Kunjungan Menlu AS Bisa Pererat Perdagangan dengan China

Senin, 20 Maret 2017 - 21:23 WIB
Kunjungan Menlu AS Bisa...
Kunjungan Menlu AS Bisa Pererat Perdagangan dengan China
A A A
BEIJING - Potensi untuk bentrokan antara dua negara besar ekonomi dunia: Amerika Serikat dan Republik Rakyat China memang santer dibicarakan. Namun, kedua pihak juga kerap melontarkan pentingnya kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan.

Terkait hal terakhir, China lantas memanfaatkan kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson ke Beijing pada awal pekan ini. Melansir dari Xinhua, Senin (20/3/2017), Tillerson mengatakan kepada Menlu RRC Wang Yi bahwa kedua negara perlu bekerja sama lebih erat dan saling koordinasi dalam menghadapi situasi internasional yang berubah.

Untuk itu, kedua negara ingin mengintensifkan kerja sama ekonomi AS-China seperti yang disampaikan Menteri Keuangan RRC Xio Jie dan Menkeu AS Steven Mnuchin saat bertemu di sela-sela KTT tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral anggota G-20 di Jerman pada Sabtu kemarin.

AS dan China optimistis kerja sama ekonomi ini tidak hanya penting bagi kedua negara, juga bagi pertumbuhan ekonomi dunia. Apalagi Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan negaranya tidak ingin terjadi perang dagang dengan AS. “China tidak ingin terjadi perang dagang dan jika ada perang dagang, perusahaan-perusahaan AS justru akan kehilangan pasar,” katanya.

Menurut Negeri Tirai Bambu friksi perdagangan tidak akan memenangkan salah satu negara, bahkan yang terjadi bisa merusak hubungan erat yang sudah terjalin selama hampir 40 tahun. Data resmi Pemerintah China menunjukkan perdagangan bilateral dengan AS telah meningkat 200 kali lipat, dari USD2,5 miliar pada 1979 menjadi USD519,6 miliar pada tahun 2016.

Untuk menjaga kerja sama perdagangan yang saling menguntungkan, China akan melanjutkan China Development Forum 2017. Adapun bekas Menteri Luar Negeri AS Henry Paulson menambahkan bahwa kedua negara telah mendapat banyak manfaat dari hubungan perdagangan yang telah mencapai angka lebih dari USD500 miliar.

Bahkan, sambung Paulson, selama 10 tahun belakangan, ekspor AS ke China naik signifikan dengan rata-rata 11% per tahun. Sementara impor dari China rata-rata mencapai 6% setiap tahun.

Meski demikian, Pemerintah China menyatakan ingin mencari solusi atas kebijakan administrasi Presiden AS Donald Trump, yang kerap mengkritik mereka. China menyatakan keberatan dengan rencana kebijakan Trump yang ingin menerapkan tarif lebih tinggi kepada produk-produk China yang masuk ke AS.

Melansir dari Reuters, Senin (20/3/2017), salah satu penasihat kebijakan Pemerintah China yang enggan disebut namanya, berpendapat bahwa negaranya tidak ingin membalas retorika Trump. “Masih ada ruang bagi kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalah melalui kerja sama dan konsultasi, bukan menjawabnya (Trump) dengan pembalasan,” ujarnya.

Untuk mencari solusi atas kebijakan Trump, rencananya Presiden RRC Xi Jinping akan bertemu dengan Donald Trump membahas masa depan perdagangan kedua negara. Diantaranya China ingin meningkatkan investasi di AS untuk membantu Trump menciptakan banyak lapangan kerja. Dan China bersedia juga meningkatkan impor dari AS.

Adapun menurut laporan Oxford Economics, perdagangan bilateral antara AS dan China bisa menciptakan 2,6 juta lapangan kerja dan berkontribusi hingga USD216 miliar bagi pertumbuhan ekonomi di AS pada tahun 2015. Dan perdagangan bilateral ini kata Menteri Perdagangan China Zhong Shan adalah satu-satunya pilihan yang tepat.

“Perang dagang tidak membawa apa-apa selain kerugian. Kerja sama justru satu-satunya pilihan yang tepat. AS dan China harus saling meningkatkan kerja sama dan mengelola setiap perbedaan,” tandas Zhong. Dan hubungan ini, bisa membantu pemulihan perekonomian dunia.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8788 seconds (0.1#10.140)