Indonesia Dorong Pembentukan Perdagangan Bebas dengan Nigeria
A
A
A
JAKARTA - Hubungan Indonesia dengan Nigeria telah terjalin selama 52 tahun. Seiring dengan itu, Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi ingin agar persahabatan ini memberi manfaat konkrit bagi masyarakat kedua negara.
Hal tersebut disampaikan Menlu Retno saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Nigeria Geoffrey Onyeama di Abuja, Nigeria. Kunjungan kerja ini merupakan kali pertama setelah kunjungan Menlu Indonesia pada 30 tahun lalu.
Dan Retno menjelaskan bahwa sifat politik luar negeri Indonesia terhadap Afrika menjadi momentum yang strategis untuk meningkatkan kerja sama ekonomi Indonesia dan Nigeria.
Mantan Dubes RI untuk Kerajaan Belanda ini, menambahkan kedua negara memiliki ekonomi besar di kawasannya masing-masing. "Karena itu sudah sepantasnya hubungan perdagangan dan investasi Indonesia dan Nigeria yang sudah terjalin selama ini harus terus ditingkatkan," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima SINDOnews di Jakarta, Selasa (6/6/2017).
Terkait peningkatan kerja sama ekonomi ini, Menlu Retno mendorong pembentukan PTA (Preferential Trade Agreement), bertujuan meningkatkan akses pasar produk Indonesia ke negara-negara Afrika Barat. Selain itu keinginan Indonesia membentuk PTA dengan ECOWAS (Economic Community of Western African States).
Dengan demikian, kata Retno, masalah penurunan tarif dan penghapusan hambatan non-tarif lainnya bisa menjadi kunci untuk meningkatkan perdagangan Indonesia-Nigeria dan Indonesia dengan negara-negara Afrika Barat.
Sebagai informasi, Nigeria merupakan eksportir minyak terbesar ke Indonesia dari Afrika sub Sahara. Untuk itu, upaya efisiensi dalam pelaksanaan perdagangan migas kedua negara yang selama ini dilakukan melalui negara ketiga bisa dipangkas.
Retno mengatakan Indonesia mengusulkan perdagangan migas harus dilakukan secara langsung melalui Government-to-Government tanpa perantara pihak ketiga (direct oil trade). Termasuk usulan penjajakan skema counter trade sebagai salah satu instrumen peningkatan perdagangan bilateral, salah satunya dengan komoditas migas Nigeria.
"Isu yang juga menjadi perhatian dalam pertemuan terkait dengan kerja sama pengembangan kelapa sawit. Saat ini Nigeria sedang melakukan diversifikasi ekonomi termasuk ke sektor pertanian kelapa sawit," ungkapnya.
Indonesia sendiri menyatakan kesiapannya bekerja sama dalam membangun industri kelapa sawit di Nigeria. Dalam kaitan ini, Indonesia mengundang Nigeria untuk bergabung dalam Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), yang dibentuk Indonesia dan Malaysia.
“Kerja sama yang erat antara negara produser kepala sawit akan berkontribusi dalam menciptakan stabilitas harga dan peningkatan produksi kepala sawit yang berkelanjutan,” tegasnya.
Adapun neraca perdagangan kedua negara pada tahun 2016 mencapai USD1,5 miliar. Nigeria dikenal sebagai destinasi utama investasi Indonesia di Afrika, dimana terdapat sekitar 14 perusahaan Indonesia berinvestasi di sana.
Berbagai produk buatan perusahaan Indonesia seperti mie instant, ban radial, serta produk farmasi dan herbal sangat dikenal di Nigeria. Selain itu, Nigeria juga merupakan negara penting sebagai salah satu sumber ketahanan energi Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Menlu Retno saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Nigeria Geoffrey Onyeama di Abuja, Nigeria. Kunjungan kerja ini merupakan kali pertama setelah kunjungan Menlu Indonesia pada 30 tahun lalu.
Dan Retno menjelaskan bahwa sifat politik luar negeri Indonesia terhadap Afrika menjadi momentum yang strategis untuk meningkatkan kerja sama ekonomi Indonesia dan Nigeria.
Mantan Dubes RI untuk Kerajaan Belanda ini, menambahkan kedua negara memiliki ekonomi besar di kawasannya masing-masing. "Karena itu sudah sepantasnya hubungan perdagangan dan investasi Indonesia dan Nigeria yang sudah terjalin selama ini harus terus ditingkatkan," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima SINDOnews di Jakarta, Selasa (6/6/2017).
Terkait peningkatan kerja sama ekonomi ini, Menlu Retno mendorong pembentukan PTA (Preferential Trade Agreement), bertujuan meningkatkan akses pasar produk Indonesia ke negara-negara Afrika Barat. Selain itu keinginan Indonesia membentuk PTA dengan ECOWAS (Economic Community of Western African States).
Dengan demikian, kata Retno, masalah penurunan tarif dan penghapusan hambatan non-tarif lainnya bisa menjadi kunci untuk meningkatkan perdagangan Indonesia-Nigeria dan Indonesia dengan negara-negara Afrika Barat.
Sebagai informasi, Nigeria merupakan eksportir minyak terbesar ke Indonesia dari Afrika sub Sahara. Untuk itu, upaya efisiensi dalam pelaksanaan perdagangan migas kedua negara yang selama ini dilakukan melalui negara ketiga bisa dipangkas.
Retno mengatakan Indonesia mengusulkan perdagangan migas harus dilakukan secara langsung melalui Government-to-Government tanpa perantara pihak ketiga (direct oil trade). Termasuk usulan penjajakan skema counter trade sebagai salah satu instrumen peningkatan perdagangan bilateral, salah satunya dengan komoditas migas Nigeria.
"Isu yang juga menjadi perhatian dalam pertemuan terkait dengan kerja sama pengembangan kelapa sawit. Saat ini Nigeria sedang melakukan diversifikasi ekonomi termasuk ke sektor pertanian kelapa sawit," ungkapnya.
Indonesia sendiri menyatakan kesiapannya bekerja sama dalam membangun industri kelapa sawit di Nigeria. Dalam kaitan ini, Indonesia mengundang Nigeria untuk bergabung dalam Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), yang dibentuk Indonesia dan Malaysia.
“Kerja sama yang erat antara negara produser kepala sawit akan berkontribusi dalam menciptakan stabilitas harga dan peningkatan produksi kepala sawit yang berkelanjutan,” tegasnya.
Adapun neraca perdagangan kedua negara pada tahun 2016 mencapai USD1,5 miliar. Nigeria dikenal sebagai destinasi utama investasi Indonesia di Afrika, dimana terdapat sekitar 14 perusahaan Indonesia berinvestasi di sana.
Berbagai produk buatan perusahaan Indonesia seperti mie instant, ban radial, serta produk farmasi dan herbal sangat dikenal di Nigeria. Selain itu, Nigeria juga merupakan negara penting sebagai salah satu sumber ketahanan energi Indonesia.
(ven)