Soal Peringkat Ekonomi RI, Luhut Balik Tuding Ekonom Asing
A
A
A
Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan balik menuding data yang dipaparkan ekonom Hongkong dan kolumnis ekonomi di South China Morning Post (SCMP) Jake Van Der Kemp, terkait pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia tidak benar. Seperti diketahui sebelumnya klaim Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut pertumbuhan ekonomi RI peringkat ketiga dunia di belakang China dan India telah mendapatkan kritik.
(Baca Juga: Jokowi Jawab Kritikan Ekonom Asing Soal Peringkat Ekonomi RI
Jake Van Der Kemp menuliskan dalam kolom opini SCMP bahwa apa yang disampaikan Jokowi tidak mendasar, lantaran menurutnya di Asia ada 13 negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari Indonesia yang hanya 5,02%. Mereka adalah India sebesar 7,5%, Laos 7,4%, Myanmar 7,3%, Kamboja 7,2%, Bangladesh 7,1%, Filipina 6,9%, China 6,7%, Vietnam 6,2%, Pakistan 5,7%, Mongolia 5,5%, Kepulauan Palau 5,5%, Timor Leste 5,5%, dan Papua Nugini 5,4%.
Menanggapi tulisan tersebut, Luhut menyampaikan bahwa pernyataan Presiden Jokowi tentang peringkat pertumbuhan ekonomi Indonesia tentunya berdasarkan data yang dimiliki pemerintah Indonesia. Yakni, Indonesia berada di peringkat ketiga terbaik dalam hal pertumbuhan ekonomi di antara negara-negara anggota G-20 di dunia. "Di dalam G-20 ya, kita member of G-20 tuh, India, China lalu Indonesia. Jangan diputar ya," katanya di Gedung Sasana Kriya TMII, Jakarta, Kamis (4/5/2017).
Di antara negara-negara anggota G-20, sambung purnawirawan TNI ini, India dan China menduduki peringkat pertama dan kedua dalam hal pertumbuhan ekonomi. Sementara Indonesia berada di peringkat ketiga.
"Kita member G20 itu kita ada dalam urutan nomor 3. India, China ketiga Indonesia. Saya baca di sosmed kalau datanya tidak benar, yang ngomong aja enggak benar itu," pungkasnya.
Sebagai informasi dalam South China Morning Post (SCMP), Jake Van Der Kemp mencoba membandingkan pertumbuhan ekonomi RI dan negara lain dengan mengerucutkan sesama negara yang mempunyai jumlah penduduk lebih dari 200 juta. Alhasil, Indonesia masih di belakang India, China, dan Pakistan. Dengan tegas, Jake lantas menulis “Jangan biarkan fakta menghalangi cerita yang bagus. Kami akan membuat tulisan tentang Anda.”
Pernyataan Presiden Jokowi tersebut dituduh telah ‘mengarang cerita soal pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hebat’. Dan di akhir opininya, Jake menulis, “Terima kasih atas acaranya, Joko, tapi ada banyak hal yang harus dilakukan dengan waktumu daripada membuat PDB konyol”.
(Baca Juga: Jokowi Jawab Kritikan Ekonom Asing Soal Peringkat Ekonomi RI
Jake Van Der Kemp menuliskan dalam kolom opini SCMP bahwa apa yang disampaikan Jokowi tidak mendasar, lantaran menurutnya di Asia ada 13 negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari Indonesia yang hanya 5,02%. Mereka adalah India sebesar 7,5%, Laos 7,4%, Myanmar 7,3%, Kamboja 7,2%, Bangladesh 7,1%, Filipina 6,9%, China 6,7%, Vietnam 6,2%, Pakistan 5,7%, Mongolia 5,5%, Kepulauan Palau 5,5%, Timor Leste 5,5%, dan Papua Nugini 5,4%.
Menanggapi tulisan tersebut, Luhut menyampaikan bahwa pernyataan Presiden Jokowi tentang peringkat pertumbuhan ekonomi Indonesia tentunya berdasarkan data yang dimiliki pemerintah Indonesia. Yakni, Indonesia berada di peringkat ketiga terbaik dalam hal pertumbuhan ekonomi di antara negara-negara anggota G-20 di dunia. "Di dalam G-20 ya, kita member of G-20 tuh, India, China lalu Indonesia. Jangan diputar ya," katanya di Gedung Sasana Kriya TMII, Jakarta, Kamis (4/5/2017).
Di antara negara-negara anggota G-20, sambung purnawirawan TNI ini, India dan China menduduki peringkat pertama dan kedua dalam hal pertumbuhan ekonomi. Sementara Indonesia berada di peringkat ketiga.
"Kita member G20 itu kita ada dalam urutan nomor 3. India, China ketiga Indonesia. Saya baca di sosmed kalau datanya tidak benar, yang ngomong aja enggak benar itu," pungkasnya.
Sebagai informasi dalam South China Morning Post (SCMP), Jake Van Der Kemp mencoba membandingkan pertumbuhan ekonomi RI dan negara lain dengan mengerucutkan sesama negara yang mempunyai jumlah penduduk lebih dari 200 juta. Alhasil, Indonesia masih di belakang India, China, dan Pakistan. Dengan tegas, Jake lantas menulis “Jangan biarkan fakta menghalangi cerita yang bagus. Kami akan membuat tulisan tentang Anda.”
Pernyataan Presiden Jokowi tersebut dituduh telah ‘mengarang cerita soal pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hebat’. Dan di akhir opininya, Jake menulis, “Terima kasih atas acaranya, Joko, tapi ada banyak hal yang harus dilakukan dengan waktumu daripada membuat PDB konyol”.
(akr)