Impor Barang ke Jawa Barat Pecahkan Rekor Tertinggi

Selasa, 05 September 2017 - 20:06 WIB
Impor Barang ke Jawa...
Impor Barang ke Jawa Barat Pecahkan Rekor Tertinggi
A A A
BANDUNG - Impor barang nonmigas yang masuk ke Jawa Barat pada periode Juli 2017 mencatat rekor tertinggi, mencapai USD1,07 miliar. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, Dody Herlando mengatakan, impor barang nonmigas ke Jawa Barat pada periode Juli naik 78,92% dari Juni yang tercatat USD0,60 miliar.

"Impor produk nonmigas pada Juli kenaikannya sangat tinggi, biasanya hanya pada kisaran 900 juta dolar. Tapi ini bisa lebih dari 1 miliar dolar," kata Dody di Bandung, Selasa (5/9/2017).

Menurut dia, kenaikan impor nonmigas dipengaruhi tingginya impor kapas dan bahan rajutan. Secara umum, semua barang utama mengalami pertumbuhan positif. Secara year on year, ada dua kelompok yang mengalami pertumbuhan negatif, yaitu kelompok kendaraan dan bagiannya serta kapal terbang dan bagiannya.

"Ekpor tertinggi dari China sebesar USD333,12 juta. Disusul Jepang sebesar USD168,05 juta, diikuti Korea Selatan sebesar USD156,38 juta. Saya berharap tingginya impor nonmigas ke Jabar memang untuk orientasi ekspor," jelas dia.

Namun demikian, kendati impor barang mengalami kenaikan, Jawa Barat pun mampu mencatat kinerja ekspor yang cukup positif. Dimana, total nilai ekspor Jabar selama Januari-Juli 2017, migas serta nonmigas mencapai USD16,22 miliar. Ekspor terbesar pada perode itu adalah nonmigas USD16,07 miliar. Sisanya USD149 juta, ekspor migas.

Ekspor kendaraan dan komponennya berkontribusi paling besar bagi ekspor nonmigas sebesar USD2,52 miliar. Disusul mesin dan elektronik USD2,28 miliar.

Menurut Dody, beberapa negara yang tetap menjadi pasar ekspor terbesar bagi Jabar adalah Amerika Serikat, Jepang, dan Thailand. Selama Juli, ekspor Jabar ke AS sebesar USD435,39 juta dan ke Jepang USD244,84 juta.

Sementara itu, Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jabar, Kevin Hartanto mengakui, kebijakan pemerintah memperketat masuknya produk impor dalam bentuk benang dan produk jadi berdampak bagi industri dalam negeri. Industri, lanjut dia, merasakan geliat kenaikan permintaan dalam dua bulan terakhir.

"Tanah Abang yang awalnya mengandalkan impor, sekarang mulai lagi minta produk dari industri dalam negeri. Ini karena produk impor sekarang susah didapat. Kami teruntungkan atas kebijakan itu," jelas dia.

Disinggung naiknya importasi kapas, lanjut dia, diharapkan angin segar bagi industri tekstil Indonesia. Pemintalan diharapkan semakin berkembang seiring tumbuhnya permintaan pasar. "Itu bagus, artinya industri pemintalan kembali menggeliat," imbuh Kevin.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8580 seconds (0.1#10.140)