dia.
Bandara Letung terletak di Laut China Selatan tepatnya di Kabupaten Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau. Saat ini progres pembangunan bandara tersebut sudah 75% rampung. Ditargetkan Maret tahun ini sudah resmi beroperasi. Rencananya, bandara dengan anggaran senilai Rp250 miliar ini akan diresmikan Presiden Jokowi pada April 2017.
Saat ini, status Bandara Letung merupakan bandara perintis melalui penerbangan Susi Air yang diterbangi sejak November tahun lalu. "Jika seluruhnya rampung, bandara ini kami buka sebagai bandara reguler. Tinggal kita lihat ketertarikan sejumlah maskapai," ungkap Yudhi Sari.
Sedangkan Bandara Miangas di Pulau Miangas salah satu pulau terluar di sebelah utara Sulawesi Utara ini, sebelumnya sempat dikunjungi Menteri Perhubungan akhir tahun 2016. Saat ini progres fisik bandara mencapai 90%, menyisakan penyelesaian perumahan karyawan.
Bandara Morowali di Sulawesi Tengah juga hampir rampung 100% dari sisi runway maupun fasilitas bandara juga fasilitas sisi darat seperti terminal. Bandara yang dikunjungi Menhub Budi Karya pada Desember 2016 ini akan mempermudah akses transportasi masyarakat Morowali yang mengandalkan jalur darat.
Ketiga bandara ditawarkan dengan potensi pariwisata masing-masing daerah. Adapun pengelolaan tiga bandara tersebut di bawah naungan Unit Penyelenggara Bandar Udara dibawah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub. "Jika sudah komersial, artinya penerbangan reguler melalui maskapai sudah maksimal, tentu tiga bandara ini akan kami tingkatkan statusnya," ujarnya.
Terpisah, pengamat penerbangan Arista Admadjati mengatakan pemerintah saat ini sedang fokus membuka akses menuju ke pulau terluar. Hal tersebut menjadi pertanda positif sebab akses bandara akan membuka daerah-daerah yang terisolir, meningkatkan perekonomian serta pariwisata.
"Saya kira ini pertanda positif mengingat negara kita juga daerah kepulauan. Semakin banyak bandara, semakin banyak pilihan. Tinggal melihat keinginan kuat pemerintah setempat untuk menarik minat pendatang," ungkapnya.
Dia mengatakan, di Indonesia terdapat 250 bandara, 75 diantaranya merupakan bandara aktif yang dikelola pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan, Badan Usaha Milik Negara, pemerintah daerah serta bandara khusus yang dikelola swasta.
"Ini tentu menjadi catatan mengingat pertumbuhan udara kita nomor tiga di dunia setelah China dan India. Bagaimanapun ini peluang untuk memajukan semua sektor dan potensi melalui ketersediaan bandara," ujarnya.
Arista menambahkan bahwa dukungan terhadap bandara-bandara kecil juga harus diberikan maksimal melalui ketersediaan transportasi pendukung. Misalnya, ketersediaan sarana angkutan bus, serta angkutan kapal.
"Kalau bandaranya terletak di kepulauan ya tentu saja harus menyediakan sarana angkutan laut melalui intermoda speedboat. Begitu juga sarana pendukung moda darat melalui ketersediaan angkutan bus ke tempat-tempat yang di tuju," pungkas dia.
Direktur Bandara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Yudhi Sari Sitompul mengatakan, tiga bandara tersebut diantaranya telah beroperasi dan akan diresmikan pada tahun ini.
"Sebagian telah beroperasi seperti Bandara Letung, maskapai Susi Air sudah masuk ke sana. Sedangkan Bandara Miangas dan Morowali siap diresmikan tahun ini," kata dia dalam keterangan yang diterima SINDOnews, Jumat (3/3/2017).
Status tiga bandara tersebut diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai bandara dengan penerbangan reguler. "Fasilitas utama seperti runway sudah tersedia. Tawaran kepada maskapai, kami lakukan berdasarkan potensi masing-masing daerah," ungkap dia.
Bandara Letung terletak di Laut China Selatan tepatnya di Kabupaten Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau. Saat ini progres pembangunan bandara tersebut sudah 75% rampung. Ditargetkan Maret tahun ini sudah resmi beroperasi. Rencananya, bandara dengan anggaran senilai Rp250 miliar ini akan diresmikan Presiden Jokowi pada April 2017.
Saat ini, status Bandara Letung merupakan bandara perintis melalui penerbangan Susi Air yang diterbangi sejak November tahun lalu. "Jika seluruhnya rampung, bandara ini kami buka sebagai bandara reguler. Tinggal kita lihat ketertarikan sejumlah maskapai," ungkap Yudhi Sari.
Sedangkan Bandara Miangas di Pulau Miangas salah satu pulau terluar di sebelah utara Sulawesi Utara ini, sebelumnya sempat dikunjungi Menteri Perhubungan akhir tahun 2016. Saat ini progres fisik bandara mencapai 90%, menyisakan penyelesaian perumahan karyawan.
Bandara Morowali di Sulawesi Tengah juga hampir rampung 100% dari sisi runway maupun fasilitas bandara juga fasilitas sisi darat seperti terminal. Bandara yang dikunjungi Menhub Budi Karya pada Desember 2016 ini akan mempermudah akses transportasi masyarakat Morowali yang mengandalkan jalur darat.
Ketiga bandara ditawarkan dengan potensi pariwisata masing-masing daerah. Adapun pengelolaan tiga bandara tersebut di bawah naungan Unit Penyelenggara Bandar Udara dibawah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub. "Jika sudah komersial, artinya penerbangan reguler melalui maskapai sudah maksimal, tentu tiga bandara ini akan kami tingkatkan statusnya," ujarnya.
Terpisah, pengamat penerbangan Arista Admadjati mengatakan pemerintah saat ini sedang fokus membuka akses menuju ke pulau terluar. Hal tersebut menjadi pertanda positif sebab akses bandara akan membuka daerah-daerah yang terisolir, meningkatkan perekonomian serta pariwisata.
"Saya kira ini pertanda positif mengingat negara kita juga daerah kepulauan. Semakin banyak bandara, semakin banyak pilihan. Tinggal melihat keinginan kuat pemerintah setempat untuk menarik minat pendatang," ungkapnya.
Dia mengatakan, di Indonesia terdapat 250 bandara, 75 diantaranya merupakan bandara aktif yang dikelola pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan, Badan Usaha Milik Negara, pemerintah daerah serta bandara khusus yang dikelola swasta.
"Ini tentu menjadi catatan mengingat pertumbuhan udara kita nomor tiga di dunia setelah China dan India. Bagaimanapun ini peluang untuk memajukan semua sektor dan potensi melalui ketersediaan bandara," ujarnya.
Arista menambahkan bahwa dukungan terhadap bandara-bandara kecil juga harus diberikan maksimal melalui ketersediaan transportasi pendukung. Misalnya, ketersediaan sarana angkutan bus, serta angkutan kapal.
"Kalau bandaranya terletak di kepulauan ya tentu saja harus menyediakan sarana angkutan laut melalui intermoda speedboat. Begitu juga sarana pendukung moda darat melalui ketersediaan angkutan bus ke tempat-tempat yang di tuju," pungkas dia.
(ven)