Kesadaran Pajak Rendah, 200.000 Siswa Ikut Sosialisasi Pajak Bertutur
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah hari ini secara serentak menggelar acara Pajak Bertutur di seluruh Indonesia. Tercatat ada 2.000 sekolah dan 200.000 siswa yang akan diberikan pemahaman pajak secara interaktif dan fun dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak.
Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KKP) Pratama Pulogadung Slamet Bagio mengatakan, dilihat dari data bahwa dari 250 juta wajib pajak (WP) baru 30 juta yang mempunyai NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan jumlah yang aktif lapor pajak hanya ada 1,5 juta. Oleh karena itu menurutnya, kita punya tugas yang besar agar 10-20 tahun mendatang semua masyarkat terutama generasi muda bisa aktif lapor pajak.
Tahun ini diadakan Pajak Bertutur yakni memberikan pemahaman tentang pajak untuk jenjang SD hingga pendidikan tinggi. "Pajak Bertutur untuk menyadarkan generasi muda kita dari alam bawah sadar. Agar bisa sadar pajak sejak ini," katanya disela-sela acara Pajak Bertutur di Sekolah Global Sevilla Pulomas, Jumat (11/8/2017).
(Baca Juga: Sri Mulyani: Tak Ada Hidup Enak Tanpa Bayar Pajak
Lebih lanjut Ia menjelaskan, Pajak Bertutur dilaksanakan serentak pada seluruh Indonesia. Lewat edukasi ini generasi muda diingatkan agar sadar pajak, pasalnya pajak bisa menopang kegiatan ketatanegaraan menjadi lebih baik. Ia menambahkan, pajak menyumbang 75 % penerimaan di APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara).
Slamet menguraikan, jika tidak ada pajak maka negara akan kolaps. Dia mencontohkan, Yunani yang kolaps karena pajak tidak ada namun utang negara menumpuk.
Untuk kawasan Jakarta Timur sendiri hanya dipilih dua sekolah Global Sevilla dan SMP 12 Al Azhar Rawamangun. Dia menjelaskan, Sevilla dipilih karena sesuai dengan core value sekolah yakni Giving, Compassion dan Self Control yang sesuai dengan pengembangan karakter bangsa.
Selain itu Sevilla juga mengajarkan siswanya dengan Bahasa Inggris. "Satu kehormatan kita bisa menyampaikan ini mereka diajari humanisme internasional tetapi ada patriotisme disini sehingga anak bisa dapat rasa Indonesianya juga," jelasnya.
Direktur Global Sevilla Robertinus Budi Setijono mengaku kaget sekolahnya dipilih dari sekian ribu sekolah di Jakarta Timur. Menurut dia, acara Pajak Bertutur ini sesuai dengan agenda sekolahnya yang gencar membangun karakter kebangsaan dan sesuai dengan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Sehingga mata pelajaran PKN ini tidak hanya diajarkan melalui teori namun juga praktek seperti pemahaman kesadaran pajak yang disampaikan perwakilan Ditjen Pajak hari ini. Pajak Bertutur di Sevilla diikuti 150 siswa SD mulai dari kelas 4 hingga 6.
Robert menjelaskan, tiga core value sekolahnya yakni Compassion mengajarkan belas kasih kepada sesama namun melalui pemahaman pajak mengajarkan belas kasih juga kepada bangsa. Lalu Giving juga memberikan kesadaran kepada siswa apa yag bisa diberi kepada bangsa yakni kewajiban membayar pajak.
Dan nilai ketiga ialah Self Control yakni pengendalian diri dimana sekolah dan juga pihak pajak menanamkan kepada siswa bagaimana mereka harus menyisihkan sebagian pendapatan untuk amal, lalu negara melalui pajak baru ketiga untuk menafkahi kehidupan pribadi.
"Kalau di Kristen pasti yang pertama disisihkan 10 % dari pendapatan. Kemudian sekian persen bayar pajak lalu sisanya untuk kehidupan dan investasi lain. Nah kesadaran seperti ini harus dimunculkan karena kewajiban sebagai manusia harus diberikan kepada Tuhan dan sebagai warga negara ada kewajiban bayar pajak lalu ada kewajban ke diri sendiri dan keluarga,’’ jelasnya.
Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KKP) Pratama Pulogadung Slamet Bagio mengatakan, dilihat dari data bahwa dari 250 juta wajib pajak (WP) baru 30 juta yang mempunyai NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan jumlah yang aktif lapor pajak hanya ada 1,5 juta. Oleh karena itu menurutnya, kita punya tugas yang besar agar 10-20 tahun mendatang semua masyarkat terutama generasi muda bisa aktif lapor pajak.
Tahun ini diadakan Pajak Bertutur yakni memberikan pemahaman tentang pajak untuk jenjang SD hingga pendidikan tinggi. "Pajak Bertutur untuk menyadarkan generasi muda kita dari alam bawah sadar. Agar bisa sadar pajak sejak ini," katanya disela-sela acara Pajak Bertutur di Sekolah Global Sevilla Pulomas, Jumat (11/8/2017).
(Baca Juga: Sri Mulyani: Tak Ada Hidup Enak Tanpa Bayar Pajak
Lebih lanjut Ia menjelaskan, Pajak Bertutur dilaksanakan serentak pada seluruh Indonesia. Lewat edukasi ini generasi muda diingatkan agar sadar pajak, pasalnya pajak bisa menopang kegiatan ketatanegaraan menjadi lebih baik. Ia menambahkan, pajak menyumbang 75 % penerimaan di APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara).
Slamet menguraikan, jika tidak ada pajak maka negara akan kolaps. Dia mencontohkan, Yunani yang kolaps karena pajak tidak ada namun utang negara menumpuk.
Untuk kawasan Jakarta Timur sendiri hanya dipilih dua sekolah Global Sevilla dan SMP 12 Al Azhar Rawamangun. Dia menjelaskan, Sevilla dipilih karena sesuai dengan core value sekolah yakni Giving, Compassion dan Self Control yang sesuai dengan pengembangan karakter bangsa.
Selain itu Sevilla juga mengajarkan siswanya dengan Bahasa Inggris. "Satu kehormatan kita bisa menyampaikan ini mereka diajari humanisme internasional tetapi ada patriotisme disini sehingga anak bisa dapat rasa Indonesianya juga," jelasnya.
Direktur Global Sevilla Robertinus Budi Setijono mengaku kaget sekolahnya dipilih dari sekian ribu sekolah di Jakarta Timur. Menurut dia, acara Pajak Bertutur ini sesuai dengan agenda sekolahnya yang gencar membangun karakter kebangsaan dan sesuai dengan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Sehingga mata pelajaran PKN ini tidak hanya diajarkan melalui teori namun juga praktek seperti pemahaman kesadaran pajak yang disampaikan perwakilan Ditjen Pajak hari ini. Pajak Bertutur di Sevilla diikuti 150 siswa SD mulai dari kelas 4 hingga 6.
Robert menjelaskan, tiga core value sekolahnya yakni Compassion mengajarkan belas kasih kepada sesama namun melalui pemahaman pajak mengajarkan belas kasih juga kepada bangsa. Lalu Giving juga memberikan kesadaran kepada siswa apa yag bisa diberi kepada bangsa yakni kewajiban membayar pajak.
Dan nilai ketiga ialah Self Control yakni pengendalian diri dimana sekolah dan juga pihak pajak menanamkan kepada siswa bagaimana mereka harus menyisihkan sebagian pendapatan untuk amal, lalu negara melalui pajak baru ketiga untuk menafkahi kehidupan pribadi.
"Kalau di Kristen pasti yang pertama disisihkan 10 % dari pendapatan. Kemudian sekian persen bayar pajak lalu sisanya untuk kehidupan dan investasi lain. Nah kesadaran seperti ini harus dimunculkan karena kewajiban sebagai manusia harus diberikan kepada Tuhan dan sebagai warga negara ada kewajiban bayar pajak lalu ada kewajban ke diri sendiri dan keluarga,’’ jelasnya.
(akr)