Bank Sentral Jepang Minta Maaf Karena Memuji Kebijakan Ekonomi Hitler
A
A
A
TOKYO - Bank sentral Jepang (Bank of Japan) mengeluarkan permintaan maaf pada Jumat (30/6/2017), atas pujian salah satu anggota dewannya, tentang kebijakan ekonomi Adolf Hitler. Mengutip dari Reuters, Yutaka Harada, anggota dewan Bank of Japan, dalam sebuah seminar di Tokyo pada Kamis kemarin, mengatakan kebijakan ekonomi Hitler sangat “tepat” dan “mengagumkan”.
Menurut Harada, tampilnya Hitler ke tampuk kekuasaan Jerman karena lambannya pembuat kebijakan Barat mengimplementasikan proposal ekonom Inggris John Maynard Keynes dalam mengatasi krisis ekonomi dunia yang dikenal sebagai Great Depression.
“Hitler telah mengambil langkah-langkah kebijakan fiskal dan moneter yang tepat dan mengaggumkan meski akhirnya menyebabkan sesuatu yang mengerikan (Perang Dunia Kedua). Seharusnya seseorang mengambil langkah-langkah yang tepat sebelum Hitler melakukannya,” kata Harada, yang juga salah satu pembuat kebijakan di bank sentral Jepang.
Pernyataan Harada ini langsung menyulut kontroversi. “Bank of Japan menyesali ucapan salah satu anggota dewan kami yang telah menjadi kesalahpahaman dan kami memastikan bahwa insiden ini tidak akan terulang kembali,” kata BoJ kepada Reuters.
Harada mencoba menjelaskan duduk perkaranya. “Saya sama sekali tidak berniat untuk membenarkan kebijakan ekonomi Hitler,” katanya. Harada mengatakan dirinya hanya mengungkapkan pentingnya melakukan kebijakan ekonomi yang tepat di tahap awal saat negara mengalami krisis.
Hitler sendiri naik ke puncak kekuasaan Jerman, melalui pemilihan umum dengan menjadi Kanselir pada tahun 1933. Kebijakan ekonomi Hitler, beberapa terpengaruh dari mazhab Keynesian, yaitu perlunya campur tangan pemerintah dalam perekonomian dan tidak begitu saja menyerahkan kepada mekanisme pasar.
Ketika pengangguran meningkat, pemerintah harus memperbesar pengeluaran untuk proyek-proyek padat karya. Dengan demikian, pengangguran bisa bekerja lagi dan otomatis meningkatkan pendapatan masyarakat.
Di tangan Hitler, Jerman yang sebelumnya negara pesakitan, secara cepat bisa tumbuh. Bahkan pertumbuhan ekonomi Jerman menjadi dua digit. Tingkat pengangguran yang sebelumnya mencapai 30% bisa berkurang drastis, dimana Hitler menggencarkan pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya Autobahn yang menyerap 130.000 tenaga kerja dan pabrik-pabrik.
Kembali ke soal Jepang, negara ini melakukan aliansi dengan Nazi, ketika diplomat mereka Oshima Hiroshi mengunjungi Berlin pada 1935. Dan tokoh masyarakat Jepang kerap menimbulkan kontroversi soal komentar mereka tentang Nazi, seperti penolakan Holocaust.
Pada 2013, Wakil Perdana Menteri Jepang Taro Aso mendapat kritik dari kelompok Yahudi yang berbasis di Amerika Serikat, atas pujian kepada Nazi Jerman dan tampilnya Hitler ke tampuk kekuasaan.
Menurut Harada, tampilnya Hitler ke tampuk kekuasaan Jerman karena lambannya pembuat kebijakan Barat mengimplementasikan proposal ekonom Inggris John Maynard Keynes dalam mengatasi krisis ekonomi dunia yang dikenal sebagai Great Depression.
“Hitler telah mengambil langkah-langkah kebijakan fiskal dan moneter yang tepat dan mengaggumkan meski akhirnya menyebabkan sesuatu yang mengerikan (Perang Dunia Kedua). Seharusnya seseorang mengambil langkah-langkah yang tepat sebelum Hitler melakukannya,” kata Harada, yang juga salah satu pembuat kebijakan di bank sentral Jepang.
Pernyataan Harada ini langsung menyulut kontroversi. “Bank of Japan menyesali ucapan salah satu anggota dewan kami yang telah menjadi kesalahpahaman dan kami memastikan bahwa insiden ini tidak akan terulang kembali,” kata BoJ kepada Reuters.
Harada mencoba menjelaskan duduk perkaranya. “Saya sama sekali tidak berniat untuk membenarkan kebijakan ekonomi Hitler,” katanya. Harada mengatakan dirinya hanya mengungkapkan pentingnya melakukan kebijakan ekonomi yang tepat di tahap awal saat negara mengalami krisis.
Hitler sendiri naik ke puncak kekuasaan Jerman, melalui pemilihan umum dengan menjadi Kanselir pada tahun 1933. Kebijakan ekonomi Hitler, beberapa terpengaruh dari mazhab Keynesian, yaitu perlunya campur tangan pemerintah dalam perekonomian dan tidak begitu saja menyerahkan kepada mekanisme pasar.
Ketika pengangguran meningkat, pemerintah harus memperbesar pengeluaran untuk proyek-proyek padat karya. Dengan demikian, pengangguran bisa bekerja lagi dan otomatis meningkatkan pendapatan masyarakat.
Di tangan Hitler, Jerman yang sebelumnya negara pesakitan, secara cepat bisa tumbuh. Bahkan pertumbuhan ekonomi Jerman menjadi dua digit. Tingkat pengangguran yang sebelumnya mencapai 30% bisa berkurang drastis, dimana Hitler menggencarkan pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya Autobahn yang menyerap 130.000 tenaga kerja dan pabrik-pabrik.
Kembali ke soal Jepang, negara ini melakukan aliansi dengan Nazi, ketika diplomat mereka Oshima Hiroshi mengunjungi Berlin pada 1935. Dan tokoh masyarakat Jepang kerap menimbulkan kontroversi soal komentar mereka tentang Nazi, seperti penolakan Holocaust.
Pada 2013, Wakil Perdana Menteri Jepang Taro Aso mendapat kritik dari kelompok Yahudi yang berbasis di Amerika Serikat, atas pujian kepada Nazi Jerman dan tampilnya Hitler ke tampuk kekuasaan.
(ven)