Mentan Minta Uni Eropa Tak Campuri Pertanian RI
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman meminta Parlemen Uni Eropa tidak mencampuri standar minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia. Uni Eropa menyebut sawit penyebab deforestasi.
"(Uni Eropa) Jangan mencampuri urusan pertanian dalam negeri. Kita kan juga sudah punya ISPO sendiri," kata dia di Balai Kartini, Jakarta, Senin (10/4/2017).
Selain telah memiliki Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), Indonesia juga memiliki standar yang sama dengan Malaysia melalui Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
"Kita punya standar sendiri untuk pertanian berkelanjutan. Silakan diurus standarnya sendiri, Indonesia punya standar sendiri dan kita sudah sepakat dengan Malaysia. Palm oil Indonesia dan Malaysia gabung itu 80% (dari produksi CPO dunia)," ujarnya.
Amran menuturkan, selama ini Uni Eropa mempermasalahkan adanya perluasan perkebunan sawit akan merusak lahan hutan. Namun, akan lebih parah dampaknya jika produk CPO ini dihambat untuk masuk ke negara-negara Eropa.
Mentan mengatakan, jika produk ini tidak terserap maka petani sawit akan mencari sumber pendapatan lain, salah satunya dari hutan. Secara tidak langsung, mereka yang akan merusak lingkungan.
"Akhirnya nanti CPO turun harganya, sedangkan petani CPO ada 30 juta (orang). Ini mereka lambat laun bisa meninggalkan sawit, tapi sawitnya tetap, bergerak ke hutan untuk mencari pendapatan baru. Artinya merusak hutan, merambah hutan karena mencari kehidupan baru. Siapa yang bisa halangi kalau 30 juta (orang) bergerak," tuturnya.
"(Uni Eropa) Jangan mencampuri urusan pertanian dalam negeri. Kita kan juga sudah punya ISPO sendiri," kata dia di Balai Kartini, Jakarta, Senin (10/4/2017).
Selain telah memiliki Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), Indonesia juga memiliki standar yang sama dengan Malaysia melalui Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
"Kita punya standar sendiri untuk pertanian berkelanjutan. Silakan diurus standarnya sendiri, Indonesia punya standar sendiri dan kita sudah sepakat dengan Malaysia. Palm oil Indonesia dan Malaysia gabung itu 80% (dari produksi CPO dunia)," ujarnya.
Amran menuturkan, selama ini Uni Eropa mempermasalahkan adanya perluasan perkebunan sawit akan merusak lahan hutan. Namun, akan lebih parah dampaknya jika produk CPO ini dihambat untuk masuk ke negara-negara Eropa.
Mentan mengatakan, jika produk ini tidak terserap maka petani sawit akan mencari sumber pendapatan lain, salah satunya dari hutan. Secara tidak langsung, mereka yang akan merusak lingkungan.
"Akhirnya nanti CPO turun harganya, sedangkan petani CPO ada 30 juta (orang). Ini mereka lambat laun bisa meninggalkan sawit, tapi sawitnya tetap, bergerak ke hutan untuk mencari pendapatan baru. Artinya merusak hutan, merambah hutan karena mencari kehidupan baru. Siapa yang bisa halangi kalau 30 juta (orang) bergerak," tuturnya.
(izz)