Asosiasi Semen Targetkan Ekspor 2,5 Juta Ton
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menargetkan ekspor pada tahun ini bisa mencapai 2,5 juta ton atau meningkat dua kali lipat dari realisasi ekspor tahun lalu sebesar 1,25 juta ton.
Ketua ASI Widodo Santoso mengatakan, ekspor semen dan clinker menjadi satu-satunya alternatif untuk meningkatkan utilisasi karena kapasitas semen dalam negeri sudah oversupply.
"Dengan peningkatan ekspor, utilisasi akan meningkat. Sepanjang semester I 2017, ekspor semen dan clinker meningkat 50% dibandingkan tahun lalu sebesar 303.000 ton," ujarnya di Jakarta, Kamis (24/8/2017).
Widodo menambahkan, dua negara yang menjadi pasar ekspor utama adalah Bangladesh dan Sri Lanka. Tahun ini industri semen akan mengembangkan ekspor ke Australia dan Afrika. "Kami akan mengembangkan ekspor ke Australia karena di sana butuh banyak sekali clinker. Kemudian Afrika Selatan dan Nigeria serta pasar yang akan menjanjikan Timur Tengah. Tapi untuk Timur Tengah belum sekarang," ungkapnya.
Ia melanjutkan, dengan adanya oversupply menyebabkan harga semen turun 8%-10% dalam setahun terakhir. Begitu pula dengan harga semen di wilayah Indonesia timur seperti Papua, relatif sudah turun. "Supaya harga lebih turun lagi, kami meminta pemerintah terus menggalakkan tol laut dengan memperbanyak kapal-kapal perintis sebagai upaya mensuplai barang-barang di daerah terpencil," ungkapnya.
Berdasarkan data ASI dalam periode 2010-2015, konsumsi semen di Indonesia menunjukkan tren kenaikan, dengan rata-rata per tahun mencapai angka 8,4%. Hal ini sejalan denagn peningkatan pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah Indonesia.
Sementara, sepanjang kuartal I 2017, permintaan semen tumbuh dikisaran 5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dan mengalami kenaikan hingga 11% pada April 2017. Dengan kenaikan tersebut, ASI optimistis target pertumbuhan industri semen secara nasional akan tercapai.
"Industri semen siap mendukung kebutuhan infrastruktur dan perumahan sampai 5-6 tahun mendatang. Kapasitas dalam negeri cukup besar sehingga pemerintah tidak perlu ragu terhadap kesiapan industri semen," kata Widodo.
Widodo menuturkan, pihaknya juga mengusulkan kepada pemerintah untuk melakukan moratorium terhadap penerbitan izin pendirian pabrik semen baru. Menurut dia, kapasitas terpasang pabrikan semen mencapai 106 juta ton dalam satu tahun. Angka itu melebihi permintaan domestik pada kisaran 65 juta ton.
"Memang sudah seyogianya tidak menambah izin baru. Kami sudah surati pemerintah terkait ini. Untuk izin yang sudah terlanjur diberikan tetap dijalankan dulu," jelasnya.
Ketua ASI Widodo Santoso mengatakan, ekspor semen dan clinker menjadi satu-satunya alternatif untuk meningkatkan utilisasi karena kapasitas semen dalam negeri sudah oversupply.
"Dengan peningkatan ekspor, utilisasi akan meningkat. Sepanjang semester I 2017, ekspor semen dan clinker meningkat 50% dibandingkan tahun lalu sebesar 303.000 ton," ujarnya di Jakarta, Kamis (24/8/2017).
Widodo menambahkan, dua negara yang menjadi pasar ekspor utama adalah Bangladesh dan Sri Lanka. Tahun ini industri semen akan mengembangkan ekspor ke Australia dan Afrika. "Kami akan mengembangkan ekspor ke Australia karena di sana butuh banyak sekali clinker. Kemudian Afrika Selatan dan Nigeria serta pasar yang akan menjanjikan Timur Tengah. Tapi untuk Timur Tengah belum sekarang," ungkapnya.
Ia melanjutkan, dengan adanya oversupply menyebabkan harga semen turun 8%-10% dalam setahun terakhir. Begitu pula dengan harga semen di wilayah Indonesia timur seperti Papua, relatif sudah turun. "Supaya harga lebih turun lagi, kami meminta pemerintah terus menggalakkan tol laut dengan memperbanyak kapal-kapal perintis sebagai upaya mensuplai barang-barang di daerah terpencil," ungkapnya.
Berdasarkan data ASI dalam periode 2010-2015, konsumsi semen di Indonesia menunjukkan tren kenaikan, dengan rata-rata per tahun mencapai angka 8,4%. Hal ini sejalan denagn peningkatan pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah Indonesia.
Sementara, sepanjang kuartal I 2017, permintaan semen tumbuh dikisaran 5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dan mengalami kenaikan hingga 11% pada April 2017. Dengan kenaikan tersebut, ASI optimistis target pertumbuhan industri semen secara nasional akan tercapai.
"Industri semen siap mendukung kebutuhan infrastruktur dan perumahan sampai 5-6 tahun mendatang. Kapasitas dalam negeri cukup besar sehingga pemerintah tidak perlu ragu terhadap kesiapan industri semen," kata Widodo.
Widodo menuturkan, pihaknya juga mengusulkan kepada pemerintah untuk melakukan moratorium terhadap penerbitan izin pendirian pabrik semen baru. Menurut dia, kapasitas terpasang pabrikan semen mencapai 106 juta ton dalam satu tahun. Angka itu melebihi permintaan domestik pada kisaran 65 juta ton.
"Memang sudah seyogianya tidak menambah izin baru. Kami sudah surati pemerintah terkait ini. Untuk izin yang sudah terlanjur diberikan tetap dijalankan dulu," jelasnya.
(ven)