Aprindo Benarkan Hypermart Mulai Kurangi Karyawan
A
A
A
JAKARTA - Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Roy Mande membenarkan bahwa Hypermat sudah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap pekerjanya di seluruh Indonesia. Memang jumlahnya belum pasti, namun dapat dipastikan jumlahnya ribuan.
Adanya fenomena ini, menunjukkan bahwa industri ritel Indonesia sedang mengalami kondisi buruk, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Jumlahnya memang perlu dihitung, tapi sudah melakukan PHK memang. Jumlahnya masih dalam perhitungan, karena ada yang di daerah untuk Hypermartnya, bukan hanya di Jakarta. Jadi belum masuk semua datanya. Ini akibat penurunan di industri ritel," katanya ketika dihubungi SINDOnews, Jakarta, Jumat (7/7/2017)
Dia mengungkapkan, saat ini memang sedang dievaluasi untuk setiap tokonya, dan membutuhkan waktu yang panjang karena 1 toko ada 400-500 orang dan bekerja 2 shift.
"Bisa dibayangkan kelipatannya. Ada efisiensi besar jika pendapatannya tidak sebanding dengan pengeluarannya," imbuhnya.
Menanggapi pernyataan Menko Perekonomian Darmin Nasution bahwa Hypermart kalah bersaing dengan Alfamart dan Indomart, Roy menganggap saat ini situasinya memang sulit, pemerintah bisa berkata apapun, namun tanpa adanya stimulus, industri ritel tidak akan ada perbaikan.
"Pemerintah bisa menyatakan berbagai kondisi dan situasi, semua bisa bergeser, tidak akurat, dan tidak sesuai dengan pribadi bersangkutan. Masing-masing bisnis punya pola bisnis sendiri. Tapi kenyatannya, industri ritel makin meredup, pencapaian target di Idul Fitri turun, dan sulit meneruskan bisnisnya, karena juga sewa mal mahal," pungkasnya.
Adanya fenomena ini, menunjukkan bahwa industri ritel Indonesia sedang mengalami kondisi buruk, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Jumlahnya memang perlu dihitung, tapi sudah melakukan PHK memang. Jumlahnya masih dalam perhitungan, karena ada yang di daerah untuk Hypermartnya, bukan hanya di Jakarta. Jadi belum masuk semua datanya. Ini akibat penurunan di industri ritel," katanya ketika dihubungi SINDOnews, Jakarta, Jumat (7/7/2017)
Dia mengungkapkan, saat ini memang sedang dievaluasi untuk setiap tokonya, dan membutuhkan waktu yang panjang karena 1 toko ada 400-500 orang dan bekerja 2 shift.
"Bisa dibayangkan kelipatannya. Ada efisiensi besar jika pendapatannya tidak sebanding dengan pengeluarannya," imbuhnya.
Menanggapi pernyataan Menko Perekonomian Darmin Nasution bahwa Hypermart kalah bersaing dengan Alfamart dan Indomart, Roy menganggap saat ini situasinya memang sulit, pemerintah bisa berkata apapun, namun tanpa adanya stimulus, industri ritel tidak akan ada perbaikan.
"Pemerintah bisa menyatakan berbagai kondisi dan situasi, semua bisa bergeser, tidak akurat, dan tidak sesuai dengan pribadi bersangkutan. Masing-masing bisnis punya pola bisnis sendiri. Tapi kenyatannya, industri ritel makin meredup, pencapaian target di Idul Fitri turun, dan sulit meneruskan bisnisnya, karena juga sewa mal mahal," pungkasnya.
(ven)