Tekanan Inflasi di Jakarta Meningkat

Minggu, 04 Juni 2017 - 14:17 WIB
Tekanan Inflasi di Jakarta Meningkat
Tekanan Inflasi di Jakarta Meningkat
A A A
JAKARTA - Memasuki Ramadan, tekanan inflasi di DKI Jakarta meningkat. Kenaikan permintaan masyarakat, terkait aktivitas konsumsi pada Ramadan dan persiapan Idul Fitri, mendorong inflasi pada Mei 2017 mencapai 0,49% (mtm).

Perkembangan kenaikan harga-harga yang disertai penyesuaian harga administered prices dan tarif rumah sakit mengakibatkan inflasi bulan ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata historis inflasi satu bulan sebelum Idul Fitri dalam tiga tahun sebelumnya, yaitu 0,43% (mtm).

"Pencapaian tersebut juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi nasional (0,39% mtm). Dengan perkembangan ini, laju inflasi DKI Jakarta sejak awal tahun tercatat sebesar 1,85% (ytd) atau 4,00% (yoy)," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Doni P Joewono dalam siaran persnya, Minggu (4/6/2017).

Dari sisi disagregasi, naiknya harga sebagian besar kelompok volatile food menjadi faktor utama pendorong inflasi Mei 2017.

Memasuki bulan Ramadan, harga telur ayam naik sebesar 7,00% (mtm), seiring tingginya permintaan telur sebagai bahan baku membuat kue untuk keperluan Ramadan. Komoditas pangan lain yang terpantau mengalami kenaikan akibat naiknya permintaan adalah daging ayam ras (3,46% mtm) dan daging sapi (5,57% mtm).

Sementara itu, bawang putih mengalami kenaikan harga yang sangat tinggi (19,79% mtm) akibat berkurangnya pasokan impor dari Tiongkok menyusul mundurnya jadwal panen dari April ke Mei/Juni). Disamping itu, adanya beberapa praktik penimbunan menambah dorongan kenaikan harga bawang putih.

"Sejalan dengan kelompok volatile food, inflasi inti juga mengalami kenaikan, walau masih terbatas. Komoditas yang tergabung pada kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kesehatan, merupakan pendorong utama kenaikan inflasi inti," papar dia.

Doni menuturkan, kenaikan harga bahan baku daging ayam ras dan telur ayam, menyebabkan harga produk turunannya seperti nasi dengan lauk mengalami kenaikan sebesar 0,98% (mtm). Kenaikan juga disebabkan oleh dorongan permintaan kue-kue seperti biskuit dan kue kering dalam rangka persiapan hari raya.

Selain karena dorongan permintaan, kenaikan harga komoditas-komoditas tersebut juga didorong oleh meningkatnya harga bahan baku. Dari kelompok pengeluaran kesehatan, naiknya tarif rumah sakit sebesar 4,07% (mtm), turut menambah tekanan inflasi dari kelompok inti.

Inflasi juga dipicu oleh naiknya beberapa komoditas pada kelompok administered prices. Kebijakan pemerintah melakukan penyesuaian subsidi listrik 900VA tahap III yang berlaku Mei 2017, menyebabkan tarif listrik dalam keranjang IHK meningkat sebesar 0,70% (mtm).

Selain itu, sambung dia, adanya kenaikan harga beberapa bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi, menyebabkan bensin dan solar mengalami kenaikan sebesar 0,89% (mtm) dan 0,14% (mtm).

Penyesuaian harga juga terjadi pada komoditas rokok menyusul kenaikan tarif cukai rokok yang ditetapkan di awal tahun.

Sementara itu, adanya beberapa libur panjang pada Mei 2017, mendorong masyarakat membeli tiket pesawat untuk keperluan berlibur ke luar kota. Hal ini tercermin dari tarif angkutan udara yang mengalami kenaikan sebesar 2,89% (mtm).

Memerhatikan pola pergerakan harga-harga, dan kebijakan pemerintah di bidang harga, tekanan inflasi pada Juni 2017 diprakirakan kembali meningkat.

Konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan dan jasa transportasi akan mengalami puncaknya pada bulan tersebut, seiring dengan kian dekatnya perayaan Hari Raya Idul Fitri yang dimanfaatkan untuk berlibur dan melakukan aktivitas mudik.

"Tekanan inflasi akan bertambah dengan adanya dampak lanjutan dari penyesuaian subsidi listrik 900VA tahap III yang dilakukan pada Mei 2017 pada pelanggan pascabayar," ujar dia.

Menuju perayaan Idul Fitri yang jatuh pada akhir Juni 2017, berbagai persiapan telah dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jakarta. Melalui BUMD pangan, pemenuhan pasokan terus dilakukan demi menjaga keseimbangan antara permintaan dan pasokan di DKI Ibukota.

Kegiatan penunjang seperti pasar murah akan terus dilakukan di berbagai kelurahan di DKI Jakarta. Selain itu, penggunaan mesin Controlled Atmosphere Storage (CAS) sebagai buffer stock komoditas hortikultura juga akan membantu menahan gejolak harga, utamanya bawang merah dan cabai merah.

Berbagai sidak baik penimbunan maupun kesehatan pangan juga secara rutin dilakukan.

"Dengan berbagai upaya tersebut Jakarta akan siap melayani kebutuhan pangan pokok masyarakat selama bulan Ramadhan dan Lebaran secara cukup dalam kuantitas, terjaga kualitasnya dan terjangkau harganya," ungkapnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7146 seconds (0.1#10.140)