Transaksi Non Tunai Dorong Efisiensi Ekonomi
A
A
A
JAKARTA - Maraknya transaksi secara elektronik (e-payment) mendorong efisiensi ekonomi sekaligus menahan inflasi. Dalam tiga tahun terakhir, peningkatan jumlah transaksi elektronik sejalan dengan penurunan inflasi.
Ekonom Universitas Padjadjaran, Kodrat Wibowo, menyatakan makin maraknya penggunaan transaksi elektronik di Indonesia harus terus didukung secara positif. "Keuntungan yang paling terasa adalah efisiensi waktu dan fisik," kata Kodrat di Jakarta, Senin (8/5/2017).
Kodrat menjelaskan, efisiensi tersebut berupa pemangkasan waktu transaksi oleh masyarakat, sehingga mempercepat pelayanan dan penghematan waktu. Keberadaan para pengguna transaksi elektronik juga mempercepat pembentukan komunitas non-tunai (cashless society) yang bisa mengurangi peredaran uang di masyarakat.
Menurut Kodrat, semakin sedikitnya uang beredar secara tidak langsung akan memengaruhi inflasi. Sebab salah satu penyebab kenaikan inflasi adalah tingginya peredaran uang.
"Kalau dia tidak pegang uang tentu keinginan membelanjakan uang lebih kecil ketimbang terbiasa menyimpan uang dalam bentuk tunai," ujar Kodrat.
Data Bank Indonesia mencatat dalam tiga tahun terakhir, transaksi elektronik melonjak tajam. Pada 2016, transaksi elektronik tercatat 683,13 juta transaksi dengan nilai Rp7,06 triliun. Jumlah tersebut naik tajam dibandingkan 2015 sebanyak 535,58 juta transaksi senilai Rp5,28 triliun dan tahun 2014 sebanyak 203,37 juta transaksi senilai Rp3,32 triliun.
Sebaliknya, inflasi dalam tiga tahun terakhir terus turun. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan inflasi Indonesia pada 2016 tercatat 3,02%, lebih rendah dibandingkan tahun 2015 dan 2014 sebesar 3,35% dan 8,36%.
Kodrat menjelaskan perusahaan seperti PT GO-JEK Indonesia yang membuka layanan GO-PAY patut mendapat apresiasi. Hal itu karena perusahaan penyedia layanan aplikasi tersebut ikut mensukseskan program cashless society yang terus didorong pemerintah.
“Kalau perlu lembaga pemerintah meniru, sebab bisa meminimalisir penyelewengan karena semua tercatat jelas,” kata dia.
Sebelumnya, GO-JEK melalui layanan GO-PAY menyediakan fitur baru berupa layanan transfer saldo dan penarikan uang tunai. Fitur itu diyakini bakal membuat transaksi masyarakat semakin mudah dan nyaman. CEO dan Founder GO-JEK Indonesia, Nadiem Makarim, mengatakan fitur baru itu juga membuktikan komitmen GO-JEK dalam mendukung program inklusi keuangan.
Ekonom Universitas Padjadjaran, Kodrat Wibowo, menyatakan makin maraknya penggunaan transaksi elektronik di Indonesia harus terus didukung secara positif. "Keuntungan yang paling terasa adalah efisiensi waktu dan fisik," kata Kodrat di Jakarta, Senin (8/5/2017).
Kodrat menjelaskan, efisiensi tersebut berupa pemangkasan waktu transaksi oleh masyarakat, sehingga mempercepat pelayanan dan penghematan waktu. Keberadaan para pengguna transaksi elektronik juga mempercepat pembentukan komunitas non-tunai (cashless society) yang bisa mengurangi peredaran uang di masyarakat.
Menurut Kodrat, semakin sedikitnya uang beredar secara tidak langsung akan memengaruhi inflasi. Sebab salah satu penyebab kenaikan inflasi adalah tingginya peredaran uang.
"Kalau dia tidak pegang uang tentu keinginan membelanjakan uang lebih kecil ketimbang terbiasa menyimpan uang dalam bentuk tunai," ujar Kodrat.
Data Bank Indonesia mencatat dalam tiga tahun terakhir, transaksi elektronik melonjak tajam. Pada 2016, transaksi elektronik tercatat 683,13 juta transaksi dengan nilai Rp7,06 triliun. Jumlah tersebut naik tajam dibandingkan 2015 sebanyak 535,58 juta transaksi senilai Rp5,28 triliun dan tahun 2014 sebanyak 203,37 juta transaksi senilai Rp3,32 triliun.
Sebaliknya, inflasi dalam tiga tahun terakhir terus turun. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan inflasi Indonesia pada 2016 tercatat 3,02%, lebih rendah dibandingkan tahun 2015 dan 2014 sebesar 3,35% dan 8,36%.
Kodrat menjelaskan perusahaan seperti PT GO-JEK Indonesia yang membuka layanan GO-PAY patut mendapat apresiasi. Hal itu karena perusahaan penyedia layanan aplikasi tersebut ikut mensukseskan program cashless society yang terus didorong pemerintah.
“Kalau perlu lembaga pemerintah meniru, sebab bisa meminimalisir penyelewengan karena semua tercatat jelas,” kata dia.
Sebelumnya, GO-JEK melalui layanan GO-PAY menyediakan fitur baru berupa layanan transfer saldo dan penarikan uang tunai. Fitur itu diyakini bakal membuat transaksi masyarakat semakin mudah dan nyaman. CEO dan Founder GO-JEK Indonesia, Nadiem Makarim, mengatakan fitur baru itu juga membuktikan komitmen GO-JEK dalam mendukung program inklusi keuangan.
(ven)