Imam Teguh Saptono Lengser dari Dirut BNI Syariah
A
A
A
JAKARTA - Pemegang saham BNI Syariah saat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) kemarin menetapkan pengakhiran masa tugas Imam Teguh Saptono sebagai direktur utama dan Kukuh Rahardjo sebagai Direktur Bisnis Konsumer BNI Syariah.
Dalam rilis yang diterima hari ini, RUPSLB tersebut mengangkat Abdullah Firman Wibowo sebagai Direktur Utama dan Dhias Widhiyati sebagai Direktur. Keduanya efektif setelah mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Di sisi lain, Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary) Endang Rosawati mengatakan, kinerja positif BNI Syariah selama 2016 mengalami pertumbuhan positif dengan posisi laba sebesar Rp277,37 miliar atau meningkat 21,38% dari Desember 2015 sebesar Rp228,52 miliar.
"Kenaikan laba didukung oleh komposisi rasio dana murah (CASA) yang meningkat yakni 47,63% lebih baik dari tahun sebelumnya sebesar 46,15% dan efisiensi penurunan biaya operasional (BOPO) menjadi 87,67%. Sebelumnya sebesar 89,63%," kata dia dalam rilisnya di Jakarta, Jumat (24/3/2017).
Sementara, dana pihak ketiga (DPK) meningkat sebesar Rp24,23 Triliun, tumbuh 25,41% dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp19,32 triliun.
Dari segi aset BNI Syariah terus mengalami pergerakan positif yakni posisi per Desember 2016 sebesar Rp28,31 triliun atau naik 23,01% dari posisi Desember 2015 sebesar Rp23,01 triliun.
Menurutnya, hal ini didukung dengan penyaluran pembiayaan sebesar Rp20,49 triliun yang terbagi menjadi empat segmen di antaranya ritel produktif dan komersial sebesar Rp8,00 triliun, pembiayaan konsumer sebesar Rp10,91 triliun.
Selain itu, pembiayaan mikro sebesar Rp1,20 triliun dan hasanah card sebesar Rp367,59 miliar dengan tetap menjaga kualitas pembiayaan (NPF) tetap terjaga di bawah 3%.
"Alhamdulillah, akhir 2016 market share BNI Syariah terhadap industri perbankan syariah sebesar 7,94% dengan memberikan kontribusi laba sebesar 13,23%," tuturnya.
Hal tersebut membawa BNI Syariah pada peringkat aset terbesar ke-3 di industri perbankan syariah kategori Bank Umum Syariah.
"Selain aset, DPK dan pembiayaan juga menempati posisi ke-3 dengan NPF masih terjaga di bawah 3% dan di bawah rata-rata industri sebesar 4,42%," tandasnya.
Dalam rilis yang diterima hari ini, RUPSLB tersebut mengangkat Abdullah Firman Wibowo sebagai Direktur Utama dan Dhias Widhiyati sebagai Direktur. Keduanya efektif setelah mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Di sisi lain, Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary) Endang Rosawati mengatakan, kinerja positif BNI Syariah selama 2016 mengalami pertumbuhan positif dengan posisi laba sebesar Rp277,37 miliar atau meningkat 21,38% dari Desember 2015 sebesar Rp228,52 miliar.
"Kenaikan laba didukung oleh komposisi rasio dana murah (CASA) yang meningkat yakni 47,63% lebih baik dari tahun sebelumnya sebesar 46,15% dan efisiensi penurunan biaya operasional (BOPO) menjadi 87,67%. Sebelumnya sebesar 89,63%," kata dia dalam rilisnya di Jakarta, Jumat (24/3/2017).
Sementara, dana pihak ketiga (DPK) meningkat sebesar Rp24,23 Triliun, tumbuh 25,41% dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp19,32 triliun.
Dari segi aset BNI Syariah terus mengalami pergerakan positif yakni posisi per Desember 2016 sebesar Rp28,31 triliun atau naik 23,01% dari posisi Desember 2015 sebesar Rp23,01 triliun.
Menurutnya, hal ini didukung dengan penyaluran pembiayaan sebesar Rp20,49 triliun yang terbagi menjadi empat segmen di antaranya ritel produktif dan komersial sebesar Rp8,00 triliun, pembiayaan konsumer sebesar Rp10,91 triliun.
Selain itu, pembiayaan mikro sebesar Rp1,20 triliun dan hasanah card sebesar Rp367,59 miliar dengan tetap menjaga kualitas pembiayaan (NPF) tetap terjaga di bawah 3%.
"Alhamdulillah, akhir 2016 market share BNI Syariah terhadap industri perbankan syariah sebesar 7,94% dengan memberikan kontribusi laba sebesar 13,23%," tuturnya.
Hal tersebut membawa BNI Syariah pada peringkat aset terbesar ke-3 di industri perbankan syariah kategori Bank Umum Syariah.
"Selain aset, DPK dan pembiayaan juga menempati posisi ke-3 dengan NPF masih terjaga di bawah 3% dan di bawah rata-rata industri sebesar 4,42%," tandasnya.
(izz)