Bank Dunia Ramal Ekonomi RI Tumbuh 5,2% Saat China Melambat

Senin, 05 Juni 2017 - 13:52 WIB
Bank Dunia Ramal Ekonomi...
Bank Dunia Ramal Ekonomi RI Tumbuh 5,2% Saat China Melambat
A A A
JAKARTA - Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,2% pada 2017 dan 5,3% pada tahun 2018. Hal ini dipengaruhi meredanya dampak konsolidasi fiskal dan kegiatan di sektor swasta meningkat, serta didukung oleh kenaikan harga komoditas yang moderat, meningkatnya permintaan eksternal dan membaiknya tingkat kepercayaan akibat reformasi.

(Baca Juga: Bank Dunia Ramal Ekonomi Global Tumbuh 2,7% Tahun Ini
Sementara itu proyeksi Bank Dunia menyatakan ada beberapa kawasan yang pertumbuhan ekonominya menurun, ketika ekonomi global diprediksi membaik di level 2,7% tahun ini. Asia Timur dan Pasifik, adalah di antaranya yang diperkirakan pertumbuhan ekonomi mereka turun menjadi 6,2% pada tahun 2017 dan 6,1% pada 2018, mendatang.

Hal ini disebabkan perlambatan bertahap pada China diimbangi oleh kenaikan di negara lain terutama pulihnya eksportir komoditas dan percepatan pertumbuhan di Thailand. "Pertumbuhan di Tiongkok diantisipasi melambat menjadi 6,5% tahun ini dan 6,3% pada 2018," jelas Kepala Ekonom Bank Dunia Paul Romer, dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (5/6/2017)

Tanpa menyertakan China, kawasan ini terlihat meningkat dengan lebih cepat dengan tingkat 5,1% pada tahun 2017 dan 5,2% pada 2018. Selanjutnya, pertumbuhan di Filipina diproyeksikan stabil pada 6,9% tahun ini dan berikutnya, dipimpin oleh kenaikan investasi publik dan swasta. Thailand juga mempertahankan pertumbuhan 3,2% pada tahun 2017, meningkat menjadi 3,3% di tahun depan, karena didukung oleh investasi publik yang lebih besar dan pemulihan konsumsi di sektor swasta.

Selanjutnya Asia Selatan yang menjadi salah satu kawasan yang diproyeksi tumbuh membaik tertinggi. Pertumbuhan di kawasan ini diperkirakan akan meningkat menjadi 6,8% pada 2017 dan kemudian naik menjadi 7,1% pada 2018. Angka ini mencerminkan meluasnya permintaan domestik dan ekspor yang kuat.

"Tanpa menyertakan India, pertumbuhan kawasan ini diperkirakan akan terus stabil di 5,7%, kemudian meningkat menjadi 5,8%, dengan percepatan pertumbuhan di Bhutan, Pakistan, dan Sri Lanka namun melambat di Bangladesh dan Nepal," ujarnya.

Pertumbuhan India, jelas Paul diperkirakan akan semakin cepat menjadi 7,2% pada tahun fiskal 2017 (1 April 2017 - 31 Maret 2018) dan 7,5% pada tahun fiskal berikutnya. Pakistan diperkirakan naik ke tingkat 5,2% pada tahun fiskal 2017 (1 Juli 2016 - 30 Juni 2017) dan menjadi 5,5 % pada tahun fiskal berikutnya, yang mencerminkan peningkatan investasi swasta, peningkatan pasokan energi, dan keamanan yang lebih baik.

"Pertumbuhan Sri Lanka diperkirakan akan meningkat menjadi 4,7% pada 2017 dan 5% pada 2018, karena program lembaga keuangan internasional mendukung reformasi ekonomi dan meningkatkan daya saing sektor swasta," ungkapnya.

Untuk Eropa dan Asia Tengah, lanjut dia, pertumbuhannya diperkirakan akan meningkat secara luas menjadi 2,5% pada tahun 2017, dan menjadi 2,7% pada tahun 2018, didukung oleh pemulihan yang berlanjut di antara eksportir komoditas dan meredanya risiko geopolitik dan ketidakpastian kebijakan domestik di negara-negara besar kawasan.

"Rusia diperkirakan akan tumbuh pada tingkat 1,3% pada tahun 2017 setelah resesi dua tahun dan 1,4% pada 2018, dengan pertumbuhan dibantu oleh kenaikan konsumsi. Kazakhstan diproyeksikan meningkat 2,4% tahun ini dan 2,6% pada 2018 karena menguatnya harga minyak dan sikap kebijakan makroekonomi yang akomodatif mendukung aktivitas ekonomi," jelas Paul.

Di antara negara ekonomi pengimpor komoditas, Turki diproyeksikan akan meningkat 3,5% pada tahun 2017, didukung oleh kebijakan fiskal yang akomodatif, dan 3,9% pada tahun 2018 karena ketidakpastian mereda, pemulihan pariwisata, dan neraca perusahaan membaik.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1151 seconds (0.1#10.140)