Mempermudah Transaksi dengan Pembayaran Digital

Kamis, 25 Mei 2017 - 07:01 WIB
Mempermudah Transaksi...
Mempermudah Transaksi dengan Pembayaran Digital
A A A
PT Nusa Satu Inti Artha bisa dibilang jeli melihat peluang dan potensi bisnis uang digital yang sangat besar. Melihat potensi tersebut, pada 2007 mereka mengeluarkan produk Doku yang bisa dimanfaatkan untuk membayar keperluan bulanan, seperti cicilan rumah, cicilan mobil atau iuran bulanan listrik hanya melalui ponsel cerdas (smartphone). Hasilnya, Doku sudah banyak dimanfaatkan, tercatat sudah ada 1,5 juta orang yang menggunakan aplikasi ini.

Chief Marketing Officer (CMO) PT Nusa Satu Inti Artha Himelda Renuat mengklaim Doku merupakan aplikasi uang digital pertama di Indonesia. Meski kini sudah sukses menggandeng banyak mitra bisnis, namun untuk meraih kesuksesan tersebut tidaklah mudah. Lalu bagaimana perusahaan membangun bisnis serta meraih kepercayaan dari mitra bisnis dan pengguna. Berikut petikan wawancara SINDO dengan Himelda.

Bagaimana awal mula berdirinya Doku?

Sebelumnya saya bergerak di usaha konten provider yang menangani operator telekomunikasi melalui ide kreatif membuat kuis-kuis melalui pembayaran pulsa. Pendirian Doku idenya bermula di Bali, pasca kejadian Bom Bali, para turis masih membutuhkan Bali sebagai tujuan travel mereka. Waktu ke Bali di sana ada pembuatan sebuah portal. Portal ini jendelanya Bali, memberikan informasi tentang fasilitas hotel hingga travelling yang ada di Bali. Pikiran saya dan seorang partner saya, seharusnya internet bisa memberikan kemudahan. Melalui portal tentang Bali ini, kemudian kami berpikir bagaimana cara mengurusi sistem pembayarannya. Nah dari situlah kami belajar dan terus belajar, sampai akhirnya 2005 mulai, dan di 2007 digarap dengan serius.

Pada masa itu (2007) bagaimana membenahi sistem atau infrastruktur pembayarannya?

Kami memulai basic, mengacu pada aturan-aturan keuangan internasional. Karena memang di Indonesia masa itu sistem atau aturannya belum ada. Dari situ, kami bertiga mulai memberanikan diri. Dibantu seorang temen dari Singapura yang paham mengenai sistem perbankan. Akhirnya kami memutuskan jalan.

Bisnis ini tidak jauh berbeda dengan bisnis perbankan, yang memerlukan kepercayaan. Sementara jumlah Anda hanya sedikit. Bagaimana meyakinkan mitra bisnis?

Awalnya memang sangat berat. Terutama bagaimana membangun kepercayaan kepada partner bisnis kami. Tapi sejak April 2007, booming-nya penerbangan kita pelanggan pesawat membutuhkan booking tiket yang simpel. Akhirnya, kami berhasil mendapatkan kepercayaan dari Maskapai Garuda dan Citilink saat itu. Itu dua partnert bisnis pertama kami. Perlahan, dengan meyakinkan partner bisnis lain, bank-bank mulai percaya. Masuklah BNI dan sampai sekarang kami menangani 15 Bank dan 35 merchant.

Pada akhirnya bagaimana Anda meyakinkan pihak bank?

Kami membangun fondasi infrastruktur yang kuat. Sebab, pada dasarnya bank-bank kita sangat menghindari risiko. Kebetulan latar belakang saya, loyalty customer atau banyak menangani komplain customer. Saya dengar masukan, kemudian bahas bersama tim. Akhirnya memang dibutuhkan infrastruktur maupun sistem yang kuat di bisnis ini, terutama membangun early detection di kalangan pengguna kami. Alhamdulillah, sampai sekarang kami bisa men-deliver hasil yang acuannya dari dua maskapai ini sebagai partner pertama bisnis kami. Pada akhirnya bank-bank ikut menjadi partner kami.

Apa yang membuat Anda yakin, bisnis ini memiliki potensi besar?

Pertama, belum ada pemain atau kompetitor yang seperti kami. Ada perbankan, tapi ranahnya berbeda, kalau toh sama, mereka hanya menjangkau sedikit. Misalnya, melalui mobile banking. Kelebihan lain, Doku itu uang digital, simpel. Tidak hanya bisa dimanfaatkan membayar keperluan bulanan, namun juga keperluan lain. Beli tiket pesawat, kereta hingga belanja ke toko-toko elektronik atau toko online. Di sini kami melihat penggunaan uang tradisional yang memang sudah harus dikurangi seiring tawaran teknologi internet yang beraneka. Ini juga sejalan sebagaimana rencana pemerintah. Jadi, uang digital ini lebih aman, simpel dan sangat praktis.

Kedua, hampir semua perusahaan besar berpindah ke sistem digitallisasi, sebab memang ini sudah waktunya. Jadi lompatan digital ini pastinya akan sangat tinggi, dan bagi kami banyak peluang bisnis di sana.

Mengenai jumlah pengguna dan jangkauan wilayahnya sudah seberapa besar?

Saat ini, jumlah pengguna kami ada di angka 1,5 juta orang, dengan pengguna aktif mencapai lebih dari 300.000 pengguna. Dari jumlah itu, transaksi paling besar memang masih ada di travel. Tapi kami optimis transaksi lain pastinya akan semakin banyak mengingat hadirnya berbagai aplikasi yang memerlukan alat atau sistem pembayaran yang simpel. Saya misalkan, taksi atau ojek online, tentu menambah pangsa pasar kami.

Jangkauan wilayah masih ada di kota-kota besar terutama di Jakarta dan Bali. Kota lain ada di Surabaya, Bandung, Medan dan Wilayah Timur seperti Makassar, Manado, bahkan ada pelanggan setia kami yang berada di kepulauan. Misalnya di Kepulauan Mentawai dan daerah wisata lain di Indonesia

Apa tantangan terbesar di bisnis pembayaran digital ini?

Tantangannya ada dua. Pertama, adalah infrastruktur dan kedua kebiasaan masyarakat untuk berpindah dari uang cash ke uang digital. Infrastruktur jaringan merupakan basic kami menjangkau pengguna. Artinya kalau jaringan kuat, tentu lebih enak dan nyaman.

Kemudian pola masyarakat kita yang masih banyak memanfaatkan uang cash. Migrasi ke era digital membutuhkan edukasi yang terus menerus. Tapi kami optimistis, masyarakat kita perlahan akan ke sana. Kita tahu tahapan masyarakat kita saat ini mulai banyak memanfaatkan uang elektronik melalui kartu. Tapi setelah uang elektronik lompatan berikutnya ada pada digital cash. Edukasi kami lakukan terus-menerus. caranya, kami banyak merangkul berbagai komunitas dalam rangka memasyarakatkan Doku dengan berbagai produk dan kemudahannya.

Anda begitu optimistis melihat potensi bisnis Doku. Apa harapan Anda ke depan?

Tentunya peran pemerintah juga sangat besar. Harapannya ya bagaimana ketersediaan internet bisa menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Sejak era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dibuka, bukan tidak mungkin akan hadir pemain baru. Makanya, kami hadir pertama kali mengantisipasi pemain lain dari luar.

Kami benar-benar produk asli lokal yang melihat bagaimana bisnis ini bisa tumbuh seiring dengan memasyarakatnya internet dan teknologi. Ketika pertama kali kami hadir. Sumber daya manusia di sektor informasi dan teknologi sangat diperlukan untuk sektor ini. Kami berharap ikut berperan dan tidak ketinggalan.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0823 seconds (0.1#10.140)