Ekspor Yogyakarta ke Kawasan ASEAN Meningkat Tajam

Jum'at, 07 April 2017 - 20:08 WIB
Ekspor Yogyakarta ke...
Ekspor Yogyakarta ke Kawasan ASEAN Meningkat Tajam
A A A
YOGYAKARTA - Angka Ekspor Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ke ASEAN di dua bulan pertama tahun 2017 ini mengalami perbaikan. Dimana nilai ekspor ke ASEAN selama Februari 2017 meningkat tajam dibanding bulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi kenaikan 87,67% dari Januari ke Februari.

Kepala BPS DIY, JB Priyono mengatakan, nilai ekspor barang DIY ke kawasan ASEAN selama bulan Februari 2017 mencapai USD 1,3 juta. Nilai tersebut naik 87,67% dibanding dengan nilai ekspor bulan Januari.

Tiga negara utama tujuan ekspor di kawasan ASEAN adalah Singapura sebesar 58,71%, Vietnam 13,48% dan Malaysia 13,19%. "Ekspor ke ASEAN memang masih kecil," tuturnya di Yogyakarta, Jumat (7/4/2017).

Tingkat ekspor DIY di kawasan ASEAN yang paling tinggi yakni menuju Singapura. Pihaknya mencatat, ekspor ke Singapura naik cukup signifikan dari USD419.097 di bulan Januari meningkat menjadi USD788.499 di bulan Februari. Sementara untuk negara lain di ASEAN jumlah ekspor DIY masih terlalu kecil.

Sementara secara keseluruhan, nilai ekspor DIY selama dua bulan pertama 2017 kemarin mencapai USD61,82 juta. Angka tersebut mengalami kenaikan sebesar 16,53% dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 53,05 juta.

Nilai ekspor DIY selama 2017 memang mengalami perbaikan. Peningkatan terjadi setelah sembilan dari sepuluh komoditas utama mengalami kenaikan dengan kenaikan terbesar komoditas Minyak atsiri, kosmetik wangi-wangian dan hanya satu komoditas saja yang mengalami penurunan yaitu plastik dan barang dari plastik.

"Penurunan plastik dan barang dari plastik masih bisa dicover peningkatan sembilan komoditas," tuturnya.

Sembilan komoditas yang mengalami peningkatan di antaranya pakaian jadi bukan rajutan, perabotan penerangan rumah, barang dari kulit, barang rajutan, kayu atau barang dari kayu, bulu unggas, minyak atsiri serta kosmetik wangi-wangian, jerami atau bahan anyaman hingga kertas.

Kenaikan ekspor terbesar terjadi pada perabot atau penerangan rumah dari USD 5,3 juta pada periode Januari-Februari 2016, meningkat menjadi USD 9,7 juta. Peningkatan paling kecil terjadi pada kertas . Di periode Januari-Februari 2016 nilai ekspor komoditas ini hanya USD 1,2 juta, naik di periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp 1,5 juta.

Priyono menambahkan, distribusi nilai ekspor menurut sepuluh komoditas utama menunjukkan jika Amerika Serikat (AS) masih menjadi negara tujuan utama dari ekspor tersebut. Nilai ekspor ke AS di antaranya pakaian jadi masih 39,81%, barang dari kulit 44,11%, barang rajutan 76,94%, bulu unggas 85,74%, jerami/bahan anyaman 59,01%.

"Sementara kertas atau karton mencapai 68,46%," paparnya.

Ketua Himpunan Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Yogyakarta Timbul Raharjo mengatakan, pelabuhan pintu masuk ekspor impor memang masih menjadi kendala untuk kegiatan perdagangan antar negara. Ketiadaan pelabuhan laut dan minimnya kapasitas pelabuhan udara di Bandara Adisutjipto memang menghambat laju perdagangan barang kedua daerah.

"Kalau ekspor skala besar harus melewati 3 pelabuhan laut di Semarang, Surabaya dan Jakarta. Tentu ini menambah biaya dan juga menghambat laju perdagangan. Sehingga wajar jika ekspor ke negara ASEAN sekalipun, masih kecil," terangnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0661 seconds (0.1#10.140)