BPS: Konflik Negara Teluk dan Qatar Tak Pengaruhi Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Gejolak kondisi geopolitik Timur Tengah setelah sejumlah negara teluk di antaranya Arab Saudi, Uni Emirates Arab dan Bahrain memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dinilai belum berpengaruh terhadap kegiatan perdagangan dunia termasuk Indonesia. Apalagi menurut Deputi Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) M Sairi Hasbullah volume perdagangan Indonesia dan Qatar relatif kecil.
"BPS belum melihat pengaruh yang bakal signifikan. Kalau kondisinya baru sebatas pemboikotan terhadap Qatar oleh beberapa negara Teluk. Kemudian, kalau bicara impor Qatar dari Asia Tenggara apakah akan terganggu? Ya jawabannya enggak, karena menurut kami dengan stok yang ada di Qatar, perekonomiannya cukup kuat," kata Sairi di Gedung BPS, Jakarta, Kamis (15/6/2017).
(Baca Juga: Neraca Perdagangan Mei 2017 Surplus USD470 Juta
Menurutnya jika sekadar boikot, lanjutnya memang akan terjadi shock sesaat namun sebetulnya ekonomi Qatar cukup kuat. Kemungkinannya, aksi boikot bisa dari barang substitusi dengan negara lain, karena penduduk Qatar hanya 2,5 juta.
"Ekonomi Qatar juga masih bisa hidup dari industri pariwisata. Apakah industri ini akan terganggu? Belum tentu. Jadi ekspor impor Qatar tidak terlalu terpengaruh, karena mereka tidak perlu impor banyak untuk 2,5 juta penduduk," terang dia.
Kemudian untuk investasi di Qatar, foreign direct investment mereka yakni AS, Jepang dan Korea yang paling dominan sehingga tidak akan terlalu terpengaruh. "Pengaruhnya akan ada, namun untuk Indonesia tidak akan begitu terpengaruh. Kecuali ada hal lebih ya seperti perang, Iran bersatu dengan Turki dan lainnya, itu akan berikan dampak ke kita," pungkasnya.
"BPS belum melihat pengaruh yang bakal signifikan. Kalau kondisinya baru sebatas pemboikotan terhadap Qatar oleh beberapa negara Teluk. Kemudian, kalau bicara impor Qatar dari Asia Tenggara apakah akan terganggu? Ya jawabannya enggak, karena menurut kami dengan stok yang ada di Qatar, perekonomiannya cukup kuat," kata Sairi di Gedung BPS, Jakarta, Kamis (15/6/2017).
(Baca Juga: Neraca Perdagangan Mei 2017 Surplus USD470 Juta
Menurutnya jika sekadar boikot, lanjutnya memang akan terjadi shock sesaat namun sebetulnya ekonomi Qatar cukup kuat. Kemungkinannya, aksi boikot bisa dari barang substitusi dengan negara lain, karena penduduk Qatar hanya 2,5 juta.
"Ekonomi Qatar juga masih bisa hidup dari industri pariwisata. Apakah industri ini akan terganggu? Belum tentu. Jadi ekspor impor Qatar tidak terlalu terpengaruh, karena mereka tidak perlu impor banyak untuk 2,5 juta penduduk," terang dia.
Kemudian untuk investasi di Qatar, foreign direct investment mereka yakni AS, Jepang dan Korea yang paling dominan sehingga tidak akan terlalu terpengaruh. "Pengaruhnya akan ada, namun untuk Indonesia tidak akan begitu terpengaruh. Kecuali ada hal lebih ya seperti perang, Iran bersatu dengan Turki dan lainnya, itu akan berikan dampak ke kita," pungkasnya.
(akr)