Jepang Berikan USD40 Juta Kepada ADB Kembangkan Teknologi Tingkat Tinggi
A
A
A
YOKOHAMA - Menteri Keuangan Jepang Taro Aso mengatakan negaranya akan menyediakan dana USD40 juta atau sekitar Rp532,8 miliar (Rp13.320/USD) kepada Asian Development Bank (ADB) untuk mempromosikan teknologi tingkat tinggi. Hal ini sebagai bagian dari upaya meningkatkan infrastruktur berkualitas di Asia.
“Jepang telah mempromosikan infrastruktur berkualitas di Asia dalam kerja sama yang erat dengan perbankan,” kata Aso pada pertemuan tahunan ADB di Yokohama, seperti dilansir Reuters, Sabtu (6/5/2017).
Uang tersebut akan diberikan selama dua tahun ke dana ADB yang baru di buat. Sehingga bisa meningkatkan kualitas infrastruktur untuk meningkatkan kualitas hidup dan lingkungan sosial.
Suntikan dana Jepang ini bisa disebut bersaing dengan China, dimana Negeri Mao Tse-tung tersebut belakangan mulai meningkatkan pembiayaan infrastruktur di Asia. Alhasil kehadiran China membuat cemas Jepang. Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang dipimpin Beijing dapat membayangi ADB yang digagas Jepang.
AIIB dipandang sebagaian ekonom sebagai penantang bagi Bank Dunia yang didominasi Barat dan ADB, yang didanai oleh Jepang dan Amerika Serikat.
ADB sendiri belakangan mulai memperluas kegiatannya di luar pembiayaan infrastruktur, seperti pembiayaan untuk mengurangi kemiskinan, perawatan kesehatan, dan pendidikan.
Presiden ADB Takehiko Nakao mengatakan pada pertemuan tahunan bahwa investasi di bidang infrastruktur akan tetap menjadi prioritas. "Asia akan membutuhkan USD1,7 triliun per tahun untuk investasi listrik, transportasi, telekomunikasi dan air sampai tahun 2030," katanya.
Namun Nakao mencoba menepis persaingan ADB dengan AIIB. Ia mengatakan ADB akan bekerja sama dengan rencana pembangunan dan pengembangan infrastruktur China berdasarkan program “One Belt, One Road” yang dikenal sebagai program Jalur Sutera Modern. Ini sekaligus menampik kabar bahwa Jepang dan China saling bersaing menebar pengaruh di Asia melalui pembiayaan pembangunan.
“Jepang telah mempromosikan infrastruktur berkualitas di Asia dalam kerja sama yang erat dengan perbankan,” kata Aso pada pertemuan tahunan ADB di Yokohama, seperti dilansir Reuters, Sabtu (6/5/2017).
Uang tersebut akan diberikan selama dua tahun ke dana ADB yang baru di buat. Sehingga bisa meningkatkan kualitas infrastruktur untuk meningkatkan kualitas hidup dan lingkungan sosial.
Suntikan dana Jepang ini bisa disebut bersaing dengan China, dimana Negeri Mao Tse-tung tersebut belakangan mulai meningkatkan pembiayaan infrastruktur di Asia. Alhasil kehadiran China membuat cemas Jepang. Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang dipimpin Beijing dapat membayangi ADB yang digagas Jepang.
AIIB dipandang sebagaian ekonom sebagai penantang bagi Bank Dunia yang didominasi Barat dan ADB, yang didanai oleh Jepang dan Amerika Serikat.
ADB sendiri belakangan mulai memperluas kegiatannya di luar pembiayaan infrastruktur, seperti pembiayaan untuk mengurangi kemiskinan, perawatan kesehatan, dan pendidikan.
Presiden ADB Takehiko Nakao mengatakan pada pertemuan tahunan bahwa investasi di bidang infrastruktur akan tetap menjadi prioritas. "Asia akan membutuhkan USD1,7 triliun per tahun untuk investasi listrik, transportasi, telekomunikasi dan air sampai tahun 2030," katanya.
Namun Nakao mencoba menepis persaingan ADB dengan AIIB. Ia mengatakan ADB akan bekerja sama dengan rencana pembangunan dan pengembangan infrastruktur China berdasarkan program “One Belt, One Road” yang dikenal sebagai program Jalur Sutera Modern. Ini sekaligus menampik kabar bahwa Jepang dan China saling bersaing menebar pengaruh di Asia melalui pembiayaan pembangunan.
(ven)