Inovasi Riset Dongkrak Produktivitas Padi Dua Kali Lipat

Sabtu, 18 Maret 2017 - 02:04 WIB
Inovasi Riset Dongkrak Produktivitas Padi Dua Kali Lipat
Inovasi Riset Dongkrak Produktivitas Padi Dua Kali Lipat
A A A
MAKASSAR - Kementerian Pertanian terus bersinergi dengan mengajak Perguruan Tinggi menciptakan inovasi teknologi untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian, baik padi, jagung maupun kedelai dan tanaman pangan lainnya untuk mewujudkan swasembada pangan.

Salah satu hasil inovasi yaitu padi gogo Inpago LIPI GO 2 dilepas berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 184/Kpts/SR.120/2/2014, merupakanpadi yang tahan terhadap blas ras 073, dan cocok ditanam di lahan kering dataran rendah sampai ketinggian kurang dari 700 mdpl yang mampumeningkatkan produkstivitas dari 6 ton per hektare menjadi 12 ton per ha atau naik dua kali lipat.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohammad Nasir. Ia mengatakan program ini untuk mendukung program swasembada pangan harus dipadukan dengan teknologi peningkatan produktivitas dan kualitas hasil pertanian di Indonesia.

Karena itu, pihaknya tak henti-hentinya melakukan riset dengan bekerja sama seluruh perguruan tinggi di Indonesia agar melakukan riset yang menghasilkan suatu inovasi di bidang pertanian, dimana risetnya tidak boleh berhenti hanya di laboratorium saja.

“Kita terus menciptakan inovasi teknologi baru, namun tidak berhenti sampai di skala laboratorium tetapi harus di aplikasikan bagaimana menghasilkan padi unggul, seperti yang telah dimanfaatkan oleh Kementerian Pertanian, yang tadinya kapasitas prosuksi hanya 6 ton sekarang sampai 12 ton,” katanya di AuditoriumAl-Jibra, Kampus II Universitas Muslim Indonesia, Makassar, Jumat (17/3/2017).

Selain itu, pihaknya telah menciptakan teknologi bagaimana proses pertumbuhan padi agar tidak dihinggapi oleh burung, tidak mudah rubuh dan mudah dipanen. Saat ini teknologi tersebut telah dikembangkan oleh petani di Indramayu, Jawa Barat, seluas 50 ribu hektare.

“Sekarang inovasi tersebut telah dikembangkan dengan luas lahan 50 ribu hektare. Kalau jagung dan kedelai sudah mapan, berikutnya kami akan kembangkan peningkatan produksi daging sapi,” ujarnya.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, pihaknya mendukung para peneliti di Perguruan Tinggi untuk menciptakan teknologi peningkatan produksi pangan. Menurutnya teknologi berperan penting dalam mengubah kemajuan pertanian dan ketahanan pangan bangsa.

"Tekonologi sangat penting dalam peningkatan produktivitas dan kualitas, tanpa teknologi tidak mungkin pertanian berubah, itu mustahil,” katanya.

Kata Amran, pihaknya telah banyak berdiskusi dengan para guru besar dari berbagai perguruan Tinggi seperti IPB, Universitas Lampung, Universitas Gadjah Mada yang telah menuliskan hasil inovasinya dan mengajak untuk mengaplikasikannya.

"Tahun lalu kami ketemu dan minta untuk mengaplikasikan. Alhamdulliah, singkat cerita telah terealisasi proses tanamnya 50 ribu hektare," katanya.

Dia menjelaskan 50 ha sudah jalan di Indramayu, Jawa Barat dan kini Sulawesi Selatan sedang berjalan dan dalam tahap proses. Sehingga harus menyesuaikan agroklaimer karena setiap wilayah berbeda varietas. “Pengembangan inovasi ini membutuhkan anggaran alat pertanian sebesar Rp2 triliun hingga Rp3 triliun, semua dengan teknologi sampai Rp7 triliun,” jelasnya.

Amran menambahkan, teknologi perguruan tinggi ini kalau diterapkan, bisa meningkatkan pendapatan petani Rp316 triliun. Karena, alat mesin teknologi yang digunakan menekan biaya 50%. Capaian sampai hari ini dengan perguruan tinggi, melibatkan sekitar 8.000 mahasiswa untuk bergerak di bidang pertanian. Dan telah meningkatkan hasil dari 70 juta ton menjadi 79 juta ton.

Alhasil, impor jagung dari Argentina dan Amerika pun mengalami penurunan sebesar 66% pada tahun 2016. “Tahun ini kami fokus padi, bawang merah dan cabai. Tahun 2017 fokus menyelesaikan jagung, 2019 gula konsumsi,” terangnya.

Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo memaparkan, jika pertanian sudah menjadi industri, otomatis menghasilkan pendapatan rakyat yang makin baik. Sehingga untuk meningkatkan produktivitas jagung membutuhkan sains dan teknologi.

“Kawasan Indonesia timur dijadikan uji coba adalah tepat. Negara ini jadi besar jika kawasan Indonesia bagian timur tergarap dengan baik,” paparnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9543 seconds (0.1#10.140)