Ekspor Jepang di Februari Diprediksi Naik Tercepat sejak 2015

Jum'at, 17 Maret 2017 - 15:41 WIB
Ekspor Jepang di Februari...
Ekspor Jepang di Februari Diprediksi Naik Tercepat sejak 2015
A A A
TOKYO - Ekspor Jepang diperkirakan melesat paling cepat dalam dua tahun terakhir pada bulan Februari 2017, dipengaruhi oleh pelemahan Yen serta meningkatkan permintaan global. Namun ketidakpastian mengenai kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS) yang lebih proteksionis, masih mengaburkan prospek pemulihan ekonomi terbesar ketiga di dunia tersebut.

Seperti dilansir Reuters, Jumat (17/3/2017) ekspor Jepang diperkirakan melompat mencapai 10,6% di bulan Februari, dibandingkan tahun sebelumnya yang akan menjadi keuntungan terbesar sejak Januari 2015 ketika itu mengalami peningkatan 16,9%. Angka tersebut diyakini karena rebound permintaan Asia, ketika pengiriman pada Januari 2017 melambat akibat libur panjang tahun baru Imlek di China.

Pengiriman di bulan Januari hanya rata-rata sebesar 1,3%. Sementara impor Jepang pada bulan kedua tahun ini diramalkan bakal meningkat 0,6% dari tahun sebelumnya, saat di Januari menyusut sehingga menandai peningkatan dalam dua tahun terakhir. Diharapkan kondisi ini dapat menghasilkan surplus perdagangan 822,0 miliar yen atau setara dengan USD7,25 miliar, dibandingkan defisit Januari hampir 1,09 triliun yen.

Prediksi ini muncul setelah Reuters melakukan survei terhadap 20 analis terkait pertumbuhan neraca perdagangan Negeri Matahari Terbit -julukan Jepang- tersebut. "Anda harus keluar dari rata-rata ekspor di Januari dan Februari untuk mempertimbangkan dampak dari liburan tahun baru Imlek," ungkap Kepala Ekonom Dai-ichi Research Institute Yoshiki Shinke

"Namun, ada kesempatan bahwa rata-rata ekspor di bulan Januari dan Februari melampaui dari Oktober-Desember. Data pada pekan depan akan menjadi sesuatu yang memastikan tren pemulihan sektor manufaktur global," sambungnya.

Departemen Keuangan akan segera merilis data perdagangan ketika surplus perdagangan Jepang dengan Amerika Serikat telah menurun. Tetapi jika mulai bangkit kembali, itu bisa menjadi flashpoint setelah Presiden Donald Trump mengatakan Jepang, China dan Jerman merupakan eksportir tertinggi ke pasar Amerika Serikat," paparnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5377 seconds (0.1#10.140)