BI Catat Pertumbuhan Uang Beredar Rp5.042 Triliun
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April 2017. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1 triliun atau tumbuh 10,0% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 9,9%.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, peningkatan pertumbuhan M2 tersebut bersumber dari komponen uang kuasi yang memiliki share sebesar 75,0% terhadap M2.
"Uang kuasi tumbuh meningkat dari 8,6% (yoy) pada Maret 2017 menjadi 8,7% (yoy), terutama pada komponen giro rupiah dan simpanan berjangka valas yang masing-masing naik dari 15,4% (yoy) dan 14,2 (yoy) menjadi 16,7% (yoy) dan 18,2% (yoy)," ujarnya di Jakarta.
Sementara itu, DPK berupa tabungan baik dalam rupiah maupun valas mengalami perlambatan dari 12,3%(yoy) dan 13,0% (yoy) menjadi 10,1% (yoy) dan 12,2%
(yoy).
Adapun komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) yang memiliki share 24,7% terhadap M2 tumbuh stabil sebesar 14,2%, sama dengan bulan sebelumnya. Namun demikian, peningkatan pertumbuhan M2 tertahan oleh perlambatan pertumbuhan surat berharga selain saham dari 33,1% (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 30,0% (yoy) di April 2017.
Menurut Tirta, peningkatan pertumbuhan M2 dipengaruhi oleh peningkatan aset finansial luar negeri bersih dan peningkatan penyaluran kredit pada April 2017.
"Aktiva Luar negeri mencapai posisi Rp1.423,1 triliun meningkat sebesar 20,5% (yoy), lebih tinggi dari bulan Maret 2017 sebesar 17,6% (yoy)," paparnya.
Kenaikan tersebut sejalan dengan kenaikan cadangan devisa di bulan April 2017. Sementara itu, akselerasi pertumbuhan uang beredar tertahan oleh kontraksi operasi keuangan pempus yang tercermin dari peningkatan kewajiban kepada Pempus (simpanan Pempus di BI dan perbankan).
Simpanan Pempus tumbuh sebesar 52,4% (yoy), naik dari pertumbuhan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 39,0% (yoy). "Meningkatnya simpanan pempus tersebut sejalan dengan pola tahunan pada bulan April terkait penerimaan pajak," tandasnya.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, peningkatan pertumbuhan M2 tersebut bersumber dari komponen uang kuasi yang memiliki share sebesar 75,0% terhadap M2.
"Uang kuasi tumbuh meningkat dari 8,6% (yoy) pada Maret 2017 menjadi 8,7% (yoy), terutama pada komponen giro rupiah dan simpanan berjangka valas yang masing-masing naik dari 15,4% (yoy) dan 14,2 (yoy) menjadi 16,7% (yoy) dan 18,2% (yoy)," ujarnya di Jakarta.
Sementara itu, DPK berupa tabungan baik dalam rupiah maupun valas mengalami perlambatan dari 12,3%(yoy) dan 13,0% (yoy) menjadi 10,1% (yoy) dan 12,2%
(yoy).
Adapun komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) yang memiliki share 24,7% terhadap M2 tumbuh stabil sebesar 14,2%, sama dengan bulan sebelumnya. Namun demikian, peningkatan pertumbuhan M2 tertahan oleh perlambatan pertumbuhan surat berharga selain saham dari 33,1% (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 30,0% (yoy) di April 2017.
Menurut Tirta, peningkatan pertumbuhan M2 dipengaruhi oleh peningkatan aset finansial luar negeri bersih dan peningkatan penyaluran kredit pada April 2017.
"Aktiva Luar negeri mencapai posisi Rp1.423,1 triliun meningkat sebesar 20,5% (yoy), lebih tinggi dari bulan Maret 2017 sebesar 17,6% (yoy)," paparnya.
Kenaikan tersebut sejalan dengan kenaikan cadangan devisa di bulan April 2017. Sementara itu, akselerasi pertumbuhan uang beredar tertahan oleh kontraksi operasi keuangan pempus yang tercermin dari peningkatan kewajiban kepada Pempus (simpanan Pempus di BI dan perbankan).
Simpanan Pempus tumbuh sebesar 52,4% (yoy), naik dari pertumbuhan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 39,0% (yoy). "Meningkatnya simpanan pempus tersebut sejalan dengan pola tahunan pada bulan April terkait penerimaan pajak," tandasnya.
(dmd)