Harga Minyak Kembali Melanjutkan Pelemahan
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak kembali melanjutkan pelemahan pada perdagangan Jumat (31/3/2017), yang dimanfaatkan para pedagang untuk mengambil keuntungan. Selama tiga hari belakangan ini, harga si emas hitam melemah. Kondisi yang membuat pimpinan OPEC ingin mendorong pemangkasan produksi dilanjutkan dari hanya semester pertama 2017 diperpanjang hingga akhir tahun.
Mengutip dari Reuters, Jumat ini, harga minyak mentah berjangka Brent International turun 13 sen menjadi USD52,83 per barel pada pukul 01:34 GMT. Serupa, harga minyak berjangka Amerika Serikat, West Texas Intermediate melemah 10 sen menjadi USD50,25 per barel.
Meski harga minyak selama tiga hari terakhir melemah, namun secara keseluruhan pada pekan ini sudah naik 4%. “Minyak kini terlihat telah menemukan kisarannya di sekitar USD50 per barel,” tulis ANZ Bank.
Kondisi harga minyak masih masih berkutat di seputar USD50 per barel, membuat Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen non-OPEC seperti Rusia ingin melakukan pertemuan melanjutkan kesepakatan pengurangan produksi guna mendorong harga lebih tinggi.
Namun hal tersebut bukan perkara mudah, pasalnya Amerika Serikat sebagai salah satu negara produsen minyak kini sedang gencar-gencarnya meningkatkan produksi. Seiring itu, Rusia juga dikabarkan ragu untuk memotong produksi minyaknya.
Selain itu, keraguan atas penurunan produksi untuk menyeimbangkan pasar minyak juga datang dari produsen lain. Beberapa negara produsen minyak yang bukan OPEC bisa mengambil kesempatan dengan mengisi kesenjangan pasokan.
Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (EIA) Fatih Birol mengatakan kepada Reuters, bila negara produsen minyak ingin memangkas produksi demi mendorong harga naik, maka bukan hanya AS, kita akan melihat bahwa Brasil dan Kanada juga akan datang meningkatkan produksi minyaknya demi mengambil pasar.
Mengutip dari Reuters, Jumat ini, harga minyak mentah berjangka Brent International turun 13 sen menjadi USD52,83 per barel pada pukul 01:34 GMT. Serupa, harga minyak berjangka Amerika Serikat, West Texas Intermediate melemah 10 sen menjadi USD50,25 per barel.
Meski harga minyak selama tiga hari terakhir melemah, namun secara keseluruhan pada pekan ini sudah naik 4%. “Minyak kini terlihat telah menemukan kisarannya di sekitar USD50 per barel,” tulis ANZ Bank.
Kondisi harga minyak masih masih berkutat di seputar USD50 per barel, membuat Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen non-OPEC seperti Rusia ingin melakukan pertemuan melanjutkan kesepakatan pengurangan produksi guna mendorong harga lebih tinggi.
Namun hal tersebut bukan perkara mudah, pasalnya Amerika Serikat sebagai salah satu negara produsen minyak kini sedang gencar-gencarnya meningkatkan produksi. Seiring itu, Rusia juga dikabarkan ragu untuk memotong produksi minyaknya.
Selain itu, keraguan atas penurunan produksi untuk menyeimbangkan pasar minyak juga datang dari produsen lain. Beberapa negara produsen minyak yang bukan OPEC bisa mengambil kesempatan dengan mengisi kesenjangan pasokan.
Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (EIA) Fatih Birol mengatakan kepada Reuters, bila negara produsen minyak ingin memangkas produksi demi mendorong harga naik, maka bukan hanya AS, kita akan melihat bahwa Brasil dan Kanada juga akan datang meningkatkan produksi minyaknya demi mengambil pasar.
(ven)