Pertamina Klaim Harga Premium Seharusnya Rp6.850/Liter
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) mengaku keuntungannya tergerus lantaran harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium dan solar tidak naik sejak April 2017. Seharusnya, harga premium dan solar naik seiring semakin terkereknya harga minyak dunia.
(Baca Juga: Harga BBM Tak Naik Jadi Beban Pertamina)
Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman mengungkapkan, jika mengacu pada formula penghitungan harga BBM yang ditetapkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga premium yang berlaku saat ini Rp400 di bawah formula yang ditetapkan.
Saat ini, harga premium sekitar Rp6.450 per liter jadi seharusnya harga premium sekitar Rp6.850 per liter. "Secara formula kan memang harga ditentukan dari harga di kuartal sebelumnya. Jadi kalau melihat selisih formula dengan apa yang ditetapkan, premium itu sekitar Rp400 per liter di bawah formula," katanya dalam konferensi pers di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (24/5/2017).
Arief menambahkan, harga solar yang berlaku saat ini juga lebih rendah dari formula yang ditetapkan. Seharusnya, harga solar bersubsidi sekitar Rp6.300 per liter sedangkan saat ini harganya masih sekitar Rp5.150 per liter.
"Kalau lihat dari sisi formula yang ditetapkan Kementerian ESDM di Mei 2015, solar Rp1.150 per liter di bawah formula," ujar dia.
Diberitakan sebelumnya, PT Pertamina (Persero) menyatakan keuntungan atau laba bersih perseroan pada kuartal I/2017 menurun sekitar 25%. Hal ini karena harga minyak dunia yang mulai mengalami kenaikan, namun tidak diimbangi dengan kenaikan harga BBM.
Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik menyebutkan, pada kuartal I/2017 keuntungan Pertamina menurun dari periode sama tahun sebelumnya sebesar USD1,01 miliar menjadi USD0,78 miliar. Sementara EBITDA perseroan turun 13% dari USD2,18 miliar menjadi USD1,89 miliar.
"Memang terlihat bahwa tingkat kuntungan menurun USD1,01 miliar jadi USD0,78 miliar. Ini menurun sekitar 25%," katanya dalam kesempatan yang sama.
(Baca Juga: Harga BBM Tak Naik Jadi Beban Pertamina)
Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman mengungkapkan, jika mengacu pada formula penghitungan harga BBM yang ditetapkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga premium yang berlaku saat ini Rp400 di bawah formula yang ditetapkan.
Saat ini, harga premium sekitar Rp6.450 per liter jadi seharusnya harga premium sekitar Rp6.850 per liter. "Secara formula kan memang harga ditentukan dari harga di kuartal sebelumnya. Jadi kalau melihat selisih formula dengan apa yang ditetapkan, premium itu sekitar Rp400 per liter di bawah formula," katanya dalam konferensi pers di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (24/5/2017).
Arief menambahkan, harga solar yang berlaku saat ini juga lebih rendah dari formula yang ditetapkan. Seharusnya, harga solar bersubsidi sekitar Rp6.300 per liter sedangkan saat ini harganya masih sekitar Rp5.150 per liter.
"Kalau lihat dari sisi formula yang ditetapkan Kementerian ESDM di Mei 2015, solar Rp1.150 per liter di bawah formula," ujar dia.
Diberitakan sebelumnya, PT Pertamina (Persero) menyatakan keuntungan atau laba bersih perseroan pada kuartal I/2017 menurun sekitar 25%. Hal ini karena harga minyak dunia yang mulai mengalami kenaikan, namun tidak diimbangi dengan kenaikan harga BBM.
Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik menyebutkan, pada kuartal I/2017 keuntungan Pertamina menurun dari periode sama tahun sebelumnya sebesar USD1,01 miliar menjadi USD0,78 miliar. Sementara EBITDA perseroan turun 13% dari USD2,18 miliar menjadi USD1,89 miliar.
"Memang terlihat bahwa tingkat kuntungan menurun USD1,01 miliar jadi USD0,78 miliar. Ini menurun sekitar 25%," katanya dalam kesempatan yang sama.
(izz)