Naikkan Produksi Pertanian, Kementan Genjot Rehabilitasi Irigasi
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) terus memperbaiki sarana perairan guna meningkatkan produksi pertanian.
Ditjen PSP menilai, problematika mendasar pertanian padi sawah adalah ketersediaan air, meski berada di daerah tropis dengan curah hujan tinggi. Masih banyak area belum tersentuh jaringan irigasi atau karena jaringan irigasinya rusak, meski lokasinya dekat sumber air.
Akibatnya, tanaman padi sawah tidak cukup suplai air, sehingga hanya mampu mencapai panen sekali dalam satu tahun dengan Indeks Pertanaman 1,00. "Kita memiliki 4,8 juta ha sawah dengan irigasi teknis, 46% saluran irigasi atau sekitar 2,2 juta ha mengalami kerusakan dari tingkat ringan, sedang sekitar dan rusak berat," ujar Dirjen PSP Kementan Pending Dadih, Selasa (23/5/2017).
Untuk menjaga produktivitas padi, pemerintah telah menggelontorkan anggaran untuk program rehabilitasi jaringan tersier sebesar Rp446,81 miliar pada 2014, dan pada 2015 sebesar Rp2.696.553.900.000. Sementara pada 2016 sebesar Rp726,8 miliar dan 2017 sebesar Rp117,21 miliar untuk meningkatkan Intensitas Pertanaman menjadi setidaknya 2,00 agar bisa panen dua kali setahun.
Dengan peningkatan Indeks Pertanaman, maka peningkatan produksi padi per tahun bisa meningkat 50%. Pending menjelaskan, irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
"Tanpa air, pertanian tidak akan berjalan baik dan tidak akan memberi hasil optimal. Air mutlak bagi petani padi. Air menjadi kebutuhan mutlak bila ingin meningkatkan produksi padi dan mencapai swasembada beras," tuturnya.
Kemanfaatan rehabilitasi jaringan irigasi ini sangat dirasakan para petani. Misalnya, adanya penambahan Indeks Tanam yang tadinya hanya bisa sekali setahun menjadi dua kali atau lebih. Pada masa jeda, petani bisa menanam tanaman lain seperti palawija atau tanaman hortikultura lain, memanfaatkan lahan kosong dan ketersediaan air irigasi.
"Jaringan irigasi juga menambah luas layanan sawah yang terairi. Dengan volume yang sama, air yang dialirkan dapat mengairi sawah lebih luas karena air tersebut terdistribusi secara efisien," kata Pending.
Berdasarkan PP No 23 tahun 1992 Tentang irigasi, jaringan irigasi terdiri dari 3 tingkatan dimulai dari irigasi primer, sekunder, dan tersier. Irigasi primer dan sekunder penanganannya di bawah Kementerian PUPR, sedangkan irigasi tersier dan kuarter, penangangannya sampai ke pemeliharaannya oleh petani.
Kementan membantu meningkatkan pemberdayaan petani pemakai air dalam pengelolaan jaringan irigasi tersier melalui kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier. Jaringan irigasi tersier inilah yang masuk ke wilayah persawahan dan langsung berhubungan dengan para petani.
"Tanpa adanya jaringan irigasi tersier, maka aliran air dari sumber air tidak akan bisa sampai ke lahan sawah dan tidak bisa dimanfaatkan petani. Karena itu, jaringan irigasi tersier adalah komponen mutlak dalam jaringan sistem irigasi," jelasnya.
Kriteria lokasi penerima bantuan rehabilitasi adalah jaringan irigasi tersier yang terkoneksi dengan jaringan primer dan sekunder yang berfungsi baik. Bila jaringan primer dan sekundernya tidak berfungsi baik maka perbaikan jaringan tertier hanya akan membuang biaya.
Adapun lokasinya tersebar di seluruh Indonesia terutama di lokasi yang terlayani irigasi teknis. Kriteria lainnya yaitu, minimal luas yang dilayani jaringan tersebut adalah 25 ha yang dikelola oleh Kelompok Tani dan atau Perkumpulan Petani Pengelola Air. Perbaikan tersebut mampu meningkatkan Indeks Pertanaman sekurang-kurangnya 0,5.
Petani sangat berharap terhadap saluran irigasi tersier yang berfungsi baik. Harapannya adalah kebutuhan air selama dua musim tanam bisa dipenuhi sehingga bisa panen dua kali setahun atau Indeks Pertanamannya 2. Ada total sekitar 3 juta ha lahan yang indeks pertanamannya hanya 1,00 dan harus ditingkatkan menjadi minimal 2.
Pada 2014 jaringan irigasi tersier yang dibetulkan meliputi areal pelayanan seluas 443.836 ha. Pada 2015 meningkat menjadi 2.458.470 ha, sedangkan pada 2016 yang baru berlalu jumlah jaringan irigasi tersier yang direhabilitasi pemerintah meliputi 454.253 ha.
Sudah banyak petani di Indonesia yang merasakan manfaatnya program rehabilitasi jaringan tersier ini. Komentar dan respons positif dari petani juga banyak muncul terhadap program rehabilitasi irigasi tersier ini.
Ditjen PSP menilai, problematika mendasar pertanian padi sawah adalah ketersediaan air, meski berada di daerah tropis dengan curah hujan tinggi. Masih banyak area belum tersentuh jaringan irigasi atau karena jaringan irigasinya rusak, meski lokasinya dekat sumber air.
Akibatnya, tanaman padi sawah tidak cukup suplai air, sehingga hanya mampu mencapai panen sekali dalam satu tahun dengan Indeks Pertanaman 1,00. "Kita memiliki 4,8 juta ha sawah dengan irigasi teknis, 46% saluran irigasi atau sekitar 2,2 juta ha mengalami kerusakan dari tingkat ringan, sedang sekitar dan rusak berat," ujar Dirjen PSP Kementan Pending Dadih, Selasa (23/5/2017).
Untuk menjaga produktivitas padi, pemerintah telah menggelontorkan anggaran untuk program rehabilitasi jaringan tersier sebesar Rp446,81 miliar pada 2014, dan pada 2015 sebesar Rp2.696.553.900.000. Sementara pada 2016 sebesar Rp726,8 miliar dan 2017 sebesar Rp117,21 miliar untuk meningkatkan Intensitas Pertanaman menjadi setidaknya 2,00 agar bisa panen dua kali setahun.
Dengan peningkatan Indeks Pertanaman, maka peningkatan produksi padi per tahun bisa meningkat 50%. Pending menjelaskan, irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
"Tanpa air, pertanian tidak akan berjalan baik dan tidak akan memberi hasil optimal. Air mutlak bagi petani padi. Air menjadi kebutuhan mutlak bila ingin meningkatkan produksi padi dan mencapai swasembada beras," tuturnya.
Kemanfaatan rehabilitasi jaringan irigasi ini sangat dirasakan para petani. Misalnya, adanya penambahan Indeks Tanam yang tadinya hanya bisa sekali setahun menjadi dua kali atau lebih. Pada masa jeda, petani bisa menanam tanaman lain seperti palawija atau tanaman hortikultura lain, memanfaatkan lahan kosong dan ketersediaan air irigasi.
"Jaringan irigasi juga menambah luas layanan sawah yang terairi. Dengan volume yang sama, air yang dialirkan dapat mengairi sawah lebih luas karena air tersebut terdistribusi secara efisien," kata Pending.
Berdasarkan PP No 23 tahun 1992 Tentang irigasi, jaringan irigasi terdiri dari 3 tingkatan dimulai dari irigasi primer, sekunder, dan tersier. Irigasi primer dan sekunder penanganannya di bawah Kementerian PUPR, sedangkan irigasi tersier dan kuarter, penangangannya sampai ke pemeliharaannya oleh petani.
Kementan membantu meningkatkan pemberdayaan petani pemakai air dalam pengelolaan jaringan irigasi tersier melalui kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier. Jaringan irigasi tersier inilah yang masuk ke wilayah persawahan dan langsung berhubungan dengan para petani.
"Tanpa adanya jaringan irigasi tersier, maka aliran air dari sumber air tidak akan bisa sampai ke lahan sawah dan tidak bisa dimanfaatkan petani. Karena itu, jaringan irigasi tersier adalah komponen mutlak dalam jaringan sistem irigasi," jelasnya.
Kriteria lokasi penerima bantuan rehabilitasi adalah jaringan irigasi tersier yang terkoneksi dengan jaringan primer dan sekunder yang berfungsi baik. Bila jaringan primer dan sekundernya tidak berfungsi baik maka perbaikan jaringan tertier hanya akan membuang biaya.
Adapun lokasinya tersebar di seluruh Indonesia terutama di lokasi yang terlayani irigasi teknis. Kriteria lainnya yaitu, minimal luas yang dilayani jaringan tersebut adalah 25 ha yang dikelola oleh Kelompok Tani dan atau Perkumpulan Petani Pengelola Air. Perbaikan tersebut mampu meningkatkan Indeks Pertanaman sekurang-kurangnya 0,5.
Petani sangat berharap terhadap saluran irigasi tersier yang berfungsi baik. Harapannya adalah kebutuhan air selama dua musim tanam bisa dipenuhi sehingga bisa panen dua kali setahun atau Indeks Pertanamannya 2. Ada total sekitar 3 juta ha lahan yang indeks pertanamannya hanya 1,00 dan harus ditingkatkan menjadi minimal 2.
Pada 2014 jaringan irigasi tersier yang dibetulkan meliputi areal pelayanan seluas 443.836 ha. Pada 2015 meningkat menjadi 2.458.470 ha, sedangkan pada 2016 yang baru berlalu jumlah jaringan irigasi tersier yang direhabilitasi pemerintah meliputi 454.253 ha.
Sudah banyak petani di Indonesia yang merasakan manfaatnya program rehabilitasi jaringan tersier ini. Komentar dan respons positif dari petani juga banyak muncul terhadap program rehabilitasi irigasi tersier ini.
(izz)