Beli Pesawat Baru, IATA Siapkan Capex USD100 Juta
A
A
A
JAKARTA - PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk (IATA) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) USD100 juta. Dana itu akan digunakan untuk membeli pesawat baru.
Wakil Presiden Direktur IATA Wishnu Handoyono mengatakan, pesawat baru tersebut disiapkan untuk menggantikan yang lama. Selain itu, juga demi memenuhi kebutuhan kontrak baru tahun ini.
"Regenerasi pesawat, semester kedua tahun ini baru banyak tender pesawat carter. Sementara, pesawat paling lama buat tender tahun 2010 sesuai ketentuan SKK Migas," ujarnya di Jakarta, Senin (29/5/2017).
Alokasi capex USD100 juta dikatakan Wishnu sudah dapat persetujuan dari pemegang saham. Sehingga perusahaan mencari pendanaan untuk memenuhi kebutuhan pembelian pesawat.
"Kami butuh capex USD100 juta sudah dapat persetujuan dari pihak pemegang saham dalam RUPSLB. Kami diberi kewenangan mencari pinjaman dalam membiayai capex untuk modal kerja 2017 nanti," katanya.
Dia menyampaikan, model pendanaan yang akan digunakan masih dikaji oleh perusahaan. Diantaranya akan bersumber dari kas internal, pinjaman bank, dan penerbitan surat utang.
"Kami bisa pakai berbagai instrumen, obligasi, MTN. Kami juga belum putuskan tendernya, belum mulai, biasanya semester kedua. Lalu kami lakuan pemilahan instrumen mana yang terbaik, biasanya 30% dari kas internal, 70% pinjaman bank," tutur Wishnu.
Wakil Presiden Direktur IATA Wishnu Handoyono mengatakan, pesawat baru tersebut disiapkan untuk menggantikan yang lama. Selain itu, juga demi memenuhi kebutuhan kontrak baru tahun ini.
"Regenerasi pesawat, semester kedua tahun ini baru banyak tender pesawat carter. Sementara, pesawat paling lama buat tender tahun 2010 sesuai ketentuan SKK Migas," ujarnya di Jakarta, Senin (29/5/2017).
Alokasi capex USD100 juta dikatakan Wishnu sudah dapat persetujuan dari pemegang saham. Sehingga perusahaan mencari pendanaan untuk memenuhi kebutuhan pembelian pesawat.
"Kami butuh capex USD100 juta sudah dapat persetujuan dari pihak pemegang saham dalam RUPSLB. Kami diberi kewenangan mencari pinjaman dalam membiayai capex untuk modal kerja 2017 nanti," katanya.
Dia menyampaikan, model pendanaan yang akan digunakan masih dikaji oleh perusahaan. Diantaranya akan bersumber dari kas internal, pinjaman bank, dan penerbitan surat utang.
"Kami bisa pakai berbagai instrumen, obligasi, MTN. Kami juga belum putuskan tendernya, belum mulai, biasanya semester kedua. Lalu kami lakuan pemilahan instrumen mana yang terbaik, biasanya 30% dari kas internal, 70% pinjaman bank," tutur Wishnu.
(ven)