Sektor Ekonomi Kreatif Harus Dibantu Atasi Tiga Problem Dasar
A
A
A
SOLO - Sektor ekonomi kreatif yang bermitra dengan usaha besar saat inimasih minim. Tercatat hanya 6%-10% yang mampu menjalin kerja sama. Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Mudrajad Kuncoro mengemukakan, ekonomi kreatif harus dibantu mengatasi tiga problem dasar yang dihadapi. Yaitu persoalan modal, pasar, dan bahan baku.
Peluang ekonomi kreatif sebenarnya sangat luar biasa, dan pemain terbesar diantaranya adalahpelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). "Sehingga perlu diupayakan agar UKM menjadi bagian integral usaha menengah dan besar. Dari sekian banyak, yang memiliki kemitraan dengan usaha besar hanya 6-10 persen," kata Mudrajad usai menjadi pembicara di forum yang digelar Bank Indonesia Cabang Solo, Jawa Tengah, Senin (21/8/2017).
Dengan demikian, perlu ada dorongan agar pelaku UKM dapat naik kelas. Agar dapat tumbuh, diantaranya membutuhkan keperpihakan dari perbankan. Selama ini, orang yang baru menjalankan usaha sangat kesulitan dalam mengakses modal perbankan. Pada sisi lain, aliansi para stakeholder sangat diperlukan. Yakni akademisi, pemerintah, bisnis dan society.
Pada era Asian Economic Community, terdapat liberasi barang, jasa, orang, tenaga kerja dan investasi. Sehingga jangan sampai nantinya hanya menjadi penonton saja. Persoalan upah minimum regional (UMR) juga perlu menjadi perhatian. Dirinya telah mengusulkan ke pemerintah agar UMR dibuat tetap 2-3 tahun. Selain itu juga bukan berdasarkan wilayah namun berdasarkan industri.
Kepala BI Cabang Solo Bandoe Widiarto mengatakan, sektor ekonomi kreatif perlu didorong tumbuh karena mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Bagi daerah daerah yang mampu menumbuhkan sector ekonomi kreatif, maka pertumbuhaan ekonominya naik di atas 5%. Seperti di Solo, digelar event Solo Batik Carnival (SBC). "Event itu sebagai upaya mendorong ekonomi kreatif tumbuh," ucap Bandoe.
Peluang ekonomi kreatif sebenarnya sangat luar biasa, dan pemain terbesar diantaranya adalahpelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). "Sehingga perlu diupayakan agar UKM menjadi bagian integral usaha menengah dan besar. Dari sekian banyak, yang memiliki kemitraan dengan usaha besar hanya 6-10 persen," kata Mudrajad usai menjadi pembicara di forum yang digelar Bank Indonesia Cabang Solo, Jawa Tengah, Senin (21/8/2017).
Dengan demikian, perlu ada dorongan agar pelaku UKM dapat naik kelas. Agar dapat tumbuh, diantaranya membutuhkan keperpihakan dari perbankan. Selama ini, orang yang baru menjalankan usaha sangat kesulitan dalam mengakses modal perbankan. Pada sisi lain, aliansi para stakeholder sangat diperlukan. Yakni akademisi, pemerintah, bisnis dan society.
Pada era Asian Economic Community, terdapat liberasi barang, jasa, orang, tenaga kerja dan investasi. Sehingga jangan sampai nantinya hanya menjadi penonton saja. Persoalan upah minimum regional (UMR) juga perlu menjadi perhatian. Dirinya telah mengusulkan ke pemerintah agar UMR dibuat tetap 2-3 tahun. Selain itu juga bukan berdasarkan wilayah namun berdasarkan industri.
Kepala BI Cabang Solo Bandoe Widiarto mengatakan, sektor ekonomi kreatif perlu didorong tumbuh karena mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Bagi daerah daerah yang mampu menumbuhkan sector ekonomi kreatif, maka pertumbuhaan ekonominya naik di atas 5%. Seperti di Solo, digelar event Solo Batik Carnival (SBC). "Event itu sebagai upaya mendorong ekonomi kreatif tumbuh," ucap Bandoe.
(ven)