Atasi Inflasi, BNI Dukung Program Aksi Pangan

Sabtu, 25 Maret 2017 - 05:32 WIB
Atasi Inflasi, BNI Dukung Program Aksi Pangan
Atasi Inflasi, BNI Dukung Program Aksi Pangan
A A A
LIMA PULUH KOTA - Kemandirian pangan nasional memiliki beberapa isu yang dicermati, antara lain keterbatasan dan kelangkaan produksi, keterbatasan lahan produktif, menurunnya lahan pertanian yang dikonversi menjadi lahan komersil, masih rendahnya penggunaan teknologi dalam skema pembiayaan serta belum optimalnya pembiayaan pada sektor pertanian.

Corporate Secretary BNI Kiryanto mengatakan potensi pembiayaan di sektor pangan sangatlah besar karena sektor ini merupakan sektor riil yang dikonsumsi langsung masyarakat. Selain itu, program ini juga merupakan terjemahan dari Nawa Cita Presiden Jokowi terkait ketahanan pangan.

"Ketahanan pangan akan terjadi jika seluruh elemen terlibat bahu-membahu membangun kantung-kantung supplier untuk pangan, salah satunya di daerah ini," ujar Kiryanto dalam acara Program Aksi Pangan di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat, Jumat (24/3/2017).

Lebih jauh, jika ketahanan pangan tercapai maka harga pangan akan menjadi jauh lebih stabil. Efeknya kata Ryan, bila harga pangan stabil maka hal itu akan menurunkan inflasi.

"Jangan lupa bobot terbesar inflasi kita di Indonesia adalah karena pangan. Kelangkaan cabai, kelompok sembako dan lain-lain itu langsung efek negatifnya kepada kenaikan inflasi," jelasnya.

Dia mengungkapkan, jika inflasi terkendali akibat dari stabilnya harga pangan, maka suku bunga acuan Bank Indonesia, yakni BI 7-day Repo Rate bisa ditahan atau tidak dinaikkan.

"Berikutnya dengan suku bunga acuan yang rendah, maka demand loan atau kreditnya (perbankan) jadi lebih baik lagi. Jadi sirkulasinya luas sekali," cetus Ryan.

Dia juga memastikan, program Aksi Pangan ini akan dinikmati para petani. Pasalnya, melalui skema yang digagas dalam program ini seperti model rantai nilai (value chain), maka Nilai Tukar Petani akan meningkat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat NTP nasional masih terbilang rendah, bahkan pada Januari 2017 tercatat sebesar 100,91, turun 0,56% bila dibandingkan Desember 2016. Penurunan NTP ini disebabkan indeks harga yang diterima petani hanya naik 0,15%, namun indeks harga yang harus dibayar petani naik lebih tinggi yaitu 0,71%.

"Satu hal lagi siapa yang menikmati ini? Ya petani, karena nilai tukar petani menjadi naik. Kan selama ini petani punya komoditas, mereka jualnya murah. Kalau begitu nanti yang menikmati ya tengkulak," paparnya.

Sejauh ini, BNI telah memberikan perhatian khusus kepada pelaku usaha mikro dan kecil yang bergerak di bidang pangan, yang dikelompokkan ke dalam sektor pertanian, perkebunan, maupun peternakan. Jumlah debitur yang menerima kredit kecil BNI di ketiga sektor itu mencapai lebih dari 10.000 debitur dengan nilai kredit lebih dari Rp2,3 triliun.

Selain itu, hingga 21 Maret 2017, BNI telah mengaktivasi lebih dari 9.400 Kartu Tani dan menyalurkan pembiayaan melalui Kartu Tani kepada sebanyak 751 petani dengan nilai lebih dari Rp130 miliar. Para petani yang telah mendapatkan Kartu Tani menanam komoditas tebu, padi, bawang merah, dan bawang putih.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5523 seconds (0.1#10.140)