Darmin Jelaskan Pola Inflasi Indonesia di Hadapan Komisi XI DPR
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan kepada anggota Komisi XI DPR RI tentang pola inflasi di Indonesia dan kerja sama pemerintah pusat dengan daerah atau Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
Hal ini dijelaskan, karena sempat ada yang menanyakan kepada mantan Gubernur Bank Indonesia ini mengenai pola inflasi di Indonesia yang kaitannya dengan harga yang diatur pemerintah dan soal subsidi yang diberikan.
Darmin menjelaskan bahwa selama ini, yang berisiko terhadap inflasi Indonesia adalah kelompok administered prices atau harga yang diatur oleh pemerintah dan volatile food.
"Inflasi kita sangat klasikal polanya. Selama ini inflasi kita didominasi oleh volatile food. Selanjutnya, yang berisiko lain ke inflasi adalah administered prices, kalau itu enggak berubah tinggal bagaimana volatile food kita berubah," kata dia di Gedung DPR, Jakarta, Senin (10/7/2017).
Darmin melanjutkan, selama ini, Indonesia di dalam waktu yang sangat panjang, sangat rentan terhadap volatile food. Terlebih lagi saat dulu, ketika zaman Orde Baru yang inflasi bisa tercatat di angka double digit.
"Dulu saat Orde Baru, inflasi selalu di angka double digit dan sumber utamanya volatile food karena beberapa hal. Pertama, infrastruktur kita masih lemah dan negara kita adalah negara kepulauan yang tersebar satu daerah ke daerah lain," imbuhnya.
Kemudian, usai mengalami masa krisis tersebut, lanjutnya, pemerintah sadar bahwa administered price tekanannya akan tinggi karena harga komoditas yang tinggi. Maka, volatile food harus dikendalikan. Darmin pun bangga karena pemerintah relatif berhasil menurunkan volatile food.
Kemudian soal TPID, Darmin mengakui bahwa peranan daerah sangatlah besar untuk menjaga kestabilan inflasi di Indonesia. Karena pada umumnya, sumber inflasi Indonesia adalah berasal dari inflasi-inflasi yang ada di daerah.
"Saya mantan orang BI, sejak dulu di BI, juga kita kembangkan TPID di semua provinsi yang sekarang ini peranannya besar. Karena memang dari dulu sadar ini sumber inflasi kita. Inflasi hampir-hampit bisa dikatakan dengan identik volatile food, walaupun administered price-nya kadang berubah," pungkasnya.
Hal ini dijelaskan, karena sempat ada yang menanyakan kepada mantan Gubernur Bank Indonesia ini mengenai pola inflasi di Indonesia yang kaitannya dengan harga yang diatur pemerintah dan soal subsidi yang diberikan.
Darmin menjelaskan bahwa selama ini, yang berisiko terhadap inflasi Indonesia adalah kelompok administered prices atau harga yang diatur oleh pemerintah dan volatile food.
"Inflasi kita sangat klasikal polanya. Selama ini inflasi kita didominasi oleh volatile food. Selanjutnya, yang berisiko lain ke inflasi adalah administered prices, kalau itu enggak berubah tinggal bagaimana volatile food kita berubah," kata dia di Gedung DPR, Jakarta, Senin (10/7/2017).
Darmin melanjutkan, selama ini, Indonesia di dalam waktu yang sangat panjang, sangat rentan terhadap volatile food. Terlebih lagi saat dulu, ketika zaman Orde Baru yang inflasi bisa tercatat di angka double digit.
"Dulu saat Orde Baru, inflasi selalu di angka double digit dan sumber utamanya volatile food karena beberapa hal. Pertama, infrastruktur kita masih lemah dan negara kita adalah negara kepulauan yang tersebar satu daerah ke daerah lain," imbuhnya.
Kemudian, usai mengalami masa krisis tersebut, lanjutnya, pemerintah sadar bahwa administered price tekanannya akan tinggi karena harga komoditas yang tinggi. Maka, volatile food harus dikendalikan. Darmin pun bangga karena pemerintah relatif berhasil menurunkan volatile food.
Kemudian soal TPID, Darmin mengakui bahwa peranan daerah sangatlah besar untuk menjaga kestabilan inflasi di Indonesia. Karena pada umumnya, sumber inflasi Indonesia adalah berasal dari inflasi-inflasi yang ada di daerah.
"Saya mantan orang BI, sejak dulu di BI, juga kita kembangkan TPID di semua provinsi yang sekarang ini peranannya besar. Karena memang dari dulu sadar ini sumber inflasi kita. Inflasi hampir-hampit bisa dikatakan dengan identik volatile food, walaupun administered price-nya kadang berubah," pungkasnya.
(ven)