Pengusaha Imbau Waspadai Daging Sapi Glonggongan
A
A
A
SEMARANG - Menjelang datangnya bulan suci Ramadan, kebutuhan daging sapi di Kota Semarang dipastikan akan mengalami peningkatan dari biasanya. Oleh karena itu masyarakat dihimbau untuk mewaspadai masuknya daging sapi glongongan dari luar Kota Semarang.
Ketua Perkumpulan Pengusaha Daging Semarang (PPDS) Kota Semarang Tanti Arisa menyatakan, tidak bisa dipungkiri, masih banyak daging Glonggongan yang beredar di Kota Semarang.
"Mengidentifikasi bentuk dan ciri daging sapi glongongan memang perlu diketahui oleh seluruh masyarakat Kota Semarang. Hal tersebut bertujuan, agar masyarakat tidak merasa dirugikan karena efek dari daging glonggong tersebut," katanya disela-sela lomba memasak daging sapi olahan, di balai kota kemarin.
Dia menambahkan, berdasarkan data yang dimiliki PPDS, persentase daging glonggongan yang beredar di Kota Semarang mencapai kurang lebih 75 %. Sedangkan untuk daging sapi kering, hanya di antara angka 25 %.
"Masyarakat selama ini belum banyak mengetahui ciri dari daging sapi glonggongan. Padahal, menurutnya, masyarakat mengalami kerugian jika membeli daging gelonggong. selain itu dagingnya juga tidak sehat," imbuhnya.
Oleh karena itu menjelang Ramadan masyarakat diajak harus lebih berhati-hati dan waspada ketika membeli daging sapi di pasaran. Menurut dia, konsumsi daging sapi di Kota Semarang cukup tinggi, dibandingkan kota-kota lain di Jawa Tengah.
Dengan tingginya tingkat konsumsi daging sapi, maka banyak daging sapi dari luar menyerbu masuk. "20 tahun yang lalu, Semarang dikenal dan berjaya kualitas dagingnya. Dengan pemotongan Sapi lokal yang bisa mencapai 150 ekor per hari. Berbeda dengan sekarang yang hanya 15 sampai 20 ekor per hari, sehingga daging sapi di Semarang didominasi daging dari luar,"jelasnya.
Pihaknya berharap, pemerintah bisa ikut campur tangan dalam mengawasi masuknya daging sapi dari luar. Hal tersebut bertujuan, untuk memaksimalkan potensi daging sapi lokal dan daging kering.
Sementara Wakil Ketua 4 Tim Penggerak PKK Kota Semarang mengatakan, dalam lomba tersebut juga memberikan edukasi kepada masyarakat bagimana memilih daging sapi yang berkualitas dan membedakan daging glonggongan dan daging yang segar. "Pemahaman masyarakat akan daging glonggongan memang masih kurang. Oleh karena itu kami, melalui penggera PKK di tingkat kelurahan sampai RT terus mensosialisasikan," katanya.
Ketua Perkumpulan Pengusaha Daging Semarang (PPDS) Kota Semarang Tanti Arisa menyatakan, tidak bisa dipungkiri, masih banyak daging Glonggongan yang beredar di Kota Semarang.
"Mengidentifikasi bentuk dan ciri daging sapi glongongan memang perlu diketahui oleh seluruh masyarakat Kota Semarang. Hal tersebut bertujuan, agar masyarakat tidak merasa dirugikan karena efek dari daging glonggong tersebut," katanya disela-sela lomba memasak daging sapi olahan, di balai kota kemarin.
Dia menambahkan, berdasarkan data yang dimiliki PPDS, persentase daging glonggongan yang beredar di Kota Semarang mencapai kurang lebih 75 %. Sedangkan untuk daging sapi kering, hanya di antara angka 25 %.
"Masyarakat selama ini belum banyak mengetahui ciri dari daging sapi glonggongan. Padahal, menurutnya, masyarakat mengalami kerugian jika membeli daging gelonggong. selain itu dagingnya juga tidak sehat," imbuhnya.
Oleh karena itu menjelang Ramadan masyarakat diajak harus lebih berhati-hati dan waspada ketika membeli daging sapi di pasaran. Menurut dia, konsumsi daging sapi di Kota Semarang cukup tinggi, dibandingkan kota-kota lain di Jawa Tengah.
Dengan tingginya tingkat konsumsi daging sapi, maka banyak daging sapi dari luar menyerbu masuk. "20 tahun yang lalu, Semarang dikenal dan berjaya kualitas dagingnya. Dengan pemotongan Sapi lokal yang bisa mencapai 150 ekor per hari. Berbeda dengan sekarang yang hanya 15 sampai 20 ekor per hari, sehingga daging sapi di Semarang didominasi daging dari luar,"jelasnya.
Pihaknya berharap, pemerintah bisa ikut campur tangan dalam mengawasi masuknya daging sapi dari luar. Hal tersebut bertujuan, untuk memaksimalkan potensi daging sapi lokal dan daging kering.
Sementara Wakil Ketua 4 Tim Penggerak PKK Kota Semarang mengatakan, dalam lomba tersebut juga memberikan edukasi kepada masyarakat bagimana memilih daging sapi yang berkualitas dan membedakan daging glonggongan dan daging yang segar. "Pemahaman masyarakat akan daging glonggongan memang masih kurang. Oleh karena itu kami, melalui penggera PKK di tingkat kelurahan sampai RT terus mensosialisasikan," katanya.
(akr)