JIFFINA 2017 Dibuka, Sultan Ingkatkan Soal Kelangkaan Kayu
A
A
A
YOGYAKARTA - Jogja International Furniture Fair Indonesia (JIFFINA) 2017 resmi dibuka oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X di Jogja Expo Center (JEC), Senin (13/3/2017). Pameran mebel dan kerajinan yang berlangsung hingga tanggal 16 Maret 2016 didominasi oleh mebel dari Kayu Jati.
Namun, Sultan mengungkapkan kekhawatirannya jika dieksploitasi terus menerus untuk pembuatan mebel dan kerajinan, maka bahan dasar kerajinan yaitu kayu akan mengalami kelangkaan.
Para pengusaha mebel dan perajin harus mulai mempertimbangkan penggunaan bahan lain di samping tetap menggunakan kayu tetapi ada program lain untuk mengatasi persoalan menurunnya pasokan kayu suatu saat ini.
"Terobosan memang diperlukan untuk mengatasi kelangkaan bahan kayu tersebut," tuturnya saat pembukaan JIFFINA 2017, Senin (13/3/2017).
Terobosan impor kayu memang patut untuk dipertimbangkan dan menjadi pilihan. Karena dengan impor maka kebutuhan kayu untuk pengusaha mebel serta perajin akan terpenuhi. Di samping menggunakan 3.000 batang hasil reklamasi kayu yang dilakukan beberapa waktu yang lalu.
Tak hanya itu, pengusaha mebel dan kerajinan juga harus bisa melakukan daur ulang kayu-kayu bekas pakai. Kayu daur ulang bekas pakai tersebut justru memiliki nilai lebih dibanding kayu baru asalkan ada sertifikasinya.
Alternatif kayu bekas bisa menjadi solusi sementara yang tepat sembari tetap menggalakkan reboisasi. "Ya jalan satu-satunya, untuk jangka panjang kita akan reboisasi," ujarnya.
Namun, Sultan mengungkapkan kekhawatirannya jika dieksploitasi terus menerus untuk pembuatan mebel dan kerajinan, maka bahan dasar kerajinan yaitu kayu akan mengalami kelangkaan.
Para pengusaha mebel dan perajin harus mulai mempertimbangkan penggunaan bahan lain di samping tetap menggunakan kayu tetapi ada program lain untuk mengatasi persoalan menurunnya pasokan kayu suatu saat ini.
"Terobosan memang diperlukan untuk mengatasi kelangkaan bahan kayu tersebut," tuturnya saat pembukaan JIFFINA 2017, Senin (13/3/2017).
Terobosan impor kayu memang patut untuk dipertimbangkan dan menjadi pilihan. Karena dengan impor maka kebutuhan kayu untuk pengusaha mebel serta perajin akan terpenuhi. Di samping menggunakan 3.000 batang hasil reklamasi kayu yang dilakukan beberapa waktu yang lalu.
Tak hanya itu, pengusaha mebel dan kerajinan juga harus bisa melakukan daur ulang kayu-kayu bekas pakai. Kayu daur ulang bekas pakai tersebut justru memiliki nilai lebih dibanding kayu baru asalkan ada sertifikasinya.
Alternatif kayu bekas bisa menjadi solusi sementara yang tepat sembari tetap menggalakkan reboisasi. "Ya jalan satu-satunya, untuk jangka panjang kita akan reboisasi," ujarnya.
(ven)