Pansel Akui Ada Kedekatan dengan Calon DK OJK
A
A
A
JAKARTA - Anggota Panitia Seleksi (Pansel) Calon Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) Tony Prasentyantono mengatakan, ada hal menarik yang dirasakan selama bergabung dalam Pansel DK OJK. Dia menceritakan bahwa calon peserta yang mengikuti seleksi kebanyakan adalah orang-orang atau ekonom yang kenal dengannya bahkan dekat.
Awalnya, Tony merasa kandidat-kandidat tersebut bakal menghubunginya jika nama mereka tidak lolos dalam seleksi dan akan menanyakan alasan ketidaklolosannya. Namun ternyata tidak demikian.
"Mostly kandidat itu saya kenal, iya, bahkan ada beberapa yang dekat. Ini bisa positif karena saya paham orang ini tapi juga bisa negatif kalau kami harus coret. Saya beruntung kandidat ini tidak komplain atau hubungi saya ketika mereka tidak lolos, jadi saya tidak kikuk. Ini pengalaman luar biasa bagi saya. Semua juga pasti sama," kata dia, Jakarta, Senin (13/3/2017).
Tony pun mengatakan, meski tim Pansel saat ini telah mengantongi 21 nama yang telah diberikan kepada Presiden Joko Widodo, namun dia mengakui, tidak ada proses seleksi yang sempurna. Dalam hal ini, Tony memiliki penjelasan sendiri.
"Ketidaksempurnaan itu kami sadari sejak awal. Saya ingat di awal, Ibu Sri Mulyani mengejar kami untuk mendorong orang-orang yang potensial untuk daftar. Tapi itu tidak gampang, prosesnya saja sudah berat," kata dia.
Bahkan ketika Tony menjadi anggota Pansel, banyak kerabatnya bertanya mengapa ia tidak ikut mendaftar. Apalagi Tony tercatat sebagai ekonom yang kredibel di bidangnya saat ini.
"Ketika saya terpilih jadi pansel, teman-teman di UGM tanya kenapa enggak jadi kandidat, saya enggak mau. Karena pasti banyak merahnya kalau saya tes kesehatan dan pasti saya banyak enggak lolosnya. Itulah hasilnya kami kekurangan stok atau talenta atau potensi yang mau daftar. Yang mau daftar itu pasti betul-betul niatnya tinggi tapi malas ikut seleksi," tutupnya.
Awalnya, Tony merasa kandidat-kandidat tersebut bakal menghubunginya jika nama mereka tidak lolos dalam seleksi dan akan menanyakan alasan ketidaklolosannya. Namun ternyata tidak demikian.
"Mostly kandidat itu saya kenal, iya, bahkan ada beberapa yang dekat. Ini bisa positif karena saya paham orang ini tapi juga bisa negatif kalau kami harus coret. Saya beruntung kandidat ini tidak komplain atau hubungi saya ketika mereka tidak lolos, jadi saya tidak kikuk. Ini pengalaman luar biasa bagi saya. Semua juga pasti sama," kata dia, Jakarta, Senin (13/3/2017).
Tony pun mengatakan, meski tim Pansel saat ini telah mengantongi 21 nama yang telah diberikan kepada Presiden Joko Widodo, namun dia mengakui, tidak ada proses seleksi yang sempurna. Dalam hal ini, Tony memiliki penjelasan sendiri.
"Ketidaksempurnaan itu kami sadari sejak awal. Saya ingat di awal, Ibu Sri Mulyani mengejar kami untuk mendorong orang-orang yang potensial untuk daftar. Tapi itu tidak gampang, prosesnya saja sudah berat," kata dia.
Bahkan ketika Tony menjadi anggota Pansel, banyak kerabatnya bertanya mengapa ia tidak ikut mendaftar. Apalagi Tony tercatat sebagai ekonom yang kredibel di bidangnya saat ini.
"Ketika saya terpilih jadi pansel, teman-teman di UGM tanya kenapa enggak jadi kandidat, saya enggak mau. Karena pasti banyak merahnya kalau saya tes kesehatan dan pasti saya banyak enggak lolosnya. Itulah hasilnya kami kekurangan stok atau talenta atau potensi yang mau daftar. Yang mau daftar itu pasti betul-betul niatnya tinggi tapi malas ikut seleksi," tutupnya.
(ven)