Darmin: Ketimpangan Indonesia Memburuk sejak Krisis 1998
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menuturkan, ekonomi Indonesia sejak krisis 1998-1999 secara perlahan mengalami perubahan. Pada saat perbaikan tersebut, industri perlahan berubah dari industri pengolahan menjadi pengolahan sumber daya alam.
Namun, transformasi tersebut agak aneh, karena sektor pertanian tidak terserap ke industri manufaktur meski termasuk negara agraris.
"Maka, tidak mengherankan kalau hingga sekarang pertumbuhan ekonomi kita diiringi dengan gini ratio yang memburuk. Karena yang dikelola tambang mahal. Memang ada perkebunan, tapi tetap tak sebanyak sektor industri," katanya Gedung BPS, Jakarta, Kamis (27/4/2017).
Menurutnya, gini ratio sebenarnya sudah memburuk sejak krisis tersebut. Hal ini dikarenakan sumber daya manusia (SDM) yang tidak mencukupi mengelola sumber daya yang ada. Sehingga saat ini sedang dilakukan usaha untuk memperbaiki keadaan.
Salah satunya dengan melakukan pembangunan selama dua tahun terakhir dimulai dari daerah. "Kami selain meneruskan pola pembangunan yang dijalankan dua tahun, belakangan mulai dari pembangunan infrastruktur, deregulasi, debirokratisasi, mendorong perkembangan industri, mendorong perkembangan pariwisata, mendorong perkembangan beberapa sektor lain, ini sebetulnya tinggal transformasi," tutur Darmin.
Dia mengatakan, pembangunan saja tidak cukup untuk memperbaiki gini ratio, maka pemerintah juga mendesain kebijakan yang disebut pemerataan kebijakan ekonomi yang didalamnya terdapat tiga pilar.
"Pertama, kebijakan pemerataan lahan. Ini area yang tak pernah bisa kita selesaikan, tak bisa kita hanya ngomong saja. Kita kasih kesempatan yang sama bagi semua. Kedua, pelatihan dan pendidikan vokasi untuk apasitas manusia. Ketiga, kesempatan yang diberikan," terngnya.
Namun, transformasi tersebut agak aneh, karena sektor pertanian tidak terserap ke industri manufaktur meski termasuk negara agraris.
"Maka, tidak mengherankan kalau hingga sekarang pertumbuhan ekonomi kita diiringi dengan gini ratio yang memburuk. Karena yang dikelola tambang mahal. Memang ada perkebunan, tapi tetap tak sebanyak sektor industri," katanya Gedung BPS, Jakarta, Kamis (27/4/2017).
Menurutnya, gini ratio sebenarnya sudah memburuk sejak krisis tersebut. Hal ini dikarenakan sumber daya manusia (SDM) yang tidak mencukupi mengelola sumber daya yang ada. Sehingga saat ini sedang dilakukan usaha untuk memperbaiki keadaan.
Salah satunya dengan melakukan pembangunan selama dua tahun terakhir dimulai dari daerah. "Kami selain meneruskan pola pembangunan yang dijalankan dua tahun, belakangan mulai dari pembangunan infrastruktur, deregulasi, debirokratisasi, mendorong perkembangan industri, mendorong perkembangan pariwisata, mendorong perkembangan beberapa sektor lain, ini sebetulnya tinggal transformasi," tutur Darmin.
Dia mengatakan, pembangunan saja tidak cukup untuk memperbaiki gini ratio, maka pemerintah juga mendesain kebijakan yang disebut pemerataan kebijakan ekonomi yang didalamnya terdapat tiga pilar.
"Pertama, kebijakan pemerataan lahan. Ini area yang tak pernah bisa kita selesaikan, tak bisa kita hanya ngomong saja. Kita kasih kesempatan yang sama bagi semua. Kedua, pelatihan dan pendidikan vokasi untuk apasitas manusia. Ketiga, kesempatan yang diberikan," terngnya.
(izz)