Mentan Cari Dukungan Negara Ini terkait Resolusi Eropa soal Sawit
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengaku telah melakukan pendekatan dengan menteri pertanian negara-negara maju di Eropa seperti Jerman, Spanyol dan Denmark untuk keberlanjutan ekspor crude palm oil (CPO) ke Eropa. Hal ini agar Indonesia mendapat dukungan agar bisa terus melakukan ekspor CPO ke Eropa.
(Baca Juga: Mentan Minta Uni Eropa Tak Campuri Pertanian RI)
Seperti diketahui, ekspor CPO saat ini terancam tersendat lantaran Uni Eropa mengeluarkan resolusi Parlemen Uni Eropa terkait sertifikasi produk sawit dan pelarangan biodiesel berbasis sawit. Padahal, Indonesia sudah memiliki Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) standar yang sama dengan Malaysia melalui Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
"Mereka (Negara-negara tersebut) tentunya memahami bagaimana ketergantungan petani sawit di Indonesia terhadap keberlanjutan ekspor produk CPO," kata Amran di Jakarta, Senin (10/4/2017).
Dia juga menyampaikan kepada mereka bahwa dalam rantai ekspor CPO ke Eropa, ada beberapa komponen penting yang harus diperhatikan, di samping keberlanjutan dari ekspor tersebut, ada juga para pedagang dan petani sawit.
"Kami sudah sampaikan, ada community di bawah CPO, ada pedagang, petani, ini jauh lebih penting. Orang utan saja diperhatikan, ini orang betulan, lho. Jadi, pendekatannya jangan deforestasi, tapi community welfare. Kalau harga turun CPO karena mereka black campaign, yang terjadi hutan semakin rusak karena mereka tinggalkan (sawit), tidak mungkin sawitnya ditebang. Pasti bergerak ke hutan mencari sumber pendapatan baru," tuturnya.
(Baca Juga: Mentan Minta Uni Eropa Tak Campuri Pertanian RI)
Seperti diketahui, ekspor CPO saat ini terancam tersendat lantaran Uni Eropa mengeluarkan resolusi Parlemen Uni Eropa terkait sertifikasi produk sawit dan pelarangan biodiesel berbasis sawit. Padahal, Indonesia sudah memiliki Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) standar yang sama dengan Malaysia melalui Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
"Mereka (Negara-negara tersebut) tentunya memahami bagaimana ketergantungan petani sawit di Indonesia terhadap keberlanjutan ekspor produk CPO," kata Amran di Jakarta, Senin (10/4/2017).
Dia juga menyampaikan kepada mereka bahwa dalam rantai ekspor CPO ke Eropa, ada beberapa komponen penting yang harus diperhatikan, di samping keberlanjutan dari ekspor tersebut, ada juga para pedagang dan petani sawit.
"Kami sudah sampaikan, ada community di bawah CPO, ada pedagang, petani, ini jauh lebih penting. Orang utan saja diperhatikan, ini orang betulan, lho. Jadi, pendekatannya jangan deforestasi, tapi community welfare. Kalau harga turun CPO karena mereka black campaign, yang terjadi hutan semakin rusak karena mereka tinggalkan (sawit), tidak mungkin sawitnya ditebang. Pasti bergerak ke hutan mencari sumber pendapatan baru," tuturnya.
(izz)