Transaksi E-Money Tercatat Masih Rendah di Yogya
A
A
A
YOGYAKARTA - Jumlah transaksi e-money di Yogyakarta tercatat masih sangat kecil dibanding dengan angka nasional. Minimnya infrastruktur yang mendukung transaksi e-money ini dituding menjadi salah satu penyebab dari kecilnya penggunaan Uang Elektronik (Electronic Money).
Kendati demikian, Bank Mandiri mengklaim pertumbuhan e-money secara nasional paling tinggi dibanding dengan pertumbuhan e-money dari bank yang lain. Sebab, Bank Mandiri mengklaim mereka hadir lebih dulu dibanding dengan bank-bank yang lain di republik ini.
Area Manager Bank Mandiri Yogyakarta Rudi Asturridha mengatakan, saat ini transaksi e-money secara nasional dari Bank Mandiri sudah mencapai 9,2 juta. Hanya saja untuk Yogyakarta masih sangat minim dibanding dengan angka nasional tersebut.
Meski habit teknologi yang sangat bagus,namun masih ada beberapa kekurangan di wilayah. "Infrastrukturnya kurang. Masih jadi kendala," tuturnya.
Berbagai upaya telah mereka lakukan salah satunya dengan menambah jumlah electronic data capture (EDC) di berbagai tingkatan mulai dari area publik bahkan hingga ke Kantin-kantin di kampus. Kendati demikian, kebiasaan masyarakat untuk menggunakan uang tunai untuk transaksi masih tinggi.
Pengamat Perbankan yang juga merupakan mantan Rektor Universitas Atmajaya Yogyakarta (UAJY), Rohmat Maryatmo mengakui saat ini kebiasaan menggunakan uang tunai di Indonesia masih tinggi. Dari tahun 1990 hingga kuartal ketiga tahun 2016 yang lalu perilaku penggunaan uang tunai masih tinggi. "Terendah 57% dan tertinggi hanya 62%," paparnya.
Kendati demikian, Bank Mandiri mengklaim pertumbuhan e-money secara nasional paling tinggi dibanding dengan pertumbuhan e-money dari bank yang lain. Sebab, Bank Mandiri mengklaim mereka hadir lebih dulu dibanding dengan bank-bank yang lain di republik ini.
Area Manager Bank Mandiri Yogyakarta Rudi Asturridha mengatakan, saat ini transaksi e-money secara nasional dari Bank Mandiri sudah mencapai 9,2 juta. Hanya saja untuk Yogyakarta masih sangat minim dibanding dengan angka nasional tersebut.
Meski habit teknologi yang sangat bagus,namun masih ada beberapa kekurangan di wilayah. "Infrastrukturnya kurang. Masih jadi kendala," tuturnya.
Berbagai upaya telah mereka lakukan salah satunya dengan menambah jumlah electronic data capture (EDC) di berbagai tingkatan mulai dari area publik bahkan hingga ke Kantin-kantin di kampus. Kendati demikian, kebiasaan masyarakat untuk menggunakan uang tunai untuk transaksi masih tinggi.
Pengamat Perbankan yang juga merupakan mantan Rektor Universitas Atmajaya Yogyakarta (UAJY), Rohmat Maryatmo mengakui saat ini kebiasaan menggunakan uang tunai di Indonesia masih tinggi. Dari tahun 1990 hingga kuartal ketiga tahun 2016 yang lalu perilaku penggunaan uang tunai masih tinggi. "Terendah 57% dan tertinggi hanya 62%," paparnya.
(akr)