Ekonomi Masih Baik, Tiga Menteri Ini Tidak Perlu Digeser
A
A
A
JAKARTA - Jelang acara Nota Keuangan sehari sebelum Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, isu reshuffle menteri di Kabinet Kerja kembali berhembus. Beberapa nama beredar untuk masuk pos atau rotasi menteri, termasuk pergantian poros menteri ekonomi.
Menanggapi hal ini, ekonom Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia masih dalam keadaan baik dan diharapkan akan terus baik. Oleh karenanya, untuk menteri yang berada di poros koordinator ekonomi dan di bawahnya, hemat dia, tidak perlu digeser.
"Iya (boleh saja diganti) tapi tidak yang core ya, kalau Menkeu itu sudah tepat ya, Pak Darmin oke, tapi pak Darmin mungkin tidak artikulatif ya. Dia sudah mengerjakan banyak tapi ketika tidak terlalu sampai, mungkin ada kendala komunikasi, ya jadi kelihatannya kayak dia tidak kerja. Padahal kerja. Bappenas juga oke," kata Tony kepada SINDOnews, Jakarta, Rabu (2/8/2017).
Lebih lanjut Tony mengungkapkan bahwa, kegiatan reshuffle yang dilakukan Presiden Jokowi, diprediksi tidak akan mengganggu stabilitas ekonomi siapapun yang diganti. Meskipun terkesan sering melakukan perombakan kabinet, namun menurut Tony masih dalam batas wajar.
"Reshuffle satu-dua boleh ya, karena jujur saja sejak awal dibentuk kabinet, Pak Jokowi punya kendala. Dia sudah koalisi, koalisi kan setor nama, tidak mungkin nolak dan investigasi. Lihat CV saja, CV kan bisa ngarang, jadi setelah dua-tiga tahun ada reshuffle, itu tidak masalah. Dan selama ini kan reshuffle baik-baik saja. Karena itu cari pengganti yang lebih baik dan boleh dibilang selama ni sudah terjadi," imbuh Tony.
Namun dia berharap agar reshuffle tidak sering dilakukan lantaran akan mengganggu persepsi masyarakat terhadap pemerintah. Maka dia menegaskan, bila terjadi reshuffle lagi, diharapkan akan menjadi yang terakhir kalinya.
"Kalaupun besok ada reshuffle, dengan catatan ini yang terakhir. Jangan sampai setiap tahun ada reshuffle. Itu tidak baik. Tapi saya merasa kalau sekali lagi bisa, karena merasa ada yang ini tidak cocok, itu tidak cocok," pungkasnya.
Menanggapi hal ini, ekonom Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia masih dalam keadaan baik dan diharapkan akan terus baik. Oleh karenanya, untuk menteri yang berada di poros koordinator ekonomi dan di bawahnya, hemat dia, tidak perlu digeser.
"Iya (boleh saja diganti) tapi tidak yang core ya, kalau Menkeu itu sudah tepat ya, Pak Darmin oke, tapi pak Darmin mungkin tidak artikulatif ya. Dia sudah mengerjakan banyak tapi ketika tidak terlalu sampai, mungkin ada kendala komunikasi, ya jadi kelihatannya kayak dia tidak kerja. Padahal kerja. Bappenas juga oke," kata Tony kepada SINDOnews, Jakarta, Rabu (2/8/2017).
Lebih lanjut Tony mengungkapkan bahwa, kegiatan reshuffle yang dilakukan Presiden Jokowi, diprediksi tidak akan mengganggu stabilitas ekonomi siapapun yang diganti. Meskipun terkesan sering melakukan perombakan kabinet, namun menurut Tony masih dalam batas wajar.
"Reshuffle satu-dua boleh ya, karena jujur saja sejak awal dibentuk kabinet, Pak Jokowi punya kendala. Dia sudah koalisi, koalisi kan setor nama, tidak mungkin nolak dan investigasi. Lihat CV saja, CV kan bisa ngarang, jadi setelah dua-tiga tahun ada reshuffle, itu tidak masalah. Dan selama ini kan reshuffle baik-baik saja. Karena itu cari pengganti yang lebih baik dan boleh dibilang selama ni sudah terjadi," imbuh Tony.
Namun dia berharap agar reshuffle tidak sering dilakukan lantaran akan mengganggu persepsi masyarakat terhadap pemerintah. Maka dia menegaskan, bila terjadi reshuffle lagi, diharapkan akan menjadi yang terakhir kalinya.
"Kalaupun besok ada reshuffle, dengan catatan ini yang terakhir. Jangan sampai setiap tahun ada reshuffle. Itu tidak baik. Tapi saya merasa kalau sekali lagi bisa, karena merasa ada yang ini tidak cocok, itu tidak cocok," pungkasnya.
(ven)